SBY Dinilai Tak Lagi Memuaskan

Senin, 27 Juni 2011 – 05:13 WIB
MENURUN - SBY saat memberikan keterangan pers usai penutupan KTT ASEAN lalu. Foto: Dok. JPNN.
JAKARTA - Tingkat kepuasan terhadap kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memasuki titik kritisHasil riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang didirikan Denny J.A

BACA JUGA: Lukman Edy segera Ajukan Somasi

mengungkapkan bahwa publik yang puas terhadap kinerja presiden yang sedang menjalani periode keduanya itu tinggal 47,2 persen.

Besaran angka di bawah titik kritis (50 persen) itu yang pertama sejak 2009 berdasarkan survei LSI
Berdasar record persepsi publik yang dilakukan secara berkala oleh LSI, tingkat kepuasan kali ini turun cukup drastis daripada hasil enam bulan yang lalu

BACA JUGA: Mahfud MD: Silakan Saja segera Lapor ke KPK

Yaitu, turun 9,5 persen dari tingkat kepuasan di 56,7 persen pada Januari 2011.

"SBY harus benar-benar hati-hati  karena ini sudah masuk angka critical," ujar peneliti senior LSI Sunarto Ciptoharjono saat rilis hasil riset di kantor LSI, Jl Pemuda, Jakarta, kemarin (26/6).

Survei nasional ini dilaksanakan pada 1-7 Juni 2011
Responden yang dipilih secara acak berjumlah 1.200, mewakili 33 provinsi

BACA JUGA: KY: Selesaikan Dulu Problemnya, Baru Dipromosi

Dengan menggunakan metode wawancara tatap muka, margin of error survei plus minus 2,9 persenHasil survei riset yang sama sempat telah dipublikasikan lebih dulu pada 13 Juni 2011, khusus terkait kasus Nazaruddin dan perubahan dukungan partai.

Terkait dengan waktu pelaksanaan survei, Sunarto menilai, ada kemungkinan sekarang ini tingkat kepuasan terhadap kinerja ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu bisa semakin turunHal itu mengingat, survei dilaksanakan sebelum peristiwa hukum pancung terhadap Ruyati, TKI di Arab Saudi"Sekarang potensi besar akan lebih turun karena isu penderitaan buruh dan ketersinggungan nasionalisme itu sangat besar pengaruhnya di publik," papar direktur PT Lingkaran Survei Kebijakan Publik (LSKP) tersebut.

Berdasar hasil survei, merosotnya kepuasaan atas kinerja SBY itu juga telah menyebar ke berbagai segmenMengacu pada distribusi lokasi tinggal pemilih, kepuasan publik yang tinggal di perkotaan lebih kecil daripada angka kepuasan secara umumYaitu, hanya 38,9 persenDi pendesaan, kepuasaan publik masih 52,5 persenSelain itu, dilihat dari tingkat pendidikan, kalangan pendidikan tinggi juga rendah tingkat kepuasannya (39,5 persen)"Ini  wajar karena masyarakat kota dan pendidikan tinggi lebih punya akses ke informasi," jelas Sunarto.

Selanjutnya, dari hasil depth interview (wawancara mendalam) yang dikembangkan menyertai survei nasional tersebut, terekam pula bahwa penyebab menurunnya kepuasaan atas leadership SBY adalah banyaknya kasus besar nasional yang tidak ditangani tuntas pemerintahan di bawah SBY"Intinya, publik banyak menganggap SBY kuat di wacana, tapi lemah di eksekusi," beber Sunarto, kembali.

Selain itu, SBY juga dianggap publik terlalu reaktifKasus beberapa curhat SBY ke publik menjadi landasannyaSelain pernah curhat soal dirinya yang direpresentasikan sebagai kerbau dalam aksi demo atau soal gaji presiden yang belum naik, terakhir, SBY juga terlalu reaktif atas SMS (mengaku Nazaruddin) yang menyerang pribadinya"Publik merasa curhat terhadap hal-hal tersebut tidak sesuai dengan kelasnya sebagai presiden," tandasnya.

Lantas, apakah penurunan kinerja ini akan berpengaruh terhadap putra/putri mahkota yang dipersiapkan untuk 2014 nanti? "Tentu sangat berpengaruhKalau tetap seperti sekarang atau bahkan lebih rendah nanti, tentu kepercayaan publik terhadap putra mahkotanya juga tidak akan terlalu tinggi," papar Sunarto.

Survei rutin dari lembaga survei lain Indobarometer juga menunjukkan tren kepuasan publik yang turunSejak Agustus 2009, atau setelah SBY memenangkan pilpres Indobarometer telah melakukan lima kali surveiSaat SBY terpilih kepuasan publik mencapai 90,4 persenNamun dalam survei terakhir Mei 2011 tersisa 48,9 persenTentu sangat kritis(dyn/c1)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KY Tunggu Laporan Tim Investigasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler