BACA JUGA: Massa Partai Republiku Demo KPU
Survei terbaru hingga Desember 2008 menunjukkan kepercayaan publik terhadap SBY dan Partai Demokrat masih tinggi
Bahkan, sekitar pertengahan November 2008, PDIP juga menebar iklan politiknya
BACA JUGA: Karsa Puas, Kaji Siapkan Pengaduan
Dengan menggambarkan harga sembako yang semakin tidak terjangkau, partai oposisi itu, melalui Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, menjanjikan akan mengendalikan harga sembako agar sesuai dengan daya beli masyarakatSurvei yang dilakukan LSI (Lembaga Survei Indonesia) pimpinan Saiful Mujani menunjukkan, publik masih optimistis dengan pemerintah
BACA JUGA: ICW : KPUD Harus Steril Money Politic
Dari survei yang pengumpulan datanya dilakukan 20–22 Desember 2008 itu, 62 persen responden mengaku tahu adanya krisis keuangan global dan 84 persen di antaranya mulai merasakan pengaruh negatif krisis terhadap ekonomi nasionalBahkan, 37 responden mempersepsikan kondisi ekonomi nasional lebih buruk daripada tahun lalu.Meski begitu, di antara responden yang mengetahui adanya ancaman krisis global, 81 persen ternyata mempersepsikan pemerintah sudah bekerja keras mencegah pengaruh negatif krisisTak hanya itu, terdapat 80 persen responden yang yakin pemerintah mampu mengatasi pengaruh negatif tersebut.
’’Sebanyak 85 persen malah menilai langkah-langkah pemerintah untuk mencegah dampak krisis sudah benar,’’ kata Direktur Eksekutif LSI Saiful Mujani ketika memaparkan hasil surveinya di Kantor LSI, Jalan Lembang Terusan, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (4/1).
Lebih luar biasa lagi, 20 persen responden yang tidak yakin pemerintah bisa menangani krisis ternyata bisa memaklumi kegagalan itu’’Sebanyak 93 persen dari 20 persen responden yang tidak yakin itu memahami kesulitan ekonomi ini datangnya dari luar, bukan pemerintah sendiri,’’ ujar Saiful.
Karena itu, tren electoral terhadap SBY masih tetap unggul dibandingkan kandidat capres lain dengan 43 persenItu jauh meninggalkan Megawati yang berada di urutan kedua dengan 19 persen(data lengkap lihat grafis).
’’Kalau vis a vis atau head to head SBY–Megawati, hasilnya SBY unggul dengan 59 persen, sedangkan Megawati hanya 25 persen,’’ ujarnyaSaiful menambahkan, secara teori, semakin tinggi pilihan terhadap pemimpin parpol untuk menjadi presiden biasanya cenderung ikut mendongkrak tingkat electoral parpol itu.
Buktinya, kata Saiful, tingkat keterpilihan Partai Demokrat ikut menanjak dari 16,8 persen per Oktober menjadi 23 persen per Desember 2008Sebaliknya, Partai Golkar yang pada Oktober 2008 masih menjadi runner-up dengan 15,9 persen kini terpuruk di tangga ketiga per Desember 2008 dengan 13,3 persenPDIP sedikit terdorong ke atas dari 14,2 persen per Oktober menjadi 17,1 persen per Desember 2008.
Apa yang membuat persepsi masyarakat masih begitu positif terhadap SBY dan Partai Demokrat? ’’Ini efek dari mobilisasi iklan politik Partai Demokrat yang menyosialisasikan program sukses pemerintah, mulai BLT, BOS, PNPM, penurunan BBM, alokasi dana pendidikan di APBN yang mencapai 20 persen, sampai langkah KPK menahan Aulia Pohan – besan SBY– dalam kasus aliran dana BI,’’ beber Saiful.
Di lain sisi, imbuh dia, informasi tandingan yang dikeluarkan PDIP, Partai Gerindra, dan Partai Hanura belum cukup mendapat kesan positif yang kuat dari publik’’Kesimpulan saya, sampai saat ini tidak ada kampanye oposisi yang bisa cukup meyakinkan publikArtinya, kalau PDIP ingin menang, iklan politiknya masih tidak cukup dengan materi segitu saja,’’ tegasnya.
Survei LSI itu dilakukan terhadap 2.200 responden di seluruh Indonesia dengan margin of error (toleransi kesalahan) plus minus 2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen
Sekadar perbandingan, hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) versi Denny J.Adengan pengumpulan data pada 5–15 Desember 2008 menunjukkan hasil yang berbedaPDIP unggul dengan 31 persen, lalu diikuti Partai Demokrat (19,3 persen) dan Partai Golkar (11,9 persen)
Terkait dengan merosotnya posisi Partai Golkar, sedangkan partnernya di pemerintahan, yakni Partai Demokrat, justru terus menanjak, Saiful punya pandangan menarikDia mengakui, seiring meningkatnya kepuasan publik terhadap kinerja SBY dari 63 persen per Oktober 2008 menjadi 69 persen per Desember 2008, tingkat kepuasan terhadap JK juga naikYakni, dari 55 persen per Oktober 2008 menjadi 58 persen per Desember 2008.
Meski begitu, citra positif JK itu tidak mampu berimplikasi terhadap tingkat electoral Partai Golkar yang dipimpinnyaApa penyebabnya? ’’JK telanjur di frame sebagai pasangan SBYDi mata masyarakat, JK itu Wapres Partai DemokratJadi, tidak ada hubungan yang kuat antara JK dan Golkar,’’ cetusnya.
Apalagi, sambung Saiful, Partai Golkar sampai hari ini belum meluncurkan iklan-iklan politiknya secara masif dengan substansi yang meyakinkan pemilih’’Akibatnya, Golkar tertinggal oleh Demokrat dan PDIP,’’ tandasnya(pri/tof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Segera Terbitkan Perppu Pemilu
Redaktur : Tim Redaksi