Satu Sekuel Peristiwa 3 Juli 1946

Senin, 03 Juli 2017 – 21:45 WIB
Potret Sutan Sjahrir di laman google. Foto: Capture Wenri Wanhar/JPNN

jpnn.com - RUPANYA hari ini tanggal 3 Juli. Tahun 2017. Sekian tahun lalu, di tanggal 3 Juli ini ada cerita. Tentang kudeta 1946--kudeta pertama dalam sejarah Republik Indonesia.

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Sam Ratulangie yang Jadi Nama Jalan itu…

Sutan Sjahrir tak sadar ada yang mengintai kedatangannya di Surakarta, 25 Juni 1946.

Perdana Menteri Republik Indonesia itu, baru saja dari Jawa Timur. Satu di antara daerah yang tensi revolusinya dinamis. Safari politik.

BACA JUGA: In Memoriam Nien Lesmana

Dalam rombongan Sjahrir, antara lain nampak dr. Sudarsono, Mayor Jenderal Sudibyo, Sumitro Jayohadikusumo.

Rencananya, mereka mampir untuk berehat sejenak di Surakarta sebelum ke Yogyakarta untuk menghadiri sidang kabinet lengkap--bersama Bung Karno dan Bung Hatta.

BACA JUGA: Hanya Tugu Cornelis Chastelein, Tak Nampak Kenduri Depokse Dag

Di Surakarta, "tamu agung" menginap di bekas kediaman kepala Javaasche Bank. Sebuah tempat eksklusif. Urusan keamanan, ditangani Polisi Militer.

"Tanpa sepengetahuan mereka, sekelompok tentara telah mulai bergerak. Golongan tentara yang menolak opsi diplomasi," tulis M. Yuanda Zara dalam buku Peristiwa 3 Juli 1946--Menguak Kudeta Pertama dalam Sejarah Indonesia.

Atas restu Mayor Jenderal Sudarsono, Panglima Divisi III (Yogyakarta), Mayor Abdul Kadir Yusuf dan pasukannya beraksi.

Berhasil menjalin kerjasama dengan Polisi Militer yang berjaga, Yusuf dan pasukannya masuk ke Javaasche Bank.

Malam sedang berada di puncak gelapnya. Dalam pendaran lampu-lampu rumah yang tak begitu terang, Sutan Sjahrir dan kawan-kawan digiring ke mobil-mobil yang sedari tadi sudah menunggu.

Tancap gas. Iring-iringan kendaraan dalam temaram lampu kota melaju ke Paras, Boyolali. Ke "sebuah rumah peristirahatan," tulis A.H Nasution dalam Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 3: Diplomasi Sambil Bertempur.

Dalam buku Memenuhi Panggilan Tugas: Kenangan Masa Muda yang ditulisnya, Abdul Haris Nasution menceritakan...

"…terjadi ketegangan dan sengketa terbuka antara Kabinet dan Persatuan Perjuangan, serta dengan tentara secara tertutup, berpuncak pada penculikan Sjahrir dan Peristiwa 3 Juli 1946 yang kemudian diadili sebagai usaha kup yang gagal."

Persatuan Perjuangan (PP) pimpinan Tan Malaka.

Adam Malik, pimpinan Kantor Berita Antara yang sejak awal Januari 1946 bergabung dengan Tan Malaka, "beserta 13 orang lain ditangkap karena terlibat dalam putsch terhadap Pemerintah RI (Peristiwa 3 Juli 1946)," tulis Rosihan Anwar dalam buku Sejarah Kecil "Petite Historie" Indonesia, Volume 3.

Masa itu, para politisi Indonesia terbelah dua. Sama-sama memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tapi, beda jurus. Ada yang berdiplomasi, ada yang anti-diplomasi.

Kelompok pertama, "mereka yang mendukung langkah diplomasi dengan Belanda, seperti Presiden Sukarno, Wakil Presiden Hatta, Perdana Menteri Sjahrir, dan Menteri Pertahanan Amir Sjarifudin, tulis Yuanda.

Kelompok kedua, mengusung slogan merdeka 100 persen. "Tokoh-tokohnya tak kalah berpengaruh, di antaranya Tan Malaka, Iwa Kusuma Sumantri, dan Chaerul Saleh," sambung Yuanda.

Dan rupanya, "Panglima Besar Jenderal Sudirman juga menunjukkan dukungannya kepada kelompok kedua ini," tulis Roeslan Abdulgani dkk dalam Soedirman-Tan Malaka dan Persatuan Perjuangan.

Narasi ini kembali dikutip S.I. Poeradisastra dalam Hubungan Panglima Besar Soedirman dengan Persatuan Perjuangan; Suatu Percobaan Rekonstruksi Latar Belakang Peristiwa 3 Juli 1946, dan dicuplik lagi oleh Yuanda.

Meski disebut-sebut sebagai dalang di balik aksi itu, Tan Malaka tak dihadirkan ketika sidang mulai digelar.

Harry Poeze, si peneliti Tan Malaka menduga, "barangkali ditakutkan akan dipakai sebagai wahana propaganda oleh Tan Malaka…yang tentunya akan dipaparkannya berapi-api, sehingga suasana akan bisa menjadi semakin panas." Ini termuat dalam buku Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia Jilid 3.

Ungkapan Tan Malaka yang melegenda tentang situasi tersebut, "tuan rumah tidak akan berunding dengan maling yang menjarah rumahnya." (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketahuilah, Sosok Pelantun Pertama Lagu Selamat Hari Lebaran


Redaktur & Reporter : Wenri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler