Sampah Ancam Citra Pulau Bali

Kotoran Laut Menumpuk di Kuta

Senin, 08 Maret 2010 – 01:01 WIB
Foto : Miftahuddin/Radar Bali/JPNN
NAMA Bali sebagai tempat wisata favorit bisa tenggelam gara-gara sampahSebab, problem itu mengusik kenyamanan turis beberapa tahun ini

BACA JUGA: Gebu Minang Siapkan Kongres Pertama

Selain minimnya kesadaran warga setempat, pantai-pantai di Pulau Dewata itu selalu diterjang sampah kiriman yang datang setiap musim


Indahnya Kuta, Bali, bisa ternoda gara-gara sampah yang menumpuk di kawasan pantai tersebut

BACA JUGA: Manajer Perusahaan Kantongi KTA BIN Palsu

Betapa tidak, salah satu jargon wisata Pulau Dewata itu rutin mendapat kiriman sampah ketika angin musim barat tiba
Angin itu berembus mulai November sampai Februari

BACA JUGA: Tiga Wartawan Ditodong Pistol



Angin barat itu membuat semua kotoran di tengah laut terbawa ke daratKontan, Pantai Kuta terlihat seperti tempat pembuangan sampah (TPA)Selain tidak sedap dipandang, baunya tidak enakTidak hanya bau bangkai ikan, sampah berupa kayu gelondongan juga terseret ke pantai itu

Menurut Lurah Kuta Gde Suparta, menumpuknya sampah kayu gelondongan itu akibat maraknya penebangan liar"Mereka membuang kayu usang ke sungai maupun lautKayu itu sengaja dibuang kalau melihat bentuknya yang terpotong halus dari mesin pemotong," ujarnya.

Sampah-sampah itu juga datang dari kiriman wargaMasyarakat setempat selalu membuang sampah seenaknya di sungai yang keringNah, ketika angin musim barat tiba, yang biasanya disertai dengan hujan lebat, sampah-sampah di sungai itu terbawa air menuju ke lautAkibatnya, sampah menumpuk di pantai.

Mayoritas aliran sungai di Bali mengarah ke pantai selatan"Kebanyakan sungai itu bermuara ke selatan BaliSemua kotoran dari hulu terbawa ke arah pantai,? ujar Kabid Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar Endro Tjahjono

Sampah yang dibuang ke laut, lanjutnya, biasanya mengambangAngin barat yang datang dari Australia membawa ombak besar ke daratan pantai selatan"Ujung-ujungnya, sampah yang tadinya di tengah laut, pindah ke daratan pantai selatan,? jelasnya.

Yang apes, imbuh Endro, adalah kawasan Kuta"Letak daratan Bali mulai Gilimanuk sampai Tabanan adalah datarTapi, kondisi geografis Kuta melengkungJadinya, sampah itu tertahan di Kuta,"  ujar Endro yang berkantor di Jalan Raya Kuta"Arus barat itu membuat sampah tidak bisa lari ke Lombok maupun ke arah JawaDia pasti ke Kuta karena lengkungan (pantai, Red) itu," imbuhnya

Letak Kuta yang melengkung, tentu, menjadikan Pantai Kuta sebagai TPA bagi Bali sendiri"Kawasan gunung bersih, tapi larinya sampah ke KutaKami lihat dari banyaknya kotoran yang ada di hulu itu," ujar Endro

Karena itu, dari seluruh kawasan di Kabupaten Badung, daerah wisata Kuta dilaporkan menjadi pembuang sampah paling besar bila dibandingkan dengan kecamatan lainKepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Badung Wayan Suteja mengatakan, volume sampah di Kuta rata-rata per hari 700 meter kubikPadahal, volume total sampah per hari di Badung 1.131 meter kubik atau sekitar 377 ton"Kuta memang menjadi penyumbang sampah terbesar di Badung," ujar Suteja.

Karena volume sampah melonjak hingga dua kali lipat, lanjut Suteja, pihaknya menambah beberapa unit truk sampah keliling khusus di KutaSuteja mengatakan, problem sampah di kawasan itu bisa mencapai puncaknya ketika musim Galungan tiba"Volume sampah juga semakin meningkat karena aktivitas keagamaan," paparnya.

Selain itu, petugas dinas kebersihan berkurang karena banyak yang liburSebab, dari total petugas, 60 persen beragama Hindu"Kami biasanya mengerahkan pedagang untuk membersihkan sampah," ujar Ngurah Tresna, ketua Satgas Kebersihan Kuta.

Namun, bantuan para pedagang itu belum optimalItu karena volume sampah yang datang jauh lebih besar"Pedagang juga tidak bisa membuang sampah hingga ke tempat pembuanganDia kan jualanKalau ditinggal, lalu siapa yang jaga jualannya," ujar TresnaApalagi, selama ini peralatan yang dimiliki DKP Badung yang dititipkan kepada Satgas terbatas. (dra/jpnn/iro)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Simpan Seperempat Extacy, Divonis 5 Tahun dan Denda Rp1 M


Redaktur : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler