Sejarah Monumen Soekarno di Pusat Kota Jepang

Kamis, 17 September 2015 – 15:26 WIB
Sepucuk kertas yang diserahkan Bung Karno kepada Shigetada Nishijima, mantan tangan kanan Laksamana Maeda, pada 15 Februari 1958. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

jpnn.com - DI Jepang ada menara tinggi menyerupai Eiffel. Dinamakan Tokyo Tower. Simbolisasi semacam Monas di Jakarta. Di kawasan ini berdiri sebuah kuil kuno Seisho Ji. Di pekarangan Seisho JI ada Soekarno Hi. Hi dalam bahasa Jepang berarti Monumen.

Pada dinding monumen batu itu terukir kata-kata dalam dua aksara, latin dan kanji. Berbahasa Indonesia dan bahasa Jepang. 

BACA JUGA: Senarai Kisah Di Balik Lahirnya Film Kontroversial Yang Muda Yang Bercinta

Surat Soekarno  

Sebulan setelah hubungan diplomatik Indonesia-Jepang resmi dibuka, Februari 1958 Presiden Soekarno bertandang ke Jepang.

BACA JUGA: Bukan Karena Krisis, Tapi Diskotek Inilah Penyebab Night Club Berguguran

Meski bukan resmi kunjungan kenegaraan, begitu mengetahui kedatangan Bung Karno, Kaisar Hirohito mengundang Si Bung ke kediamannya, 3 Februari 1958. Perjamuan makan pun siang dihidang. 

Pada 15 Februari 1958, proklamator kemerdekaan Indonesia jumpa Shigetada Nishijima, tangan kanan Laksamana Maeda semasa pendudukan Jepang di Indonesia. 

BACA JUGA: Kata Pak Gubernur, Tempat Hiburan Malam Keharusan Sebuah Kota Metropolitan

"Nishijima kawan lama Bung Karno. Ia fasih berbahasa Indonesia. Dan berjasa mengatur perumusan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia di rumah Maeda," tulis buku Jejak Intel Jepang

Dua sekondan itu bernostalgia. Di puncak senda gurau melepas rindu, Bung Karno menyelipkan sepucuk surat ke genggaman Nishijima. Begini isinya:

Kepada sdr Ichiki Tatsuo dan sdr Yoshizumi Tomegoro. Kemerdekaan bukanlah milik sesuatu bangsa sadja, tetapi milik semua manusia. Tokyo, 15 Februari 1958. Soekarno.

Ichiki Tatsuo adalah pemimpin redaksi Asia Raya, koran tempat Rosihan Anwar pernah bekerja. Dialah orang yang menerjemahkan buku teori perang gerilya Jepang ke bahasa Indonesia. 

Tomegoro Yoshizumi, kepala intelejen di kantor Laksamana Maeda. Dia pengagum Tan Malaka. Saat jumpa, Tan memberinya nama Arif. Ketika perang kemerdekaan Indonesia meletus (1945-1949) Yoshizumi berjuang di pihak Indonesia.

Isi surat Soekarno inilah yang diabadikan pemerintah Jepang pada sebuah monumen di kuil Seisho Ji. (wow/jpnn) 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Diskotek Pertama di Jakarta Ini Kasih Diskon Gede-gedean buat Pelajar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler