Sebelum Supersemar Diteken, Bung Karno Marah Sampai Lempar Asbak

Jumat, 11 Maret 2016 – 21:43 WIB
Soekarno da Soeharto. Foto: Public Domain.

jpnn.com - INI yang terjadi sebelum Surat Perintah 11 Maret 1966 alias Supersemar diteken Presiden Soekarno. 

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Antara Gerhana Matahari Total, Dewa Wisnu dan Agama Hindu

9 Maret 1966 malam di rumah Dasaad, Jl. Pegangsaan Timur, Jakarta. 

Asisten VII Menteri Panglima Angkatan Darat Alamsjah Ratu Perwiranegara terlihat serius menghadapi dua lawan bicaranya; Dasaad si empunya rumah dan Hasjim Ning (pemilik rumah gedong di depan Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini). 

BACA JUGA: Bila Saya Jokowi...

Alamsjah menjelaskan perkembangan situasi nasional paska peristiwa G30S 1965.

"Negara dalam keadaan kritis," katanya. 

BACA JUGA: Pelaut Kudu Baca Nih...Rahasia Sukses Pelayaran Paling Legendaris di Abad 20

Lalu, dimintanya Dasaad dan Hasjim menemui Soekarno di Istana Bogor untuk meminta Presiden Soekarno melimpahan kekuasaannya kepada Soeharto.

Kata Alamsjah, "Jenderal Soeharto telah membuktikan kemampuannya mengendalikan keadaan," kenang Hasjim Ning dalam otobiografinya, Pasang Surut Pengusaha Pejuang yang disunting A.A. Navis. 

Dasaad mulanya menolak. Dia tidak mau ikut campur urusan politik. 

Beberapa saat sebelumnya...

Dalam sebuah pertemuan dengan Soeharto di rumah mendiang Ahmad Yani, Menteng, Jakarta, Alamsjah mengusulkan memakai jalan halus untuk mengambil-alih kekuasaan dari Soekarno.

Yakni A.M. Dasaad dan Hasjim Ning, dua orang pengusaha yang sangat dekat dengan Soekarno. 

Saking dekatnya, "Dassad dapat bebas keluar-masuk kamar Soekarno," tulis Alamsjah dalam otobiografinya Perjalanan Hidup Seorang Anak Yatim.

Dilempar Asbak

Karena Dasaad menolak, terjadi perdebatan dan bujuk rayu. Akhirnya, Dasaad setuju juga menemui Soekarno bersama Hasjim. 

Malam itu juga mereka dibekali surat tugas yang diteken langsung oleh Soeharto di rumah Yani. 

Esok harinya, 10 Maret 1966. Dasaad dan Hasjim  berangkat ke Bogor memakai mobil Cadillac B-1000.

"Mobil itu milik Dasaad," tulis Achmad Sjaichu, tokoh Nahdlatul Ulama yang ketika itu menjabat ketua DPR GR, dalam otobiografinya Kembali ke Pesantren: Kenangan 70 Tahun KH Achmad Sjaichu.

Soekarno mengenakan pantalon dan kaos oblong menyambut kedatangan dua sekondan dekatnya itu. 

Setelah basa-basi, Hasjim mulai “mengangkat-angkat” Soeharto.

Soekarno membaca maksudnya. “Apa kamu disuruh Soeharto datang ke sini?” tanya Si Bung.

“Kamu bicara seenaknya saja,” lanjutnya. “Aku tahu itu Soeharto menyuruh Sarwo Edhie memimpin mahasiswa untuk demonstrasi. Mestinya dia larang itu demonstrasi.” 

Sukarno marah sampai melempar asbak kepada Hasjim sambil berkata, “kamu juga sudah pro Suharto,” tulis Alamsjah dalam otobiografinya, mencuplik kesaksian Hasjim dan Dasaad. 

Sekira pukul 12 malam Dassad dan Hasjim pamit. Mereka tiba di Jakarta dua jam kemudian dan langsung ke rumah Alamsjah.

Misi pertama ini gagal. Maka misi kedua pun dilakukan. Soeharto mengutus tiga petinggi Angkatan Darat. Yakni, Mayjen Basuki Rachmat, Brigjen M. Yusuf, dan Brigjen Amir Machmud.

Ada hal yang masih misterius tentang jalannya misi kedua ini. 

Pendeknya, mereka berhasil mendapatkan Surat Perintah (SP) 11 Maret yang ditandatangani Soekarno.

Berbekal surat itu, setahun kemudian, 12 Maret 1967, Soeharto dilantik menjadi Presiden Indonesia. (wow/jpnn)

Baca juga: Ini Lho SP 11 Maret Menurut Bung Karno 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Begini Cara Pelaut Ulung Menyisir Ombak Membelai Badai


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler