Sesak Nafas, Balita Meninggal

Rabu, 27 Oktober 2010 – 07:37 WIB

MAGELANG-- Aktifitas Gunung Merapi akhirnya memasuki fase erupsi, kemarin soreHal ini ditandai dengan munculnya awan panas disertai hujan abu hingga radius 40 km dari puncak merapi

BACA JUGA: Bantuan Terkendala Ombak

Cuaca mendung yang menyelimuti gunung merapi seharian membuat warga dan petugas gagal mengantisipasi dampak letusan merapi


Akibatnya, seorang balita berusia enam bulan bernama Ilham Azza meninggal dunia lantaran evakuasi telat dilakukan

BACA JUGA: Bupati Pastikan Warganya Aman

Anak dari pasangan Sriyanto dan Romlah warga Dusun Gedangan Desa Ngargosoko ini akhirnya meninggal dunia akibat sesak nafas
"Saat evakuasi anak ini dalam gendongan saya

BACA JUGA: 10 Turis dan 5 ABK Hilang

Sejak dari atas dia tidak mendapatkan masker," kata bibi korban, Trubus, kemarin malam.

Selain itu, sebanyak 21 warga lainnya juga dirawat di Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) MuntilanRata-rata mereka shock dan mengalami gejala gangguan pernapfasan akibat hujan abuKorban yang dirawat didominasi oleh perempuan dan lansia yang berusia diatas 50 tahun

"Hujan abu yang terjadi berada pada level yang cukup tinggiSehingga bagi mereka yang terkena dapat berakibat gangguan pernafasanUntuk itu, mutlak harus mengunakan masker," kata Plt Dirut RSUD Muntilan, dr Sasongko, kemarin

Hingga berita ini ditulis, hujan abu masih terjadi di Kabupaten MagelangBahkan, menurut laporan dari Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Penanggulangan Bencana (Bakesbangpol PB) abu vulkanik hasil erupsi merapi mencapai radius 40 km hingga Kabupaten Temanggung.

Sementara ribuan warga di kawasan rawan bencana (KRB) III terus diungsikan ke tempat pengungsian akhir di Desa Tanjung Kecamatan Muntilan yang berjarak 15 kilometer dari Gunung MerapiSementara ratusan lainnya masih berada di kaki gunung merapi dan bertahan di posko sementara yang tersebar di tiga kecamatan"Kita masih lakukan evakuasi secara terus menerus dengan menyiagakan seluruh personel yang ada," kata Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Bakesbang PB Kabupaten Magelang, Heri Prawoto.

Terpisah, Petugas Balai Penyelidikan dan Penelitian Tekhnologi Kegunungapian di Pos Pengamatan Gunung Merapi, Yulianto mengatakan merapi sudah mengalami masa erupsiDari pantuan di tempatnya bertugas, sejak pukul 17.02 sudah muncul awan panas yang mengarah ke baratNamun, kondisi ini sulit terdeteksi lantaran cuaca yang mendung.

"Ini baru masuk fase awal merapiMagma baru melakukan pembongkaran sumbatan lava atau yang disebut vulkanianFase ini kemudian akan berlanjut terus," kata Yulianto kepada Radar Semarang, kemarin malamKepala Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung, Kiptiyah mengatakan, saat kejadian, masyarakat Desa Kaliurang sama sekali tidak melihat apa-apa karena langit tertutup mendung gelap, dan pemandangan Gunung Merapi tertutup kabut tebal"Di jalan, bau belereng dari awan panas pun sekali tidak tercium," ujarnya, kemarin.

Camat Srumbung Agus Purgunanto mengatakan, dengan adanya luncuran awan panas, maka sejak sore kemarin, sebanyak 556 warga yang masih bertahan di titik kumpul di Balai Desa Kaliurang langsung akan dipindahkan ke TPA Tanjung yang berjarak 18 kilometer dari Desa Kaliurang"Untuk menghindari hal-hal yang membahayakan keselamatan, maka lebih baik warga kami pindahkan ke TPA Tanjung," ujarnya

Kepala BPPTK, Subandrio yang dihubungi mengatakan energi kumulatif erupsi Gunung Merapi yang terdata hingga 24 Oktober 2010, saat ini telah mencapai 877.044 x 10" ergAngka ini jauh melampaui energi kumulatif dari tiga kali letusan sebelumnya yaitu 1997, 2001, dan 2006, yang hanya mencapai kurang dari 300.000 x 10" erg.

"Dengan melihat kondisi sekarang, maka hampir bisa dipastikan erupsi kali ini akan jauh lebih eksplosif dibanding tiga erupsi sebelumnya," ujar Kepala BPPTK , SubandriyoSebelumnya, dalam tiga kali letusan tersebut, letusan yang paling eksplosif adalah yang terjadi pada tahun 1997, di mana energi kumulatif yang mendorong terjadinya erupsi mencapai sekitar 250.000 x 10" erg.

Kubah lava Gunung Merapi saat ini juga terus mengembang dalam hitungan angka yang cukup signifikanJika pada 23 Oktober deformasi kubah terdata 19,6 sentimeter per hari, maka dalam dua hari terakhir, deformasi mencapai hingga 40 sentimeter per hariDeformasi kubah lava sejauh ini masih mengarah ke selatanDengan kondisi tersebut, maka untuk sementara, letusan diprediksi juga akan mengarah ke wilayah selatan Gunung Merapi, yaitu Sleman, DIY.

Aktivitas kegempaan Gunung Merapi saat ini juga terus meningkat secara signifikan sebelum terjadi erupsiBerdasarkan data yang diperoleh dari Pos Pengamatan Ngepos, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, gempa guguran yang pada 24 Oktober 2010 terdata 194 kali, pada 25 Oktober tercatat 454 kaliBegitupun gempa multifase yang sebelumnya terdata 588 kali, pada 25 Oktober meningkat menjadi 624 kaliGempa vulkanik dalam terdata meningkat dari tujuh kali menjadi sembilan kali, dan gempa vulkanik dangkal meningkat dari 73 kali menjadi 213 kali(vie)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Stroke Dengar Letusan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler