Sekat Antarkelas Hanya Dibatasi Kain Gorden

Sabtu, 06 Januari 2018 – 00:05 WIB
Siswa SDN Glinggingan 2 tengah mengikuti KBM meski ada kegaduhan dari kelas lain. Foto: HENGKY RISTANTO/Radar Pacitan

jpnn.com, PACITAN - Para siswa kelas I-V SDN Glinggangan 2, Kecamatan Pringkuku, Pacitan, Jatim, terpaksa belajar di ruangan yang kondisinya memprihatinkan.

Kelas mereka hanya beratapkan terop tanpa dinding. Sekat antarkelas hanya dibatasi kain gorden. Sehingga ketika kelas lain gaduh, suaranya bakal terdengar jelas di kelas sampingnya.

BACA JUGA: Lembah Harau Longsor, 10 Wisatawan Terjebak

Kondisi itu terpaksa harus dihadapi 90 siswa SDN Glinggangan 2 terhitung sejak Selasa lalu (2/1). Sebab, kelas yang sebelumnya mereka tempati saat ini kondisinya sudah tak memungkinkan untuk dipakai.

Lantai keramik ruang kelas mengalami retak-retak. Plafon kelas juga banyak yang jebol. Saluran air yang berada persis di belakang sekolah ambles.

BACA JUGA: Dikemudikan Novel, Avanza Nyungsep di Pekarangan Rumah

‘’Hampir seluruh bangunan sekolah mengalami retak dan terancam longsor. Jadi, kami memutuskan mendirikan tenda di halaman sekolah untuk pelaksanaan KBM,’’ kata Murtini, kepala SDN Glinggangan 2.

Pendirian terop di halaman sekolah untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) darurat sebelumnya sudah dikoordinasikan dengan dinas pendidikan (dindik).

BACA JUGA: Khalifah Kami dari Santri Pacitan untuk Jokowi

Itu sekaligus menjadi pertimbangan pihak sekolah setelah mendapat usulan dari wali murid. Sebab, mereka lebih menghendaki pelaksanaan KBM digelar darurat daripada harus menumpang belajar di SDN Glinggangan 1.

‘’Wali murid banyak yang mengeluh jauh jika KBM digelar di SDN Glinggangan 1,’’ ungkap Murtini.

Saat ini hanya ada tiga dari sembilan ruangan di SDN Glinggangan 2 yang masih bisa dipakai. Antara lain untuk pembelajaran kelas VI, ruang guru, UKS, serta penyimpanan buku bahan ajar siswa.

Sedangkan ruangan lain dikosongkan karena rusak imbas tanah gerak yang terjadi pada 28 November 2017 lalu.

‘’Sampai sekarang belum ada kejelasan mau direlokasi atau direnovasi,’’ timpal Ibud Harianto, guru olahraga di sekolah itu.

KBM darurat itu tentu membuat siswa tidak nyaman. Beberapa di antara mereka mengeluh bising.

Belum lagi saat matahari menyingsing, siswa kepanasan dan merasa gerah. Mereka juga terancam kehujanan bila sewaktu-waktu turun hujan. ‘’Sering tak bisa konsentrasi belajar,’’ ungkap Lidia Kusuma Wardani, siswi kelas V.

Lidia berharap ada tindak lanjut dari pemerintah terkait kondisi yang dihadapi sekolahnya saat ini.

Termasuk kemungkinan dibangunkannya sekolah baru yang kondisinya jauh dari ancaman bencana tanah gerak.

‘’Semoga kelasnya bisa dibangun kembali dan kami bisa belajar di kelas,’’ harap Lidia yang bercita-cita jadi guru itu. (mgd/her)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Longsor, Akses Jalan Lintas Tanjung Sakti dan Pumu Lumpuh


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler