Selamat Datang GIMIN, Banyak Daerah Menantimu

Sabtu, 01 Oktober 2011 – 13:31 WIB

SEBENARNYA, hanya ada lima keinginan rakyat yang utama di bidang listrik: (1) jangan ada krisis listrik, (2) jangan ada daftar tunggu, (3) jangan sering-sering mati, (4) tegangannya jangan turun-naik, dan (5) daerah-daerah yang belum berlistrik segeralah berlistrik.

Karena itulah, kalau bulan-bulan pertama saya di PLN lebih sering mengunjungi daerah yang krisis listriknya hebat, sekarang saya lebih sering ke daerah yang tegangan listriknya tidak stabil.

Di Jawa, tinggal Banten Selatan, Cianjur Selatan, dan Sukabumi Selatan yang tegangan listriknya masih kacauKarena itu, pekan lalu, saya menjelajahi kawasan tersebut

BACA JUGA: Bila Dua Gajah Bertempur, Listrik yang Mati

Dua hari kemudian, saya ke daerah-daerah pinggiran Sumatera, tepatnya ke Dumai dan Bagan Siapi-api.

Secara konvensional, mengatasi tegangan yang rendah bisa dilakukan dengan membangun gardu induk (GI)
Tapi, membangun GI memerlukan waktu dua tahun

BACA JUGA: Setengah Tahun Fukushima

Terlalu lama
Itu pun karena bupati Lebak yang mantan pengusaha yang agresif tersebut, Mulyadi Jayabaya, mau menyediakan tanah 2 hektare untuk GI di Kota Malingping

BACA JUGA: Menebus Dosa, Bermalam di Penyabungan

Perlu terobosan untuk mengatasi tegangan itu dengan cepat.

Saya langsung teringat pada GIMINRasanya, GIMIN-lah bisa diandalkan untuk mengatasi tegangan listrik dengan murah dan cepatDengan GIMIN (gardu induk minimalis), tegangan bisa normalMembangun GIMIN tidak seruwet membangun GI: cukup ada tanah dan trafo besarTidak perlu membangun gedungPeralatan elektroniknya bisa ditempatkan di sebuah kontainerHanya, seperti yang dipesankan Nur Pamudji, direktur energi primer PLN yang dulunya selalu mengurus GI, proteksinya harus baik.

Direktorat Perencanaan dan Teknologi PLN langsung merumuskan standar GIMIN yang memenuhi persyaratanBaik secara teknologi maupun kriteria wilayahAda wilayah yang harus diselesaikan dengan GI, tapi banyak juga wilayah yang cukup dengan GIMIN.

Di Sumatera, GIMIN bisa dipakai untuk mempercepat elektrifikasiKelistrikan di Sumatera masih jauh tertinggal oleh JawaBanyak kota besar yang hanya dilayani dengan satu atau dua GIKota Bengkulu, misalnya, hanya punya satu GIKalau ada persoalan di GI tersebut, seluruh Kota Bengkulu padam totalPekanbaru yang begitu pesat hanya dilayani dua GISumatera masih memerlukan ratusan GI baru.

Di Kota Bagan Siapi-api, saya mendapati kenyataan lebih parah: kota ini tidak punya GI sama sekaliMungkin karena dianggap hanya kota nelayan yang kecil yang amat jauhPadahal, saya benar-benar dibuat terkejut oleh perkembangan kota tua iniBagan Siapi-api ternyata lagi membangun diri secara besar-besaranBupati Dumai H Annas Maamun, yang meski sudah berumur 74 tahun terpilih kembali, kini sedang membenahi kota lama sekaligus membangun kota baru

Kota baru itu sangat dibanggakan penduduk setempat dengan menyebutnya "Putra Jaya Junior"Putra Jaya adalah kota baru di Kuala Lumpur yang sekarang menjadi pusat pemerintahan MalaysiaKota baru Bagan Siapi-api dibuat seperti Putra Jaya dalam ukuran kecil.?

Jalan rayanya kembar, masing-masing tiga jalurBangunan-bangunan kantornya dibuat cukup jauh dari jalan rayaDan yang membuatnya berpredikat "Putra Jaya Junior" adalah arsitekturnyaSeluruh bangunan di kota baru itu menggunakan model dua kubahBangunan kecil berkubah kecilYang besar berkubah besar.
 
Hampir semua gedung dinas, kejaksaan, dan pengadilan sudah jadiDemikian juga, tiga gedung museumnya sudah berwujud: museum Tionghoa, museum Melayu, dan museum ikanSangat mengesankanBaru kali inilah saya melihat ada kota baru yang dibuat di Indonesia dengan karakter yang kuatSaya sudah sering melihat kota baru seperti ini di Tiongkok atau Malaysia, tapi baru di Bagan Siapi-api ini saya menemukannya dilakukan di Indonesia.?
 
Di Jawa, tentu sudah banyak kota baru yang berkarakterTapi semuanya dibangun swastaSeperti Citraland di Surabaya, BSD di Jakarta, Karawaci di Tangerang dan seterusnyaTapi yang di Bagan Siapi-api ini yang membangun adalah pemerintahPemerintah daerahKabupaten kecil pula.
 
Karena saya tiba di Bagan Siapi-api sudah pukul 19.00, maka saya langsung tahu kelemahan terbesar kota baru ini: gelap gulita!
 
Malam itu juga, setelah sembahyang Isya yang agak telat di masjid baru yang cantik, kami membuka peta kabupaten Rokan Hilir yang beribukota di Bagan Siapi-api iniSambil duduk di karpet masjid yang masih harum itu wakil bupati HSuyatno dan pimpinan wilayah PLN Riau Joko Abunaman menjelaskan pilihan-pilihan langkah yang harus diambil untuk mengatasi kegelapan itu.
 
Kabupaten ini punya ambisi besar untuk tidak kalah dengan kota-kota kecil di depan sanaMaksudnya kota-kota kecil di Malaysia yang jaraknya hanya 1,5 jam naik speedboat dari Bagan Siapi-apiKota pantai Port Dickson di Malaysia, misalnya, adalah tetangga terdekat Bagan Siapi-api.
 
Di samping membangun kota baru bupati Maanan juga sedang membangun dua jembatan besarPanjang totalnya hampir 1,5 km! Rasanya seperti mustahil sebuah kabupaten yang namanya jarang disebut di level nasional bisa mempunyai ide dan mampu membangun jembatan sebesar iniArsitekturnya sangat modern pulaMalam itu juga saya minta diantar untuk melihat proyek jembatan ituJam 4 subuh saya sudah harus meninggalkan Bagan Siapi-api.
 
Jembatan ini ternyata sudah setengah jadiLagi dikebutAkhir tahun depan sudah harus berfungsiInilah jembatan kembar yang menghubungkan kota baru dengan wilayah terisolasi yang dikenal sebagai wilayah suku Kubu yang dulu disebut suku terasing ituJembatan ini untuk meloncati muara sungai Rokan yang lebar

Dibuat kembar karena di tengah-tengah sungai itu ada pulau seluas 3.000 haPulau inilah yang dirancang untuk dijadikan tempat rekreasiTermasuk lapangan golfPemain golf dari Singapura dan Malaysia akan dirangsang datang ke sini.
 
Begitu jembatan selesai, bupati tua tapi sangat gesit ini akan langsung membangun lapangan terbangLokasinya di kecamatan Kubu, kira-kira 3 km dari ujung jembatanTanahnya sudah disiapkan dan ijin-ijin ke pusat sudah diurusTanpa bandara, tidak akan ada orang yang mau datang ke Ba Yen, sebutan Bagan Siapi-api dalam bahasa MandarinMana ada orang yang mau jalan darat selama 7 jam dari Pekanbaru ke kota ini.
 
Ada tujuan lain dibangunnya jembatan ituMembuka isolasi kecamatan Kubu yang menjadi konsentrasi penduduk termiskin di propinsi Riau yang kaya-rayaBupati Maanan ingin ada jalan raya dari Bagan Siapi-api sampai ke wilayah Sumatra Utara.
 
Melihat semangat bupati yang begitu menggebu-gebu dalam membangun negeri saya pun maluListrik harus segera baik di siniSaya berjanji akan ke sini lagi untuk meresmikan gardu induk pertama di kota yang klentengnya saja lebih dari 25 buahRencana menambah mesin diesel di situ saya batalkan

Rencana membangun pembangkit listrik gas batubara juga saya urungkanSemua itu tidak akan menyelesaikan masalahHarus ada gardu induk di sini, seminimal apa pun! (*)

    Dahlan Iskan
       CEO PLN

BACA ARTIKEL LAINNYA... Susi Tetap di Hati


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler