jpnn.com - JAKARTA - Masuknya investasi Samsung Corp untuk membangun pabrik perakitan telepon seluler (ponsel) di Indonesia dinilai wajar. Pasalnya, Indonesia memiliki kelas menengah (middle class) sebanyak lebih dari 75 juta jiwa yang merupakan pasar empuk bagi produsen ponsel.
"Yang bikin investor tergiur masuk ke Indonesia karena potensi pasar domestik dengan lebih dari 75 juta orang kelas menengah, ini 100 persen segmen pasar ponsel, makanya Samsung ingin masuk kesini," ujar Menteri Perindustrian Muhamad S Hidayat usai menemui Duta Besar Korea Selatan yang baru, Taiyoung Cho dikantornya kemarin (19/8).
BACA JUGA: Waspadai Gejolak Rupiah-Suku Bunga
Bahkan dalam pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) belum lama ini menyebut Indonesia memiliki kelas menengah yang terbesar di Asia Tenggara. Setiap tahun ada penambahan delapan juta kelas menengah baru di Indonesia.
"Demand terbesar Asean ada di Indonesia. Kita beritahukan Samsung kalau pasar ponsel di Indonesia terus meningkat," kata Hidayat.
BACA JUGA: Ombudsman Persoalkan Larangan SPBU di Tol Jual BBM Subsidi
Menurut dia, kelas menengah yang mencapai lebih 75 juta jiwa dinilai menjadi target pasar yang menggiurkan bagi Samsung. Pasalnya mereka merupakan pasar ponsel yang potensial.
"Kelas menengah memiliki kemapanan secara finansial untuk konsumsi bukan hanya untuk barang kebutuhan primer, namun sudah beranjak ke barang kebutuhan sekunder dan tersier," tambahnya.
BACA JUGA: APBN 2015 Tak Direvisi, Jokowi-JK Bakal Sulit Realisasikan Visi Misi
Masyarakat kelas menengah merupakan individu yang membelanjakan uang dengan kisaran USD 2 sampai USD 20 perhari. Tumbuhnya kelas menengah dapat dilihat dari pertambahan jumlah kepemilikan kendaraan bermotor, penumpang pesawat, komputer, internet hingga penjualan ponsel."Semua orang sekarang maunya bawa HP (handphone-red)," tuturnya.
Mengenai rencana investasi Samsung sebesar USD 20 juta Kementerian Perindustrian akan mempertimbangkan pemberian insentif pajak (tax allowance) kepada perusahaan elektronik asal Korea Selatan itu. Pihak Kementerian Keuangan dan Samsung akan berunding mengenai hal itu."Kita sedang mempelajari semua kemungkinan fasilitas yang bisa diberikan," ungkapnya.
Namun Hidayat menambahkan, pertimbangan pemberian insentif pajak tersebut baru akan dirundingkan secara komprehensif jika pihak Samsung sudah mulai membangun pabriknya di Indonesia.
"Kalau dia nanti sudah membangun pabrik di sini, peralatan di sini sudah ada machinery dan lalu menyerap tenaga kerja ahli dari Indonesia, kami pasti beri tax allowance," jelasnya. (wir)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tol Laut Butuh Industri Pelabuhan yang Efisien
Redaktur : Tim Redaksi