Satgas Pangan Gerebek Home Industry Abon Sapi, Begini Kecurangannya!

Kamis, 18 Mei 2017 – 00:43 WIB
BARANG BUKTI: AKBP Shinto Silitonga menemukan tulang ayam di lokasi. Foto Satria Nugraha/Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com, SURABAYA - Satgas Pangan Satreskrim Polrestabes Surabaya, Jawa Timur berhasil membongkar home industry bermasalah.

Industri rumah tangga ini dianggap curang karena labelnya abon sapi ternyata dioplos dengan daging ayam.

BACA JUGA: Satgas Pangan Bongkar Home Industry Abon Sapi Dioplos Daging Ayam

Dari hasil penggerebekan di Jalan Sopoyono Nomor 6, terungkap bahwa abon sapi oplosan itu dikemas dan dijual seharga Rp 4 ribu per bungkus.

“Abon ini dijual dengan harga Rp 4 ribu per bungkus, namun penjualannya bukan per biji melainkan per dus. Setiap dusnya berisi 100 bungkus abon,” kata Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Shinto Silitonga seperti yang dilansir Radar Surabaya (Jawa Pos Group), Rabu (17/5).

BACA JUGA: Bulog Stabilisasi Pangan dan Sembako Murah

Shinto menambahkan, hampir setiap hari home industry ini bisa memproduksi 7.500 bungkus. Hanya saja, abon tersebut diberikan merek yang berbeda. Mulai dari merek kelinci, gudang sapi, sriti, kepala sapi hingga merek kupu-kupu.

Setelah itu abon oplosan ini di sebar ke seluruh wilayah di Jatim hingga ke NTT.

BACA JUGA: Prostitusi Terselubung Rumah Dijual, Begini Cara Muncikari Mendesain

“Karena sudah cukup lama, abon yang diproduksi di home industry ini sudah dikenal di kalangan masyarakat,” kata Shinto.

Pimpinan Tim Anti Bandit ini juga mengatakan, selain mengoplos abon sapi dengan daging ayam, polisi juga menemukan kecurangan lain yakni dari segi berat abon yang dijual.

Sebab di dalam bungkusnya, tertera jika berat abon itu adalah 100 gram untuk setiap bungkusnya. Namun saat ditimbang, beratnya hanya 85 gram saja.

Parahnya tindakan ini memang sengaja dilakukan oleh pemilik home industry.

“Dengan adanya dua kecuragan yang dilakukan, maka dapat dipastikan keuntungan yang diperoleh mencapai puluhan juta setiap bulannya,” terang Shinto.

Menurut salah satu karyawan, Sudarmintun,45, dalam seminggu mereka hanya bekerja selama tiga setengah hari saja. Yakni hari senin setengah hari serta Selasa hingga Kamis saja.

Pada hari senin, karyawan ini hanya membeli bahan mentah dan mengolahnya menjadi abon. Setelah jadi, mereka tidak langsung mengemaskan melainkan menunggu kering.

“Nah tiga hari selanjutnya kami baru mengemasnya, kemudian dikirim ke sejumlah wilayah,” ungkap pekerja yang sudah bertahuntahun bekerja rumah tersebut. (yua/no/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sidak BBPOM, Temukan Kemasan Makanan Kaleng Rusak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler