jpnn.com - MAKASSAR -- Rahman Qayyum menarik pernyataannya yang menyebut profesi wartawan termasuk pekerjaan kotor.
Saat dihubungi FAJAR (Grup JPNN.com), ustaz glamour tersebut meluruskan perkatannya. Menurutnya, dia tidak bermaksud menghina profesi wartawan, namun pihaknya hanya menyindir wartawan yang tidak mematuhi kode etik jurnalistik.
BACA JUGA: Animo Membayar Zakat Relatif Kecil
"Saya tidak bermaksud memojokkan suatu golongan, saya hanya fokus untuk dakwah, janganki besar-besarkan kasian," tutur Rahman Qayyum seperti yang dilansir FAJAR, Minggu (20/7).
Mantan penasehat spiritual Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo tersebut mengatakan, profesi jurnalis sangat mulia, sehingga dia tidak mungkin memojokkan wartawan.
"Mana mungkin saya menjelek-jelekkan wartawan dalam masjid, saya tidak memiliki kepentingan, saya bukan politikus tetapi hanya untuk dakwah," tuturnya.
BACA JUGA: Antisipasi Lonjakan Mudik, Daya Tampung Pelabuhan Ditingkatkan
Dia juga membantah jika dirinya memojokkan kaum minoritas Tionghoa. Ustas asal Makassar itu hanya menyinggung pedagang yang tidak jujur dan penjahit yang kerap tidak menepati janjinya terhadap konsumennya.
"Sama sekali tidak menyebut China. Saya juga sesalkan wartawan yang tidak konfirmasi ke saya sehingga masalahnya besar kayak sekarang," sesal Raman Qayyum.
Dia mengatakan, jika pernyataannya tersebut menyakiti hati para jurnalis, pihaknya secara pribadi meminta maaf. Bahkan dia telah mengunjungi beberapa media di Makassar untuk mengkarifikasi pernyataan kontroversial tersebut.
BACA JUGA: 876 Tenaga Medis dan Paramedis Terima Jasa BPJS
"Saya sudah mendatangi tokoh media seperi Alwi Hamu, Sulkifkli Gani Ottoh dan Syamsu Nur untuk meminta maaf, mereka menyambut baik kedatangan saya," tuturnya.
Ustas kondang tersebut belakangan memang banyak menuai sorotan, sebab kehidupannya sebagai da'i terkesan glamour. Banyak kalangan menilai, pendiri Rahman Qayyum Centre tersebut kerap menolak permintaan ceramah yang honornya sedikit.
"Mungkin banyak tidak suka dengan gaya saya karena banyak mobil mewah, ustas juga manusia. Persoalan kemewahan itu kan tergantung rezeki," tutupnya.
Sebelumnya, penasehat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pusat, HM Alwi Hamu mengaku tersinggung dan menyesalkan pernyataan Rahman Qayyum yang menyatakan profesi wartawan harus dihidari karena pekerjaan bersinggungan dengan sesuatu yang kotor. (dir)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Asal Bersedia di Pedalaman, Dokter Digaji Rp 75 Juta Setahun
Redaktur : Tim Redaksi