Si Patai, Robinhood Padang Kota (3/habis)

Sabtu, 05 November 2016 – 17:22 WIB
Ilustrasi. Foto: Koleksi Arsip Geheugen Belanda.

jpnn.com - SI PATAI. Nama "bandit" yang menempati klasemen papan atas daftar kepolisian pada awal abad 20 ini senantiasa hidup. Pemerintah Hindia Belanda mencap dia bukan sekadar penjahat biasa. Melainkan masuk golongan orang-orang yang merongrong kekuasaan.

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Inilah Penampilan Ibu Soed dan WR Soepratman pada 28 Oktober 1928

Konferensi Partai Komunis Indonesia (PKI) di tengah-tengah pulau Jawa, 25 Desember 1925 menyepakati langkah yang teramat berani. Meladeni pemerintahan kolonial Belanda dengan pemberontakan. Tujuannya Indonesia merdeka. 

Baca: Pemberontakan Pertama PKI, Menuntut Indonesia Merdeka! 

BACA JUGA: Si Patai, Robinhood Padang Kota (2)

Beberapa langkah penting yang dilakukan kaum komunis di Minangkabau adalah mendirikan organisasi bawah tanah. 

Sarekat Djin

BACA JUGA: Si Patai, Robinhood Padang Kota (1)

Bulan puasa 1926. Orang-orang dari kalangan “dunia hitam” kota Padang menggelar serangkaian pertemuan rahasia. Mereka mendirikan organisasi bawah tanah. Namanya Sarekat Djin. 

Pembentukan organisasi bawah tanah tersebut merupakan “realisasi dari gagasan pembentukan DO (Double Organization) di Sumatera Barat berdasarkan instruksi dari CC PKI pada akhir Maret 1926,” tulis Mestika Zed dalam Pemberontakan Komunis Silungkang 1927, mengutip Kolonial Verslag 1927.

Nama untuk organisasi bawah tanah itu, sambung Pak Mes--begitu guru besar Ilmu Sejarah Universitas Negeri Padang tersebut biasa disapa--diserahkan kepada masing-masing daerah. Maka lahirlah, Sarekat Djin, Sarekat Hantu, Sarekat Itam.

Orang-orang dari "dunia hitam" yang mendirikan Sarekat Djin, mendaulat Si Patai, bandit nomor wahid Padang Kota jadi ketua. 

Padahal Si Patai belum lama dibebaskan dari penjara kolonial. Ia pernah ditangkap karena memimpin Pemberontakan Pajak 1908 di Ranah Minang.

Baca: Si Patai Robinhood Padang Kota (2) 

Tentang pemberontakan pajak 1908 di Ranah Minang, baca juga: 

Sejarah Urang Awak Menolak Bayar Pajak (1)

Sejarah Urang Awak Menolak Bayar Pajak (2)

Kembali ke cerita Sarekat Djin. Mula-mula anggotanya berjumlah 40 orang. Kemudian terus meluas. 

Malam Tahun Baru

Di Jawa, pemberontakan PKI--sebagaimana yang telah disepakati di Prambanan--serentak meletus pada 12 November 1926. Di Minangkabau, dimulai pada malam tahun baru 1927. Titik ledak pertama di Silungkang.

Pada 9 Januari 1927 apinya menyebar ke Padang Kota. Hari itu, Sarekat Djin secara terbuka menyerbu pusat-pusat pemerintahan. Tujuannya mengambil alih kekuasaan. 

“Mereka banyak membunuh pejabat pemerintah Hindia Belanda,” kata Mestika Zed yang pernah meneliti peristiwa itu, melalui sambungan telepon, tempo hari. 

Serangan terang-terangan itu, sebagaimana dicuplik dari buku Padang Riwayatmu Dulu karya Rusli Amran, sebetulnya tidak disetujui Si Patai. Karena sama sekali tanpa koordinasi dan tanpa rencana masak. Tetapi dipaksakan juga. 

Alhasil, pemberontakan itu pun gagal. Si Patai pun jadi buronan.

3 Februari 1927. Malam itu riwayat Si Patai berakhir di tangan Sersan Klas I Lintong, orang yang juga menangkap Pakih Tahir, saudara sepupu Si Patai. 

Kantor berita Aneta, 7 Februari 1927 menurunkan berita, "Majat si Patai tidak diserahkan kepada kaoem keloearganja dan telah dikoeboerkan pada soeatoe tempat jang tiada diketahoei orang."

Majalah Pandji Poestaka, No. 11, Tahoen V, 8 Februari 1927 dan Pandji Poestaka, No. 12, Tahoen V, 11 Februari 1927 menulis:

Tempat persembunyian si Patai berhasil ditemukan oleh pasukan tentara yang dikepalai oleh Sersan Lindong dari Menado.

Pasukan ini merupakan bagian dari pasukan yang didatangkan dari Jawa untuk mengembalikan ketertiban umum di Sumatera Barat menyusul huru-hara yang disulut oleh orang-orang komunis di Silungkang dan beberapa daerah lainnya. 

Dilaporkan bahwa Sersan Lindong dan bosnya, Mayor Rhemrev, mendapat pujian dari Gubernur Jenderal di Batavia. 

Mayor Rhemrev, pimpinan operasi perburuan Si Patai kemudian hari jadi jagoan National Socialistiche Beweging (NSB), kaum fasis di Hindia Belanda. 

Si Patai dipenggal. Kepalanya diarak keliling kota Padang. 

Dan, ramalan Leo Hulsman, wartawan Belanda yang jauh-jauh datang ke Padang untuk meliput Si Patai ada benarnya. 

Sebelum Si Patai menjumpai ajal, dengan sangat puitis Leo Hulsman menulis…

Namanya akan tetap dikenang. Di kala matahari terbenam di belakang jejeran gunung-gunung, dan orang di kampung duduk di depan rumah masing-masing, maka para kakek akan meneruskan pada anak cucunya cerita-cerita tentang Patai yang sendirian menentang pemerintahan Hindia Belanda. (wow/jpnn)

Terkait: Si Patai Robinhood Padang Kota (1)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dibuang dari Jawa, Samin Surosentiko jadi Penduduk Padang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler