Seperti Ini Efek Bola Salju jika Catalonia Merdeka

Minggu, 08 Oktober 2017 – 16:17 WIB
Polisi Spanyol menghajar peserta referendum Catalunya. Foto: AP

jpnn.com - Semangat kelompok separatis di seantero Eropa bisa tersulut jika Catalonia benar merdeka. Untuk mencegahnya, Spanyol harus mengubah cara menyikapi referendum.
--

YANG tengah bersemangat mengejar kemerdekaan adalah warga Catalonia di Spanyol. Tapi, ribuan kilometer dari sana, sekelompok orang di Bavaria, Jerman, turut gembira menyambutnya.

BACA JUGA: Sudah Siapkah Catalonia Merdeka?

Sebab, mereka yang tergabung dalam Bavaria Party itu yakin bahwa kemerdekaan Catalonia bakal menjadi preseden bagi terwujudnya impian mereka: Bavaria yang terpisah dari Jerman.

Apalagi, dalam jajak pendapat yang diadakan YouGov dan Bild Juli lalu, sepertiga atau 30 persen penduduk Bavaria menyatakan setuju dengan gagasan itu.

BACA JUGA: Bunuh 683 Anak, Saudi Masuk Daftar Hitam PBB

”Padahal, beberapa tahun lalu angkanya baru 21 persen. Mari berharap suatu hari mayoritas penduduk mendukung kemerdekaan,” kata Florian Weber, pemimpin Bavaria Party.

Kegembiraan serupa menyeruak dari Nantes di Prancis. Breizh Europa, kelompok yang selama ini menginginkan Nantes menjadi satu dengan wilayah otonomi khusus Brittany, menyebut referendum Catalonia sebagai secercah harapan.

BACA JUGA: Wonderful Indonesia Sihir Mal Terbesar di Oman

Sebagai bentuk dukungan, Breizh Europa bahkan mengirim utusan khusus untuk memantau referendum Catalonia pada 1 Oktober lalu.

”Meski saat ini pemerintah Spanyol menolak referendum di Catalonia, suatu hari aturan perundang-undangan harus berubah sesuai dengan hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri,” ujar Caroline Ollivro, presiden Breizh Europa.

Demikianlah, referendum Catalonia yang menghasilkan lebih dari 90 persen suara yang mendukung kemerdekaan itu bisa berefek sangat luas. Tak cuma ke Spanyol, tapi juga banyak wilayah di Eropa.

Kelompok-kelompok separatis, baik yang berupa organisasi politik maupun yang bergerak dengan perlawanan bersenjata, di seantero Eropa seakan-akan mendapat suntikan semangat. Tentu jika kemerdekaan itu benar-benar terwujud.

Jalannya masih panjang. Apalagi, sejauh ini pemerintah Spanyol keras menolak referendum itu.

Belakangan juga muncul gerakan yang mendorong agar Madrid dan Barcelona bertemu di meja perundingan.

Di Irlandia Utara, Real Irish Republican Army (RIRA) alias New IRA tentu juga terus memantau situasi di Catalunya tersebut. Kelompok bersenjata itu menunggu momen untuk melakukan pemberontakan.

Selama ini mereka aktif melakukan penyerangan dan pengeboman. Kepolisian di Irlandia Utara pada 1 September lalu bahkan menyatakan bahwa kelompok radikal itu tengah mengembangkan bom jenis baru. Sebelumnya, pada Juni, polisi mengamankan 6 kilogram bahan peledak milik New IRA.

Yang paling mendekati Catalonia adalah Scottish National Party (SNP) di Inggris. Sudah jamak diketahui, kelompok nasionalis Skotlandia yang dimotori SNP ingin memisahkan diri dari Inggris.

Salah satu wujud perjuangan mereka, pada 18 September 2014 SNP menggelar referendum serupa dengan Catalonia. Bedanya dengan Spanyol, Inggris merestui referendum itu sehingga berlangsung damai.

Hasilnya, 55,3 persen pemilik suara ternyata memilih untuk tetap bersama dengan Inggris. Gara-gara kekalahan di referendum itu pula, petinggi SNP sekaligus first minister Skotlandia, Alex Salmond, harus mundur dari jabatannya.

Tapi, kegagalan tersebut tidak lantas membuat SNP berdiam diri. Partai tersebut tetap mengampanyekan untuk berpisah dari Inggris.

Catalunya, ETA, SNP, dan berbagai kelompok lain memiliki satu kesamaan. Sama-sama ingin berpisah dari pemerintah pusat karena merasa tidak dianggap, ditekan, serta memiliki budaya yang berbeda.

Secara khusus, Catalonia merasa lebih kaya dan memberikan sumbangsih lebih banyak kepada pemerintah pusat.

Catalonia memang menyumbang 25 persen dari total ekspor Spanyol. Kontribusi pajak mereka juga luar biasa besar, yaitu mencapai 21 persen.

Pendukung kemerdekaan Catalonia bahkan berpendapat, jika saja mereka berhenti membayar pajak kepada pemerintah pusat, defisit bujet bisa berganti menjadi surplus.

Banyak perusahaan besar yang berkantor pusat di Barcelona. Volkswagen dan Nissan bahkan memiliki pabrik di dekat ibu kota Catalonia tersebut.

Karena itulah, mantan Presiden Parlemen Eropa Joseph Borrel mengungkapkan bahwa Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy harus segera bertindak jika tidak ingin Catalonia berpisah.

Misalnya saja dengan mengubah kebijakan fiskal untuk membujuk Catalonia agar tetap bersama.

”Jika saya memiliki masalah dengan istri saya, saya memberinya bunga,” ujar Borrel, memberikan pengandaian untuk menyelesaikan masalah antara Spanyol dan Catalonia.

Cara keras Spanyol dalam menyikapi referendum Catalonia memang dikritik banyak pihak. Juga terbukti kontraproduktif.

Bukannya menyurut, semangat warga Catalonia untuk memisahkan diri dari Spanyol malah kian menggumpal gara-gara taktik represif tersebut. Juga, bila itu benar terjadi kelak, wajah Eropa bisa kembali berubah.

Negara-negara baru bermunculan meski mungkin tidak dalam waktu dekat. Tak ubahnya efek bola salju yang dulu ditimbulkan oleh robohnya Tembok Berlin dan Perang Balkan. (CNN/Politico/sputnik/sha/c11/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sakit Hati, Pria Sedeng Bakar Tempat Penitipan Anak, 6 Tewas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler