Santri NU Siap Perangi Radikalisme di Dunia Maya

Rabu, 12 Oktober 2016 – 18:47 WIB
Ilustrasi. Foto: JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Para santri Nahdlatul Ulama (NU) siap berada di garda terdepan dalam memerangi propaganda radikal terorisme di dunia cyber (internet).

Karena itu, PBNU telah dan tengah menjalankan program-program pemassalan agar para santri di seluruh Indonesia supaya cerdas di dunia maya.

BACA JUGA: Hasil Survei, Jokowi Kalahkan Trump dan Hillary Clinton

“Sebenarnya tidak cukup hanya para santri yang harus cerdas di dunia cyber dalam memerangi radikal terorisme, tapi seluruh generasi muda, bahkan masyarakat Indonesia. Sebab, ancaman radikal terorisme tidak hanya kepada para santri, NU, atau umat Islam saja, tapi bangsa Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ucap Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf di Jakarta, Rabu (12/10).

Menurut mantan juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid ini, menghadapi ancaman radikal terorisme menuntut keterlibatan seluruh komponen bangsa. Pasalnya, pergerakan kelompok radikal terorisme, terutama ISIS, sudah sangat massif, khususnya di dunia maya.

BACA JUGA: Satgas Tinombala Belum Bisa Periksa Istri Ali Kalora

Bahkan dari riset PBNU, kelompok radikal sangat pintar memanfaatkan media sosial dan internet untuk melakukan propagandanya.

Tidak hanya materi yang bersifat ajaran agama secara komunitif, lanjut Yahya, mereka juga melakukan propaganda dari segala bidang.

BACA JUGA: Pungli di Kemenhub Merajalela, Pak Menteri Sakit Kepala

Seperti ekonomi, seni, budaya, politik, dan lain-lain. Malahan, mereka mampu membuat video dan film dengan standar Hollywood. Kelompok itu juga melibatkan seniman, musikus, budayawan, politikus, dan lain-lain, dalam menjalankan propagandanya.

Yahya menegaskan, dibutuhkan kekuatan yang hadir di dunia cyber untuk melawan kelompok radikal terorisme. Santri NU telah terpanggil sejak lama karena ini adalah ancaman kepada negara meski sumber dayanya masih terbatas terutama menyangkut pendanaan.

Karena itu, harus ada dukungan signifikan dari pemerintah agar program pencerdasan santri dan generasi muda Indonesia di dunia cyber bisa berjalan baik.

“Sejak 2006, generasi muda NU sudah menyadari dan merasakan penetrasi gerakan ekstrem ini di internet. Bahkan santri NU secara mandiri sebagai relawan melakukan upaya kontra narasi menghadapi kelompok radikal. Malah sampai hari ini, kami di PBNU tiap bulan mengumpulkan donasi untuk memberikan pulsa kepada santri relawan tersebut,” ungkap Yahya.

Tidak hanya di dalam negeri, jelas Yahya, PBNU juga telah bekerja sama dengan Universitas Vienna, Austria mendirikan program Vortex (Vienna Observatory For Applied Research Extremism and Terrorism). 

Di antara program utama yang dibangun adalah riset terhadap gerakan ekstrem di internet. Dari penelitian itu, secara global ditemukan bahwa ISIS mempunyai program di internet yang luar biasa.

Misalnya, dari penelitian selama empat bulan, ditemukan ISIS menggunakan lebih dari 3,4 juta akun Twitter dan mem-posting lebih dari 3,3 juta.

Setiap hari mereka juga memproduksi satu atau dua materi, termasuk video dan materi lain dokumen ajaran mereka yang di-upload pada website lebih dari 1,8 juta.

Sementara itu, Bidang Kajian dan Hubungan Strategis PBNU Amrin menjelaskan, pihaknya terus melakukan sosialisasi pentingnya berdakwah melalui sosial media. Salah satunya, PBNU bersama Kementerian Agama (Kemanag) mengumpulkan kiai muda NU di Surabaya, Makassar, Medan, dan Tangerang terkait masalah itu.

“Selain sosialisasi berdakwah via  medisosiala, kami juga memberikan pemahaman bagaimana media bisa memengaruhi masyarakat dengan memberikan pelatihan agar kiai muda itu bisa kreatif di dunia cyber,” ungkap Amrin.

PBNU juga melakukan pelatihan membuat aplikasi, web, video dan lain-lain di Yogyakarta. Menurut Amrin, sambutan generasi muda NU, utamanya santri, sangat luar biasa.

Ke depan, kegiatan-kegiatan seperti akan lebih dimassalkan dan bisa menjangkau para santri yang berada cukup jauh di pelosok Indonesia.

“Kami juga membuat video ceramah ulama dan di-upload YouTube. Itu kami lakukan untuk meluruskan kelicikan kelompok radikal yang sering memotong dakwah ulama untuk melancarkan niat mereka,” jelas Amrin. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Praktik Pungli PNS Nodai Reformasi Birokrasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler