SBY Tidak Bisa Menghindar Lagi

Pengamat Sebut Beberapa Menteri Layak Ganti

Sabtu, 09 Oktober 2010 – 08:32 WIB

JAKARTA - Makin banyaknya kinerja menteri yang buruk dan tidak akuntabel di mata publik, akhirnya memaksa banyak kalangan peneliti dan pengamat politik mendesak presiden segera melakukan pergantian para pembantunyaDesakan tersebut salahsatunya disuarakan oleh Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan

BACA JUGA: Mendagri, Menlu, Menhan Patut Dievaluasi

Syahganda berharap Presiden SBY melakukan prioritas reshuffle pada pos-pos yang tidak akuntabel di mata publik.

“Momen dan kondisinya sudah sangat tepat
Selain sudah satu tahun kinerja kabinet berjalan

BACA JUGA: Terpidana Mati Di-deadline Setahun

parpol di lingkungan koalisi juga sepenuhnya menyerahkan kewenangan reshuffle kabinet sesuai hak prerogatif Presiden SBY, “paparnya Syahganda kepada INDOPOS (grup JPNN), di Jakarta, kemarin (8/10).

Selain itu, katanya, Presiden SBY juga harus memiliki sensitivitas politik yang tinggi serta cermat dengan memenuhi berbagai harapan masyarakat, terkait perlunya perombakan kabinet
Untuk itu, Presiden SBY tidak usah ragu-ragu melaksanakan reshuffle para menterinya, dan tidak perlu menghitung-hitung apakah tanggal 20 Oktober ini harus reshuffle kabinet atau tidak," tegasnya.

"Bila perlu sebelum tanggal 20 Oktober, karena masyarakat sudah menunggu-nunggu perubahan itu," tambah Syahganda

BACA JUGA: Minta Rincian Prakiraan Cuaca Per Kabupaten

Ganda berharap, SBY tidak dalam posisi menjadi tawanan para menterinyaKondisi itu bisa terjadi jika SBY tidak segera melakukan perombakan di kabinetnya yang sudah banyak menuai sorotan tajam dari berbagai kalangan.  “Sudah banyak kementerian yang termasuk gagal dalam melaksanakan program-programnyaIni beban politik bagi SBY sekaligus noda hitam pada citra pemerintahannya,” kata mantan Direktur Eksekutif Center for Information and Development Studies (CIDES) itu.

Selain mendesak, Ganda juga menyoroti kinerja beberapa menteri yang menurutnya cukup bermasalahSeperti, Menteri Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, yang menurutnya, akan lebih baik jika berani mengundurkan diri demi menjaga moralitas pribadinya di hadapan masyarakat.

“Sudi itu ngurusin acara Tuna Netra di Istana saja sampai makan korban, belum lagi ngurusin Surat Keputusan Wamen dan Menteri yang karut marutKorbanyakan banyak, kaya Anggito Abimanyu di Kemenkau, dan juga calon menteri kesehatan, ditambah surat keputusan Jaksa Agung,” ungkapnya.               

Tidak hanya Sudi saja, mantan aktivis ITB 84 itu juga menyoroti empat menteri lainnya yang layak sudah digantiSeperti, Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Darwin Zahedy Saleh, Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar"Para menteri itu tidak berorientasi pada penciptaan kesejahteraan maupun kemartabatan rakyat, termasuk mengabaikan hak rakyat untuk mendapat kehormatan," tandasnya.

Senada dengan Ganda, pengamat politik Universitas Indonesia, Boni Hargens, menilai, Reshuffle di Kabinet Indonesia Bersatu II menjadi tuntutan mendesak yang harus dilakukan presidenSelain fakta dari berbagai macam lembaga survei juga sudah banyak kalangan akademisi yang telah menyoroti kinerja kabinet yang secara keseluruhan sudah layak untuk dilakukan perombakan.

“Sudah banyak fakta dan data yang menegasakan bahwa beberapa menteri yang gagal tersebut layak untuk segera diganti,” katanya kepada INDOPOS, di Jakarta, kemarin (8/10).

Menurut Boni, Presiden SBY tidak bisa lagi berpura-pura tidak tahu-menahu dalam kasus-kasus yang banyak menyita perhatian publik seperti kasus ledakan elpiji, kenaikan harga sembako dan memanasnya hubungan diplomasi RI dengan Malaysia hingga karut marutnya tatakelola pemerintahan“SBY harus berani membongkar format koalisi dengan mengganti menteri-menteri yang dinilai sudah tidak sejalan dan cenderung menekan," ujarnya(dms)

BACA ARTIKEL LAINNYA... MA Bebaskan Prita dari Gugatan Perdata Rp 20 M


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler