"Pemerintah kita masih primitif
BACA JUGA: 70 Persen APBD Untuk Pegawai
Pemerintahan modern yang nyata itu tidak ada," kata Robert Endi Jaweng saat dialog di DPD RI, bertajuk Quo Vadis Otonomi Daerah di gedung DPD RI, Jakarta, Rabu (9/11).Dilihat dari sisi instrumen fiskal, kata dia, rata-rata 58 persen APBD habis hanya untuk membiayai belanja aparatur
BACA JUGA: KY Minta Dilibatkan Rekrut Hakim Tipikor
Saya kategorikan masuk lampu merah," katanyaBACA JUGA: Otonomi Kabupaten Diusulkan Pindah ke Provinsi
Anehnya, kata dia lagi, sejak tahun 2007 hingga sekarang ini trend APBD untuk belanja pegawai itu mengalami peningkatan"Ini sangat berbahayaAngka bisa dikelolaTapi tren ini bahaya60 persen daerah masuk lampu kuning," katanya lagi.
Dari sisi regulasi, Robert Endi Jaweng menegaskan kondisi sangat mencemaskan"Di daerah otonomi bertaburan berbagai regulasi tapi satu sama lain bertabrakan," ungkapnya.
Pakar Otda, Ryaas Rasyid, mengatakan, untuk menghasilkan satu perda bisa menghabiskan Rp100 hingga Rp200 jutaAnehnya lanjut Ryaas, perda yang muncul bermacam-macamPemerintah hanya bisa sekedar mengimbau perda dicabut"Tapi dalam ilmu manajemen tidak ada imbauanYang ada itu perdanya dicabutPemerintah pusat punya kewenangan untuk mencabutnya," katanya(boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 6 Hakim Agung Dilantik
Redaktur : Tim Redaksi