Sandingkan & Bandingkan

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Senin, 08 Mei 2023 – 19:01 WIB
Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Ilustrator: Sultan Amanda/JPNN

jpnn.com - Lagu ‘Ojo Dibandingke’ karya Abah Lala yang viral setelah dinyanyikan oleh Farel Prayoga pada perayaan HUT ke-77 Kemerdekaan RI di Istana Negara seolah cocok untuk mencari sosok sempurna di pilpres mendatang.

Lirik lagu itu menceritakan dua pria yang mencari simpati dari wanita kekasihnya. Sang pria memohon agar dirinya tidak dibanding-bandingkan dengan pesaingnya.

BACA JUGA: Antara Ganjar dengan Endorsement Jokowi dan Tirakat Anies Tanpa Kudus

Namun, pendukung Anies Baswedan malah menantang supaya mantan gubernur DKI Jakarta itu Anies ‘dibandingke’ dengan lawan-lawannya. Sandingkan dan Bandingkan menjadi ’tagline’ perlawanan Anies Baswedan menuju Pilpres 2024.

Jargon itu muncul pada saat deklarasi dukungan sukarelawan ‘Amanat Indonesia’ di Senayan, Minggu (7/5).

BACA JUGA: Jokowi, Memang Sakti atau Bebek Lumpuh?

Selama ini kubu Anies Baswedan berusaha menghindari konfrontasi terbuka dengan kubu Jokowi. Kubu Anies berusaha menghindari kesan sebagai oposan bagi Jokowi.

Ketika disebut sebagai antitesis Jokowi pun kubu Anies menolak.

BACA JUGA: King Maker dan Power Broker

Akan tetapi, akhirnya realitas politik tidak bisa dihindari lagi. Jokowi terang-terangan menempatkan Anies dan partai pendukungnya sebagai ‘liyan’ atau kelompok lain yang harus dieksklusi.

Pidato Anies Baswedan di Senayan, Minggu (7/5), menjadi proklamasi atas posisinya sebagai oposisi. Anies secara terbuka menyerang Jokowi yang dianggap cawe-cawe dalam proses pemilu.

Anies menyindir pihak yang menurutnya takut kehilangan kekuasaan sehingga melakukan intervensi terhadap proses pemilu. Anies mengingatkan bahwa cawe-cawe terhadap proses pilpres adalah indikasi adanya abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaan.

Anies menganggap hal itu mencederai proses demokrasi. Anies menyoroti kebijakan rezim yang tidak melahirkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai amanat konstitusi.

Anies mengatakan bahwa persoalan pemilu bukan sekadar pertanyaan mengenai melanjutkan atau tidak melanjutkan program pemerintah sebelumnya. Pemilu adalah proses menengok dan mengevaluasi kembali apakah tujuan bernegara sudah berada pada track yang benar.

Anies secara terbuka mengatakan bahwa lawan yang dihadapinya pada Pemilu 2024 mempunyai sumber daya yang sangat besar dan tidak terbatas.

Meskipun Anies tidak menyebut secara spesifik, sudah jelas bahwa yang disindirnya ialah Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, dua tokoh yang didukung rezim. Dua nama itu merupakan kandidat yang paling potensial menjadi pesaing Anies pada kontestasi 2024.

Perang terbuka tidak terhindarkan lagi. Anies sudah menarik garis demarkasi dan menempatkan dirinya pada posisi berseberangan dengan kekuasaan.

Partai-partai pendukung Anies pun melakukan kor yang senada, mendesak pemerintah menghentikan upaya intervensi terhadap proses pemilu.

Jokowi menjadi sorotan tajam karena manuvernya yang makin kentara dalam membela Ganjar Pranowo sebagai capres yang didukung oleh PDIP. Jokowi mengundang para pemimpin parpol pendukung rezim ke Istana.

Manuver ini dikecam sebagai penyelewengan kekuasaan karena menjadikan istana seolah sebagai posko pemenangan.

Serangan terbuka terhadap Jokowi gencar bermunculan. Pidato terbuka Anies di Senayan makin menegaskan serangan itu.

Anies mengandalkan kekuatan relawan untuk menghadapi kekuatan yang mempunyai sumber daya tidak terbatas itu.

Dikotomi antara kedua kubu tidak bisa dihindarkan. Ganjar Pranowo dianggap sebagai ’petugas partai part two’ karena mendapatkan penugasan dari PDIP sebagai calon presiden.

Kubu Anies melawan narasi itu dengan menempatkan Anies sebagai ‘petugas rakyat’.

Jokowi dianggap memakai Istana Negara sebagai posko pemenangan capres dukungannya. Kubu Anies melawan narasi itu dengan membentuk posko rakyat atau poskora.

Para sukarelawan Anies melakukan deklarasi untuk membentuk posko rakyat, sekaligus pos komando sukarelawan Anies untuk melawan narasi pos komando Istana.

Sukarelawan Anies melakukan deklarasi dengan membentuk 100 poskora di setiap kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Gerakan ini bisa disebut mirip dengan langkah PDIP pada masa awal reformasi, ketika membentuk posko-posko pemenangan dengan memanfaatkan gardu maupun pos kamling di kampung dan desa.

Kali ini poskora ala pendukung Anies tidak memakai fasilitas publik. Poskora akan mamakai rumah para relawan untuk menjadi pusat pemenangan.

Poskora akan menjadi pusat gerakan pendukung Anies sekaligus pusat untuk menyosialisasikan Anies dan program-programnya. Poskora sekaligus akan dipakai sebagai ujung tombak untuk merekrut sukarelawan yang bersedia menjadi saksi bagi Anies Baswedan pada Pilpres 2024.

Para pendukung Anies menyuarakan ‘war cry’ atau teriakan perang ‘sandingkan dan bandingkan’. War cry ini ditujukan kepada Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto sebagai pesaing potensial Anies Baswedan.

Namun, teriakan perang itu tampaknya lebih ditujukan kepada Ganjar Pranowo yang dianggap sebagai pesaing terberat.

Sandingkan dan bandingkan. Sandingkan Anies di sebelah Ganjar, lalu bandingkan.

Anies membanggakan capaiannya selama menjadi gubernur DKI Jakarta. Anies mengeklaim telah melakukan banyak langkah terobosa yang bisa menjadikan Jakarta sebagai kota yang lebih baik.

Ganjar Pranowo juga terus bergerak. Kedua capres itu berada di satu titik yang sama di Jember pada akhir pekan kemarin.

Keduanya sama-sama memanfaatkan momen khaul Habib Sholeh Jember untuk mencari dukungan publik. Kendati tinggal di hotel yang sama, dua kandidat itu tidak bertemu secara fisik.

Ganjar terus berjalan menemui pendukungnya. Sampai sejauh ini Ganjar belum berbicara mengenai gagasan atau menjawab berbagai hal yang ditudingkan kepada dirinya.

Kampanye negatif terhadap Ganjar bertebaran di media sosial. Serangan paling gencar terhadap Ganjar adalah masalah petugas partai dan penolakannya terhadap kedatangan Timnas Israel yang berujung pada pencoretan Indonesia sebagai tuan rumah turnamen Piala Dunia U-20 FIFA.

Ganjar sudah langsung gaspol setelah didapuk sebagai bakal capres PDIP pada 21 Apri 2023l. Namun, selama ini Ganjar belum berbicara secara terbuka mengenai isu-isu besar yang berhubungan dengan dirinya.

Ganjar lebih banyak melakukan pertemuan-pertemuan seremonial dengan pendukung-pendukungnya, dan hanya memberikan pernyataan-pernyataan yang bersifat normatif.

Pilpres 2024 kemungkinan akan diikuti oleh 3 pasang. Persaingan Anies Baswedan vs Ganjar Pranowo akan menjadi pertunjukan utama yang ditunggu-tunggu oleh publik.

Prabowo Subianto jauh-jauh hari sudah ditempatkan sebagai kuda hitam yang bisa saja mengejutkan. Kendati demikian, pilpres 2024 seolah-olah sudah dipastikan akan menjadi ’two horses race’ atau ajang balapan dua kuda antara  Anies vs Ganjar.

Sandingkan dan bandingkan akan menjadi event yang banyak ditunggu oleh publik. Momen sandingkan dan bandingkan akan terjadi saat para kandidat tampil pada depat terbuka yang menjadi bagian dari rangkaian kampanye pemilihan presiden.

Kontestasi pilpres bukanlah pertandingan cerdas cermat siapa pintar dia menjadi juara. Kontestasi pilpres adalah tarung bebas full body contact yang bisa berdarah-darah.

Siapa yang kuat dia menjadi pemenang.(***)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketika Tugiman dan Prabowo Panen Raya bersama Jokowi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler