Sisi Lain Mari Elka Pangestu

Dari Jurnalis, Dokter sampai Pembantu Presiden

Minggu, 17 April 2011 – 14:14 WIB

Mari Elka Pangestu adalah satu satu menteri dari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid I yang tetap dipertahankan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di masa pemerintahan keduanyaDi luar kesibukan sebagai Menteri Perdagangan (mendag), ia masih membagi waktunya untuk keluarga

BACA JUGA: Yusril Berharap JAM Pidsus Anyar Lebih Obyektif

Bagaimana caranya?

=================================

SAMA sekali tak pernah terpikirkan Mari Elka Pangestu bisa menjadi seorang menteri, bahkan untuk dua periode
Di masa kecilnya, perempuan kelahiran 23 Oktober 1956 ini justru bercita-cita ingin menjadi seorang jurnalis

BACA JUGA: Bomber Cirebon Juga Pembunuh TNI

Itu dilatarbelakangi oleh hobinya yang suka menulis saat masih bocah.

”Dulu saya suka menulis untuk majalah sekolah, suka bikin cerpen, lalu saya jadikan buku
Tentu saja bukan untukdijual, tapi saya bagikan kepada keluarga,” ujarnya menceritakan kisah masa kecilnya

BACA JUGA: Sanksi Tegas Pejabat yang tak Serahkan LHKPN



Ditemui INDOPOS (JPNN Group) di ruang kerjanya yang asri dan lega di lantai lima Kementerian Perdagangan di Jalan Ridwan Rais No 5 Jakarta, Mari pun membeberkan obsesinya sejak kecil, hingga kemudian ia banting setir mendalami bidang ekonomi.

 Meski ayahnya JPanglaykim dikenal sebagai ekonom jempolan, namun Mari mengaku awalnya sama sekali tidak tertarik mendalami bidang ekonomiSetelah sempat bercita-cita menjadi jurnalis, Mari juga sempat berkeinginan menjadi seorang dokter anakSelain karena memang menyukai anak-anak, ia mengaku terobsesi oleh dokter pribadinya saat kecilUntuk mewujudkan cita-cita tersebut, ia pun mendaftar di Fakultas Kedokteran Australian National University.

”Saya sudah diterima di kedokteran (Fakultas, Red)Tapi setelah itu saya pikir lagi, rasanya saya tidak akan kuat menjalani pendidikan di bidang tersebut,” tuturnyaSetelah berkonsultasi dengan keluarga, Mari kemudian pindah ke Jurusan ScienceNamun di jurusan tersebut, ia mengambil kelas ekonomi”Di sanalah saya kemudian mulai tertarik mendalami bidang ekonomi, karena pengaruh dosen yang mengajar di kelas tersebut,” ucapnya.

Karena ketertarikan itu, Mari pun memutuskan untuk mendalami bidang ekonomi, hingga akhirnya ia berhasil meraih gelar S3 atau PhD (Doctor of Philosophy) dalam bidang Perdagangan Internasional, Keuangan, dan Ekonomi Moneter dari Universitas California Davis Amerika Serikat pada 1986Sebelum diangkat menjadi Menteri Perdagangan, Mari dikenal sebagai peneliti dan ekonom dari CSIS (Centre for Strategic and International Studies)Ia pun juga mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Lantas bagaimana perasaannya saat pertama kali ditelepon Presiden SBY pada 2004 silam saat dipilih memimpin Kementerian Perdagangan? ”Tentu saja banggaApalagi jauh sebelumnya saya sudah banyak berhubungan dengan orang-orang dan pejabat yang ada di kementerian ini,” tutur Mari

Menjadi seorang menteri, bagi Mari bukanlah sesuatu yang mudah”Dulu saat berada di luar pemerintahan dan menjadi pengamat, saya sering mengkritik pemerintahanSaat dipilih menjadi menteri, ternyata berat, tidak semudah yang dibayangkan,” katanya.

Pertama kali menjadi menteri, Mari sempat mengundang para seniornya, mantan Menteri Perindustrian dan PerdaganganSaat itulah, Ir Hartarto, mantan Menteri Perindustrian era Orde Baru berkata kepada Mari

”Kamu dulu yang paling banyak mengkritik pemerintahSekarang kamu rasakan sendiri, dan kamu harus bisa menghadapinya,” ujar Mari menirukan seniornya itu

Karena sudah biasa mengkritik, Mari pun hanya tersenyum”Bagi saya kritik itu hal biasaSaya bukan orang yang alergi dengan kritik, asal harus disertai dengan alasan yang jelasDan yang terpenting, kritik itu jangan diambil sebagai hal yang personal,” imbuh ibu dari dua putera itu.

Jangan Kalah dengan Kaum Adam

Sebagai wanita asal etnis Tionghoa, Mari pun mengaku tidak kesulitan menyesuaikan diri saat pertama kali menjadi anggota kabinetApalagi, kata dia, sudah ada etnis Tionghoa yang menjadi menteri dalam kabinet sebelumnya di masa pemerintahan Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarno Putri”Sekarang kan nggak kayak dulu lagiSejak zaman Gus Dur sudah banyak terjadi perubahan mendasarMisalnya Imlek sudah jadi hari libur.

Pemakaian huruf China juga sudah diperbolehkanApalagi sejak disahkannya UU Kewarganegaraan pada 2006, semuanya berubah menjadi lebih positif,” ujar bungsu dari tiga bersaudara ini

Lalu setelah menjadi Menteri Perdagangan sekitar tujuh tahun, apa target Mari yang belum tercapai? ”Banyak yaSalah satunya adalah reformasi birokrasiSaya ingin menumbuhkan kader-kader dan birokrat yang akan mengambil alih kepemimpin di kementerian ini, saat saya sudah tidak menjabat lagiSalah satunya kami sudah mencetak lebih dari 200 staf yang dikirim untuk mengikuti pendidikan S2,” katanya.

Menjelang peringatan Hari Kartini pada 21 April nanti, Mari pun menyampaikan harapannya bagi seluruh kaum hawa di IndonesiaMenurut dia, saat ini perubahan paradigma sudah terjadi di seluruh dunia, dengan banyaknya muncul tokoh wanita dalam berbagai bidangKaum hawa tidak kalah bersaing dengan kaum Adam

Mari menambahkan, pendidikan adalah kuncci utama”Jangan sampai ada anak perempuan yang dikeluarkan dari sekolahKuncinya ituAntara laki-laki dan perempuan harus memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan,” tandasnya(dodi esvandi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cirus Sinaga Resmi Ditahan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler