Sensitif dengan Kemungkaran

Jumat, 10 Juli 2015 – 08:22 WIB
Adhyaksa Dault. FOTO: ist

jpnn.com - RAMADHAN seharusnya bisa menjadikan lingkungan, kota, dan bangsa ini menjadi lebih baik. Segala jenis kemungkaran dan huru-hara bisa diminimalisir atau bahkan distop sama sekali. 

Alasannya, karena Ramadhan merupakan waktu dimana Allah SWT menurunkan para Malaikat-Nya ke muka bumi. Sebaliknya, syetan-syetan di belengggu sehingga tidak leluasa lagi dalam melancarkan godaan kepada ummat manusia. 

BACA JUGA: Merawat Hidayah

Hal itu Rasulullah SAW tegaskan lewat haditsnya. ”Ketika Ramadhan datang maka dibukalah pintu-pintu surga, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan dirantailah syetan-syetan,” hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim. 

Namun, fakta di lingkungan kita membuktikan, hingga kini kemungkaran, kemaksiatan, dan huru-hara tidak kunjung sepi. Bahkan, intensitasnya hampir sama dengan bulan-bulan lain sebelum bulan Ramadhan. 

BACA JUGA: Merawat Generasi

Di berbagai media pemberitaan selalu saja ada berita tentang pemerkosaan, pembunuhan, dan perjudian. Dengan kata lain, segala kemungkaran masih menjadi jubah sosial kita saat ini. Tentu sangat perihatin dan menguras emosi. Apalagi, bagi kita yang selalu mendambakan lingkungan masyarakat yang damai, aman, dan tentram.

Lantas apa yang membuat kemungkaran masih tetap hidup saat bulan Ramadhan dimana syetan dibelenggu? Yang jelas tidak mungkin Rasulullah SAW berbohong dengan haditsnya. Rasulullah SAW adalah manusia terbaik dan paling mulia sepanjang zaman. 

BACA JUGA: Merajut Persaudaraan

Apa yang Rasulullah SAW sampaikan adalah sabda yang kebenarannya sudah terjamin. Tidak ada keraguan padanya. Bisa jadi masih maraknya kejahatan dan kemungkaran di bulan Ramadhan karena jumlah makhluk yang mengajak kepada kesesatan sudah didominasi oleh dari golongan manusia. Ya, golongan kita sendiri. 

Dengan demikian, walau Allah SWT sudah membelenggu syetan dari golongan jin, tapi manusia terus aktif melancarkan godaan. Kita harus paham bahwa syetan yang membisikkan kejahatan ke dalam hati manusia berasal dari dua golongan; jin dan manusia. 

Hal itu Allah SWT tegaskan dalam firman-Nya surat An-Nas 1-6: “Katakanlah aku berlindung kepada Tuhannya manusia, raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan syetan yang bersembunyi, yang membisikkan ke dalam dada manusia, dari golongan jin dan manusia.” 

Pertanyaan, bagaimana cara kita membelenggu syetan jenis manusia ini? Sebab, jika terus dibiarkan maka kemungkaran akan merusak tata sosial kita yang tengah dibangun oleh berkah Ramadhan.

Satu-satunya cara membelenggu syetan dari golongan manusia pada saat Ramadhan adalah menggalakkan amar makruf nahi mungkar atau mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Tugas inilah yang menjadi spirit kehadiran nabi dan rasul utusan Allah SWT. 

Mereka dilahirkan di lingkungan yang rusak, untuk selanjutnya diamanahkan untuk meluruskannya. Dan harus berhasil. Tidak mudah memang, tapi tidak ada pilihan lain selain menjalankannnya. Termasuk kita sebagai pewarisan dari ajaran-ajaran suci itu harus menjalankan amar makruf nahi mungkar itu. 

Allah SWT berfirman dalam surat Ali 'Imran Ayat 110: "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah.” Syarat yang Allah SWT berikan sebagai ummat terbaik adalah jika menjalankan tugas amar makruf dan nahi mungkar ini. 

Jika tidak, maka kehadiran kita mengisi dunia itu tidak akan ada artinya di mata Allah SWT.  

Menegakkan prinsip amar makruf dan nahi mungkar merupakan kewajiban universal, dan tentu disesuaikan dengan kapasitas dan posisi kita saat ini. 

Bagi pejabat pemerintahan, misalnya, maka tugas amar makruf dan nahi mungkar itu melingkupi seluruh kantor dan pegawainya. 

Bagi pengusaha, maka tugas amar makruf dan nahi mungkar harus diberlakukan untuk anak buah dan pekerjanya. 

Bahkan, warga biasa pun tetap memiliki tanggung jawab untuk menjalankan amar makruf dan nahi mungkar. Kesadaran sosial harus tertanam dalam hatinya agar punya tanggung jawab lebih dalam menjaga lingkungan dan tetanggannya dari hal-hal buruk dan merugikan. 

Apalagi, biasanya di momen Ramadhan seperti ini intesitas pertemuan kita dengan tetangga dan lingkungan semakin sering. Baik saat berbuka puasa bersama maupun melaksanakan sholat taraweh berjamaah di masjid. 

Dengan demikian, banyak waktu kita untuk sama-sama mengaktualisasikan kesadaran sosial itu menjadi kesadaran bersama. Sehingga kesholehan individu yang kita miliki menjadi kesholehan sosial yang mengundang kekaguman dari orang lain.

Tugas amar makruf dan nahi mungkar ini memang tidak cukup hanya dibebankan kepada satu orang saja. Semua kita harus terlibat. Tanpa kecuali. Apalagi, bagi yang mengaku dirinya sebagai ummat Islam yang memang diorbitkan untuk orang lain dan alam ini. 

Allah SWT berfirman dalam surat Ali 'Imran Ayat 104: "Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." 

Cara menerapkan ini pun sejatinya tidak terlalu susah walaupun diakui memang memiki risiko. Rasulullah SAW mengajarkan kita tenga cara-caranya. Yakni, dengan tangan (kekuatan), lisan, dan terakhir adalah doa. Tiga pilihan ini Rasulullah SAW sediakan agar kita tidak punya alasan untuk menghindar dari kewajiban ini. 

Dan, ketika kita menjadikan amar makruf dan nahi mungkar sebagai bagian dari prinsip hidup, maka kita sudah menyamai apa yang rasul dan nabi lakukan. Suatu kebanggaan jika kita memiliki profesi dan pekerjaan yang seirama dengan profesi dan pekerjaan rasul. (*)

 

Oleh:

Adhyaksa Dault 

Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengingat Mati Cara Raih Pengampunan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler