PENGAMAT politik Andrinof A.Chaniago mengatakan, dalam pidato itu SBY sebenarnya bukan menutup kemungkinan pencalonan istrinya, Ani Yudhoyono, dalam pilpres 2014SBY hanya berusaha menegaskan komitmentnya terhadap proses demokrasi yang terbuka dan kompetitif
BACA JUGA: Oneng Daftar Cawagub Independen di Banten
Dalam konteks itu, ujar Andrinof, SBY selaku orang yang tengah berkuasa, tidak hendak mencampurinya."Kalau seandainya nanti ada yang mempersiapkan atau meminta istrinya (Ani Yudhoyono, Red) maju sebagai capres ya tidak salah
BACA JUGA: Tinjau Ulang Putusan Pilkada Yapen Waropen
Biarkan saja pasar yang menentukan," jelas Andrinof yang ikut hadir dalam acara Young Leader Forum.Dengan demikian, menurut Andrinof, tidak ada jaminan keluarga SBY, terutama Ani Yudhoyono, pasti tidak maju dalam pilpres 2014
BACA JUGA: Demi BPJS, Rieke Minta Dukungan Mahfud Cs
Jadi, masih membuka tafsiran ke arah sana," ujar dosen politik dan kebijakan politik Fisip UI, ituMeskipun begitu, Andrinof menyebut capres Partai Demokrat masih mungkin datang dari mana saja.Selain Ani Yudhoyono, di internal Partai Demokrat sendiri, sudah digadang -gadang ketua umumnya, Anas UrbaningrumDari eksternal, juga sudah ramai disebut -sebut nama Letjen Pramono Edhi WibowoAdik Ani Yudhoyono itu sekarang menjabat Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).
Di luar itu, mulai muncul nama mantan Menteri Keuangan yang kini menjadi Managing Direktur IMF Sri Mulyani dan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MDDua nama terakhir ini dilontarkan oleh anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok usai Seminar Nasional di FISIP Unair Surabaya, 3 Juni lalu.
"Jadi, bisa dari mana sajaKalau itu memang hasil proses politik yang demokratisTermasuk di Partai Demokrat, siapa saja yang berpotensi bisa maju," kata Andrinof.
Secara terpisah, pengamat politik Boni Hargens mengapresiasi niat Presiden SBY yang tak ingin mengembalikan rezim politik demokrasi kepada rezim politik dinasti masa lalu"Di mana istri, anak, ipar, besan, dan menantu bisa bergantian berkuasa," katanyaNamun, lanjut Boni, hal itu tidak berarti istri dan anak presiden SBY tak bisa menjadi calon presiden"Tiap orang punya hak yang sama dalam demokrasiKita harus akui itu," ujarnya.
Yang tidak diperbolehkan dalam demokrasi, tegas Boni, adalah merekayasa orang yang tak berbobot untuk menduduki jabatan politik penting, baik di level nasional, lokal, ataupun internal partai, hanya karena bagian dari keluarga penguasaMeski begitu, Boni berharap Presiden SBY tidak sebatas lips service atau basa basi politik.
"Sekali lagi kita hormat terhadap kehendak baik Presiden SBY untuk tidak membangun dinasti politik, tetapi apakah komitmen politik dapat diukur dengan kata-kata," tandas Boni.
Lembaga survei Indo Barometer pada 4 September tahun lalu, sempat menguji secara bergantian tingkat elektibilitas Anas Urbaningrum dan Ani Yudhoyono dengan sembilan tokoh yang dipandang juga berpotensi menjadi kandidat capresDi antaranya, Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto, Wiranto, Aburizal Bakrie, Muhaimin Iskandar, Surya Paloh, Hatta Radjasa, Suryadharma Ali, dan Luthfi Hasan IshaaqSurvei itu dilakukan pada 9 "20 Agustus 2010SBY sengaja tidak diikutkan, karena terkena batasan konstitusi maksimal dua periode.
Hasilnya, saat nama SBY diganti dengan Ani Yudhoyono, tiga besar capres yang paling banyak dipilih adalah Megawati (21,8 persen), Prabowo Subianto (15,5 persen), dan Wiranto (8,7 persen)Ani Yudhoyono hanya di urutan enam dengan 3, 4 persen.
Sewaktu nama SBY diganti dengan Anas Urbaningrum, hasilnya juga tidak terlalu jauh berbedaTiga besar capres yang paling banyak dipilih tetap Megawati (22,1 persen), Prabowo Subianto (15,9 persen), dan Wiranto (8,8 persen)Anas duduk di peringkat tujuh dengan 2,6 persen"Partai Demokrat memang masih harus bekerja keras untuk meng "upgrade tokoh "tokohnya," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari(pri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Curiga Ada Permainan Kursi Setan di KPU
Redaktur : Tim Redaksi