Ke Melbourne, tidak lengkap kalau tidak mengunjungi Albert Park, taman yang setiap Maret digunakan untuk balapan Formula 1Lalu bertemu langsung dengan para petinggi penyelenggara lomba.
Dari Darwin ke Sydney, dari Sydney ke Canberra, dari Canberra ke Melbourne
BACA JUGA: Pemulihan Cedera Lebih Baik daripada di Amerika
Meski hanya sehari di Melbourne, tapi kunjungan di ibu kota Victoria itu yang paling padat dan variatifBACA JUGA: Paling Enjoy jika Tahan 3,5 Jam tanpa ke Toilet
Seharian di Melbourne Rabu lalu (9/9), tengah malamnya langsung terbang kembali ke Indonesia via Singapura.Rabu lalu di Melbourne, total enam program dilakukan dari pagi sampai malam
Sebelum kelima program itu, paginya lebih dulu bicara Formula 1 dengan para "empunya" Grand Prix Australia di Melbourne.Sejak 1996, Melbourne sudah menjadi tuan rumah seri balap mobil paling bergengsi di dunia itu
BACA JUGA: Jualan Barbeque untuk Bantu Biaya Tim ke Surabaya
Sangat sering, Melbourne menjadi seri pembuka.Di antara semua balapan di dunia, GP Australia termasuk yang paling populerMelbourne kota yang indah, dan balapan diselenggarakan di Albert Park, salah satu taman kotaKalau di negara lain dan di lomba "tradisional," penggemar butuh banyak waktu untuk menuju sirkuit, yang letaknya biasa jauuuuh dari kota.Bagi saya, GP Australia merupakan lomba favoritPuluhan kali sudah saya meliput balapan F1 untuk harian ini, Melbourne merupakan tempat paling asyikBeberapa kali sudah saya meliput di sana, sejak 2001 dan terakhir 2007 lalu.Namun, saya belum pernah ke Melbourne (dan ke Albert Park) di saat tidak ada balapanDan bedanya luar biasaMembuat orang makin tak
Rabu pagi itu, saya dijadwalkan bertemu dengan Ronald JWalker, chairman Australian Grand Prix CorporationSebenarnya, pertemuan itu dirancang bukan untuk F1Sebab, Ron Walker juga chairman dari Fairfax Media Limited, salah satu grup media terbesar di AustraliaDi dalamnya antara lain harian The Age dan Financial Review.
Dasar maniak F1, mengapa tidak bertanya-tanya saja tentang F1 kepada orang nomor satu di GP Australia ituSelama ini, saat meliput F1, saya memang sering berpapasan dengan WalkerHanya saja, saat lomba, fokus saya biasanya kepada tim dan para pembalap.Sebelum bertemu di Grand Prix House di Albert Road (di seberang salah satu sudut Albert Park, saya lebih dulu keliling "sirkuit.?
Karena itu taman publik, jalanannya pun bebas dipakai publikKami "bersama driver dan Broughton Robertson dari departemen luar negeri Australia-- menyusuri taman itu searah jarum jam, sesuai rute balapanHanya ada beberapa perbedaan rute, karena beberapa tikungan dibuat khusus untuk F1, tidak bisa dilalui saat taman berfungsi "normal.? Dari perbedaan itu, bisa dibayangkan betapa rumitnya pekerjaan "menyulap" taman kota jadi sirkuit standar F1Tidak cukup dua sampai tiga minggu sebelum lombaKabarnya, untuk lomba di bulan Maret, pekerjaan sudah dimulai sejak awal tahun baruSetelah lomba, butuh waktu lagi untuk membongkar semuanyaDan itu dilakukan setiap tahun, selama 13 tahun terakhir!
Kami lantas berhenti di kompleks garasi dan paddock "sirkuit." Sebuah bangunan permanen dua lantaiKetika lomba setiap maret, di sinilah tim-tim F1 bermarkasLantai dasarnya adalah garasi mobilLantai di atasnya multifungsiSebagian jadi media center, tempat ratusan wakil media dari berbagai penjuru dunia bekerjaSebagian besar menjadi kompleks hospitality, tempat tim-tim dan para sponsornya menjamu para tamu VIP dan pemegang tiket Paddock Club (tiket termahal yang harganya di kisaran Rp 30 juta per orang).
Media center, tempat yang paling berguna bagi saya kalau liputan, berada di bagian paling ujungAlangkah kagetnya saya, ketika di depan pintu masuknya ada lapangan basket miniSaya tahu di sana ada kotak lantai beton, tapi selama ini saya pikir berfungsi sebagai jalan masuk ke kompleks paddockLebih kaget lagi ketika melihat lantai dua bangunan itu (yang berdinding kaca, jadi terlihat dari luar)Terlihat ada beberapa gawang kecil"Lapangan futsal" begitu tanya saya dalam hati.
Saat berada di Grand Prix House, Walker menjelaskan bahwa bangunan itu memang harus multifungsi"Menurut aturan, tidak boleh ada bangunan permanen di tamanTapi kami membuat kesepakatan dengan parlemenBahwa bangunan itu bakal multifungsiBisa digunakan publik ketika tidak ada balapan," terangnya.
Drew Ward, CEO Australian Grand Prix Corporation, menambahkan bahwa bangunan itu bukan hanya berisikan lapangan futsal"Juga bisa dipakai untuk netball dan basketball," ungkapnya.
Dalam pertemuan itu, Walker menanyai popularitas F1 di IndonesiaTentu saya jawab luar biasaHanya saja, termasuk berat bagi banyak penggemar untuk nonton ke AustraliaSelain butuh waktu untuk mengurus visa, juga biayanya lebih tinggi dari nonton ke Malaysia.Walker tampak terkejut, ketika diberitahu penggemar F1 Indonesia bisa menikmati GP Malaysia dengan hanya mengeluarkan sedikit di atas USD 500 (Rp 5 juta)Itu cukup untuk pesawat, hotel murah, dan tiket nonton.
Grand Prix Australia sendiri telah menjalani masa-masa cukup "mendebarkan" belakangan iniTerakhir, pada lomba Maret lalu, ada perubahan jam lombaDari start pukul 14.00, mundur ke pukul 17.00Semula, F1 ingin lomba malam hari, supaya mendapat perhatian pemirsa televisi lebih baik di Eropa (basis utama penggemar F1)Kalau start pukul 14.00, maka penonton di Eropa harus bangun sekitar pukul 03.00 dini hari.
Semula, Walker dan perusahaannya mengajukan permintaan ke pemerintah untuk menginstalasi lampu, supaya bisa menyelenggarakan lomba di malam hariTapi ditolakStart pukul 17.00 adalah kompromiDan Walker mengaku mendapatkan manfaatnya."Pemirsa televisi di Eropa melonjak tiga kali lipatDengan total pemirsa di seluruh dunia mencapai 100 juta orang," ungkapnya"Jadi kami senang dengan format baru ini," tandasnya.
Pemerintah memang punya peranan besar untuk GP AustraliaPemerintah-lah pemilik Australia Grand Prix CorporationWalker dan Ward mengakui bahwa perusahaan ini merugi setiap tahun"Kami rugi sekitar 40 juta dollar (Australia, Red) setiap tahunTapi Australia mendapat banyak manfaat dari situMelbourne dikenal di seluruh duniaKarena itu, lomba ini akan terus dilanjutkanKami sudah memperpanjang kontrak dengan F1 hingga 2015," papar Walker.
Kerugian itu, lanjut Walker, tidaklah seberapa bila dibandingkan beberapa penyelenggara lain"Tahun lalu, Grand Prix Singapura rugi sampai 100 juta dollar," ungkapnyaWalker tidak bilang itu dollar Australia atau Amerika SerikatTapi nilainya tidaklah terlalu jauh berbedaAntara Rp 850 miliar (dollar Australia) atau Rp 1 triliun (dollar AS)Gengsi memang mahal sekali" (habis)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nasib Situs Berita Arrahmah.com setelah Jibril Ditangkap
Redaktur : Tim Redaksi