jpnn.com - MARTAPURA – Para petani Desa Antasan Senor, Kecamatan Martapura Barat berburu tikus di sawah, Rabu (21/12).
Mereka dibantu aparat desa, anggota koramil dan polsek dengan peralatan seadanya.
BACA JUGA: Wali Kota: Orang Tua Jangan Mandi
Warga yang berhasil menangkap tikus mendapatkan bayaran Rp 500 per ekor.
Bambu panjang yang biasa digunakan menanjak perahu dipakai untuk menghalau tikus yang bersembunyi di lubang-lubang dekat gundukan tanah.
BACA JUGA: Slankers Urakan? Nggak Dong, Mereka Baik Hati Kok
Sedangkan dayung kayu turut juga dipakai bila tikus sudah terkepung.
”Kami pukul-pukul lobang tikus menggunakan tatanjak, setelah keluar, baru kami pukul beramai ramai pukul dari atas jukung,” ujar salah satu warga Dedi.
BACA JUGA: 2017, Pendapatan Asli Daerah Dipatok Rp 416 Miliar
Dedi mendapatkan keahlian berburu tikus dari sosialisasi Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Kalimantan Selatan.
Dedi mengaku baru kali pertama mengejar tikus di sawah.
“Kalau abah sering ikut berburu tikus di sawah, seru dan lumayan dapat rezeki untuk beli rokok,” ujarnya.
Ketua Gabungan Kelompok Tani Harapan Bersama Desa Antasan Senor Zaini mengatakan, perburuan tikus jadi agenda rutin saban tahun bagi petani yang memiliki sawah yang dekat dengan rawa.
“Tahun ini lebih sulit memburu tikus, debit air di sawah sangat tinggi. Kalau mau maksimal tentu harus nunggu musim kemarau, tapi ini kan jadwal tanam sudah dekat jadi kami putuskan cepat berburu secara massal,” ungkap Zaini.
Sekitar dua jam berburu tikus, warga cuma bisa mengumpulkan sekitar 75 ekor.
Jumlah tangkapan itu termasuk sedikit karena medan yang sulit.
“Dana membeli tikus itu berasal dari petani sendiri yang diwajibkan menyerahkan hasil panen satu blek saban tahun. Jadi, duit mereka kami gunakan untuk menggelar sayembara berburu tikus,” imbuhnya. (mam/yn/ram/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PNS Jangan Nekat Nambah Libur, Ada Sanksi Tegas Lho
Redaktur : Tim Redaksi