Sebelum Ditembak, Istri Mimpi Kehilangan Sandal

Selasa, 25 Oktober 2011 – 08:12 WIB
Kapolsek Mulia AKP Dominggus Oktavianus Awes ketika disemayamkan di RSUD Mulia. Kapolsek Mulia tewas ditembak orang tak dikenal di Lapter Mulia kemarin. Foto/Ist

JAYAPURA - Meninggalnya Kapolsek Mulia AKP Dominggus Otto Awes akibat luka ditembak yang dilakukan orang yang tidak dikenal (OTK) saat melakukan pengamanan di Lapter Mulia, Senin (24/10)  tampaknya meninggalkan kesedihan yang amat mendalam bagi keluarganya

Apalagi keluarganya banyak yang tidak percaya, jika  orang yang sangat dicintainya itu, meninggalkan mereka begitu cepat dengan kondisi amat tragis

BACA JUGA: Senpi Dirampas, Hidung dan Leher Kapolsek Ditembak

Berikut kisah dan  penuturan  mereka

 
Saat Cenderawasih Pos (JPNN Group) mendatangi rumah almarhum di Kompleks Asrama Polri dekat Mapolsek Sentani Kota, tampak sejumlah warga mulai berdatangan ke rumah bercat warga hijau tersebut.  Di halaman rumah almarhum,  juga sudah terpasang tenda biru dan sejumlah kursi untuk para pelayat.

Sebelum memasuki rumah tersebut, dari kejauhan tampak terdengar tangisan histeris dari seorang perempuan yang shock atas meninggalnya sosok almarhum,  yang ternyata adalah adik almarhum.

Selain para tetangga dan sanak saudara, terlihat juga Wakapolres Jayawijaya Kompol Hutabarat  yang datang di rumah almarhum.  Saat masuk ke dalam rumah, terlihat istri almarhum Ny Bencelina Romayomi, beserta anaknya,  tidak bisa menyembukan rasa dukanya atas meninggalnya sosok bapak yang sangat dicintainya itu.

Di samping itu juga, adik perempuan almarhum, juga terlihat tidak henti-hentinya menangis histeris sambil memegang foto almarhum disaat masih mengunakan seragam pendidikan Sepa (sekolah perwira), sambil sesekali memanggil nama kakaknya.

Istri almarhum Ny Bencelina Romayomi menuturkan, dirinya mengaku sebelumnya tidak punya firasat sama sekali atas kematian suaminya yang ditembak oleh OTK saat tugas pengamanan di Lapter Mulia

BACA JUGA: Pemilihan Ketua Komisi DPRD Cilegon Rusuh

Namun begitu, pada saat  tidur siang hari,  sebelum dirinya menerima kabar kematian suaminya itu,  sempat bermimpin kehilangan sandal yang dipakai sehari-hari.

"Sebelum siangnya bapak ditembak, paginya sekitar pukul 7.00 WIT, bapak sempat  telpon saya minta untuk mengecek penerbangan pesawat Trigana.  Karena hujan, saya tidak sempat pergi ke Lapter, dan akhirnya ketiduran di rumah,"ujarnya dengan nada sedih.

Selain meminta untuk mengecek pesawat Trigana kata Bencelina, bapak juga mengabarkan bahwa kondisinya baik-baik saja
Apalagi, soal keamanan, suaminya lebih tahu, bahkan setiap ada sesuatu yang berkaitan dengan situasi keamanan, suaminya yang selalu memberikan laporan ke Polres.

Makanya,  ketika ada informasi bahwa suaminya ditembak orang kata dia, dirinya sama sekali tidak percaya, karena  yakin bahwa suaminya lebih tahu situasi dan kondisi keamanan di Mulia.

Disinggung siapa orang yang pertama kalinya memberitahu kematian suaminya, menurut Bencelina, informasi dari putrinya yang bekerja di Dinas Kesehatan Mulia yakni sekitar pukul 12.00 WIT.  Saat memberitahu melalui Handphone, putrinya terus saja menangis, namun tidak mau memberitahu apa yang terjadi di sana.

"Meskipun anak saya nangis dan tidak memberitahukan apa yang terjadi disana, saya tetap yakin tidak ada apa-apa dengan bapak, paling hanya peristiwa baku tembak saja seperti kejadian-kejadian sebelumnya

BACA JUGA: Demo, Buruh Menuntut UMP Naik 50 Persen

Saya berkeyakinan seperti itu, karena anak saya tidak mau memberitahukan sebenarnya yang terjadi pada bapak,"ungkapnya.

Satu jam berikutnya, lanjutnya,  seorang pendeta di Mulia telpon, minta dirinya tetap kuat dan tegar menghadapi cobaan.  Setelah ditanya apa yang terjadi, pendeta tersebut baru memberitahu, jika suaminya ditembak orang dan telah meninggal.

Meksi diberitahu seperti itu, dirinya tetap belum  yakin kalau bapaknya ditembak orang, apalagi  selama bertugas di Mulia, bapak sangat disuka dan dicintai oleh masyarakatl, dan lebih tahu kondisi keamanan disana.

Ditanya kapan terakhir kali bapak pulang ke Sentani, menurutnya, bapak sebenarnya baru saja kembali ke Mulia tanggal 10 Oktober, setelah sempat pergi menghadiri pelantikan anaknya yang ketiga,  usai mengikuti pendidikan Dikmaba Brimob di Surabaya tanggal 27 September lalu.

Bahkan, pada tanggal 20 Oktober, dirinya juga mengirim  kue untuk ulang tahun almarhum yang tanggal tersebut,  genap berusia 46 tahun.  Makanya, ketika ada informasi bapak meninggal karena ditembak, dirinya mengaku sangat tidak percaya, karena memang tidak punya firasat apa-apa.

Sementara anak ketiga almarhum Bripda Erens Awes, anggota Brimob Polda Papua menyebutkan, bapak merupakan sosok orang tua yang sangat sayang dan perhatian kepada keluarganyaMeskipun, sibuk dengan tugas-tugas dinas, bapak selalu menanyakan kondisi atau kabar semua keluarganya.

"Sebelum bapak ditembak orang, Minggu (23/10) malam bapak masih telpon saya menanyakan kabarnyaPesannya kepada saya, agar saya bisa menjaga diri, selalu berbuat  baik dengan orang dan diminta memperhatikan keluarganya,"ungkapnya.

Baginya, pesan-pesan ayah terhadap dirinya itu, dianggapnya sebagai hal yang biasa, bukan merupakan firasat atau apa, karena memang bapak sangat perhatian terhadap semua keluarganyaKesan dan kenangan yang sulit dilupakan terhadap sosok almarhum kata dia, adalah bapak orangnya sangat penyabar, dan tidak pernah memarahi anak-anaknya.

Namun begitu imbuhnya, dalam tiga hari terakhir ini, dirinya mengaku selalu kepikiran dengan ayahnya, tidak seperti biasanyaDengan kematian ayahnya ini, dirinya sebagai anggota Polri siap melanjutkan jejak ayahnya sesuai pesan-pesan yang selalu disampaikan ayahnya(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Keluyuran, 8 PNS Terjaring Razia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler