Seni Kamoro Tak Akan Musnah

Freeport Galakkan Promosi Budaya Kamoro

Kamis, 08 April 2010 – 19:11 WIB
KHAS - Dr Kal Muller (kiri) yang sedang menjelaskan soal gendang khas Kamoro, bersama dengan warga asli Kamoro, Presiden Direktur Freeport, Armandi Mahler, serta istri Duta Besar Meksiko, Melda Pria. Foto: Nicha Ratnasari/JPNN.
JAKARTA - PT Freeport Indonesia yang telah berkomitmen untuk mensosialisasikan kebudayaan lokal Papua, akhirnya mewujudkan salah satu niatnya dengan menggelar pameran 'Kamoro Art from Papua' di The House of Mexico, Kuningan, Jakarta"Ini sudah menjadi tugas kita

BACA JUGA: Mantan Dirut Bank Jabar Divonis Tujuh Tahun

Acara ini bertujuan untuk mengenalkan budaya lokal Papua yang cukup unik ke seluruh Indonesia dan dunia internasional," ujar Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Armando Mahler, ketika ditemui usai acara pembukaan pameran, Kamis (8/4).

Armando yang nampak didampingi oleh istri Duta Besar Meksiko, Melda Pria, mengatakan bahwa pameran ini juga didukung oleh kerjasama dengan pihak Kedutaan Besar (Kedubes) Meksiko, di mana juga turut dipamerkan beberapa hasil karya lukisan khas Meksiko
Sementara lebih jauh, Armando juga menerangkan bahwa pihaknya sangat serius dalam menjalankan program ini

BACA JUGA: Polri Tangkap Markus Palsu

Bahkan katanya, Freeport pun mendatangkan seorang antropolog asal AS yang juga merupakan konsultan PT Freeport Indonesia, Dr Kal Muller, dengan tugas membina para seniman asal Kamoro, Papua.

"Sebelumnya, cara kerja mereka untuk membuat suatu hasil karya seni, khususnya seni ukir, terlihat sangat kasar sekali, mengingat menggunakan alat ala kadarnya
Namun, dengan usaha kita untuk membina para warga atau seniman yang hidup di daerah pesisir ini, hasilnya kemudian memiliki nilai seni yang cukup tinggi," terang Kal, ketika ditemui JPNN di sela-sela pameran.

Kal menjelaskan, dirinya sendiri sudah lebih dari sekitar 20 tahun hidup di pedalaman Kamoro, hanya untuk memberikan pelatihan dan membina warga setempat

BACA JUGA: Bahasyim Assifie Mundur dari Bappenas

"Bisa dikatakan, tujuan kami untuk menghasilkan karya seni ini, bukanlah untuk mencari keuntunganMelainkan, hasil yang didapat adalah untuk mengembangkan masyarakat dan ekonomi di Kamoro,” ujar Kal.

Lebih jauh Kal menerangkan, dalam membuat suatu karya seni ukir, para warga Kamoro memiliki tradisi ritual yang cukup unikUntuk membuat suatu gendang yang menggunakan kulit biawak, lanjut Kal, warga Kamoro selalu menggunakan darah manusia untuk mewarnai gendang dan kulit biawak tersebut"Menurut kepercayaan mereka, darah manusia yang dioleskan di gendang dan kulit biawak tersebut akan mampu mengasilkan suara yang indah," imbuhnya.

Dari mana mereka mendapatkan darah manusia? Kal menjelaskan, darah tersebut didapat dari darah para warga atau seniman Kamoro sendiri"Bahkan, mereka rela kaki mereka disilet-silet sendiri, di mana kemudian darah yang keluar langsung dioleskan ke gendang dan kulit biawak tersebut," serunya.

Kal yang saat ini berusia 71 tahun mengakui, budaya mistis di Kamoro memang bisa dikatakan masih sangat kentalSehingga, pihaknya pun berusaha sebaik-baiknya agar kebudayaan lokal Kamoro ini tidak musnah"Kamoro itu jauh dari peradabanJauh dari keramaian layaknya di kotaIni kebudayaan yang cukup unik dan harus dipertahankan, agar tidak musnah," jelasnya.

Sekadar diketahui, dalam ajang pameran seni Kamoro kali ini, Freeport mendatangkan sedikitnya enam orang seniman asli Kamoro, serta sekitar 140 buah kayu ukiran Kamoro(cha/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menkumham Berinisiatif Tuntaskan Ekstra Vonis


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler