Serli Terpaksa Putus Sekolah demi Merawat Ibu dan Adik

Rabu, 01 November 2017 – 22:55 WIB
PUTUS SEKOLAH: Serli Artia Dewi (12) merawat ibunya, Siti Arwah yang mengalami gangguan saraf hingga sebagian badannya lumpuh. Foto: Intan M Sabrina/Radar Kudus

jpnn.com - Serli Artia Dewi terpaksa memilih putus sekolah. Tujuannya demi merawat ibunya yang lumpuh serta memelihara adiknya yang masih balita.

INTAN M SABRINA, Grobogan

BACA JUGA: Jokowi: Semua Anak Indonesia Harus Bersekolah

TANGAN gadis satu ini sibuk mengelap mulut ibunya, Siti Arwah (33) dengan sapu tangan. Sesekali juga menyuapinya. Bahkan, ketika sang ibu ke kamar mandi, Serli yang masih berusia 12 tahun harus menuntunnya.

Aktivitas itu sudah dilakukannya sejak delapan bulan lalu, tepatnya ketika sang ibu sakit. Hampir separuh badannya tak bisa digerakkan. Mulutnya juga susah untuk bicara. Ada yang bilang Siti Arwah terkena stroke.

BACA JUGA: Heboh Siswa Kelas V SD Hampir Setiap Hari Hajar Temannya

Sementara adik Serli, Selvi Nova Aryani baru berusia 4 tahun. Sedangkan ayahnya setiap hari harus bekerja menjadi buruh tani di Demak.

”Sejak delapan bulan lalu, ibu saya hanya bisa berbaring. Separuh tubuhnya tidak bisa digerakkan. Terkadang juga susah untuk bicara,” kata Serli.

BACA JUGA: Kasihan, Ibu Tua Lumpuh Punya Putri Gangguan Jiwa dan Idap Kanker Payudara

Selama itu pula Serli setiap hari merawat ibu dan adiknya. Sebab, sang ayah baru pulang ke rumah malam hari.

”Ketika awal sakit (Maret-Juli), saya masih sekolah SD. Saat itu ayah saya yang merawat ibu dan adik di pagi hari,” ucapnya.

Namun, lama-lama dia bingung juga. Sebab, jika ayahnya tidak bekerja, keluarganya akan semakin repot dari sisi ekonomi.

Akhirnya, ayahnya bekerja menjadi buruh tani di Demak. Sementara Serli rela meninggalkan bangku sekolah demi merawat ibu dan adiknya yang masih balita.

Serli pun menggantikan peran layaknya ibu rumah tangga. Mulai mencuci pakaian, piring, dan memasak. 

‎Tak jarang, Serli cukup direpotkan saat ibu dan adiknya harus buang air besar (BAB) ke sungai setempat. Padahal, dia cukup pintar.

”Makanya saya milih keluar sekolah. Dulu saat SD saya sering mendapatkan peringkat dua dan tiga. Namun karena keadaan seperti ini, akhirnya saya memilih keluar‎. Saya juga tak mau sekolah lagi jika ibu belum sembuh,” ungkap Serli.

Sebenarnya Serli ingin melanjutkan hasratnya menempuh pendidikan‎ setinggi-tingginya. Serli pun berharap muncul uluran tangan dari dermawan yang sudi membiayai pengobatan‎ ibunya hingga sembuh.

Di rumah berdinding papan kayu seluas 5 x 8 meter itulah keluarga kecil ini tinggal. Sebagian beralaskan papan kayu dan sebagian lagi tanah. Hanya ada satu ranjang. Itu pun tanpa dinding penyekat.‎

Rumah mereka juga tidak dilengkapi fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK). Untuk kebutuhan air bersih, mereka menimba air sumur tetangga. Listrik pun harus menyalur ke tetangga.‎ Bahkan tanah yang ia dirikan rumah selama 13 tahun itu juga bukan hak miliknya.

Meski begitu, selama kurang lebih dua tahun ini, ia membeli tanah seluas 5 x 10 meter di dekat rumahnya berkat menjual motornya dulu.

Serli memutuskan tidak melanjutkan sekolah pada tahun ajaran baru Juli lalu. Padahal, gadis berkulit sawo matang itu sudah mendaftar di MTs Nahdatul Thulab Manggarmas. Dia pun sudah sempat masuk satu hari di sekolah itu.

”Saya sudah meminta Serli melanjutkan sekolah. Namun karena tak tega meninggalkan saya dan adik kecilnya sendiri di rumah, dia memilih berhenti sekolah dan ingin merawat saya sampai sembuh,” ucap Siti Arwah.

Sang ibu mengaku sedih dan tak tega jika Serli harus meninggalkan bangku sekolah. Namun, dia tidak punya pilihan lain. ”Kami sudah tak ada saudara di sini,” katanya.

Siti Arwah sudah delapan bulan lamanya menderita lumpuh pada sebagian tubuhnya. Dia tak mengetahui penyakit yang dideritanya. Tiba-tiba saja saat bangun tidur pagi hari, tangan dan kaki kanannya tak mampu digerakkan. Dia juga kesulitan untuk berbicara.

”Sekarang sudah bisa bicara, kaki dan tangan juga mulai bisa digerakkan. Tapi untuk berjalan, saya harus dibantu Serli dan tetangga. Tiap pagi, Serli yang membantu mengurus kebutuhan saya maupun adiknya,” katanya.

Semula, Siti tak memikirkan penyakitnya itu. Sebab, saat awal terserang gangguan saraf tersebut dia cukup istirahat untuk dapat pulih kembali.

Namun, Siti kembali terserang penyakit itu saat mengantarkan Serli mendaftarkan sekolah. ”Saat itu penyakit makin parah, dan saya dilarikan ke rumah sakit diantarkan pihak desa,” tuturnya.

Kondisi kesehatannya pun tak kunjung stabil karena minim biaya untuk pengobatan. Selama Siti sakit, baru tiga kali periksa di Puskesmas Mrapen, Puskesmas Godong, dan RSUD Purwodadi.

”Saat di RS saya sudah di-rontgen dan CT-scan. Diagnosis dari dokter tidak ada apa-apa. Kalaupun strok, kaki saya saat dicoba pukul masih terasa sakit. Harusnya kan tidak. Namun ada juga dokter yang menyebut sakit syaraf,” jelas Siti.

Setelah itu, dia tidak pernah ke dokter lagi dan melanjutkan penyembuhan melalui pengobatan alternatif. ”Kalau lewat dokter mahal, tak ada biaya meski sebenarnya sudah memiliki KIS (Kartu Indonesia Sehat, ted),” keluhnya.

Setelah mendengar kisah Serli, Kepala Dinas Sosial Grobogan Andung Sutiyoso didampingi petugas Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) pada Minggu (29/10) lalu langsung turun tangan. Kadin menyambangi rumah Serli untuk memberikan bantuan alat bantu jalan dan sembako.

”Untuk pengobatan kami sarankan ke RSUD R Soedjati melalui Dinas Kesehatan. Sebab Siti Arwah sudah memiliki KIS. Pihak desa didampingi TKSK harus membantu proses mengantar berobat,” jelas Andung.

Selain itu, Serli juga memiliki KArtu Indonesia Pintar (KIP) yang mengharuskannya melanjutkan sekolah. “KIP mengharuskan Serli melanjutkan sekolah. Serta Siti Arwah juga mendapatkan rastra melalui PKH (Program Keluarga Harapan, red) yang didapat setiap bulannya,” ungkapnya.

Kabid Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin Kurniawan Dinsos Grobogan menambahkan, pihaknya akan melakukan pengecekan terhadap keluarga Siti Arwah di basis data terpadu (BDT) yang saat ini sedang dalam proses verifikasi. Menurutnya, Siti Arwah bisa dimasukkan dalam BDT.

“Karena selama ini selalu mendapatkan bantuan. Nanti apabila sudah pasti masuk didata tersebut akan coba kami usulkan program Rumah Tak Layak Huni (RTLH). Karena memang perlu diberikan kepada mereka,” ungkapnya.(ks/int/lil/aji/JPR)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemko Surabaya Siapkan Anggaran untuk Anak Putus Sekolah


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler