Sistem OSS Belum Mudahkan Industri Properti

Rabu, 02 Januari 2019 – 01:30 WIB
Ilustrasi perumahan. Foto: Novita/Indopos/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Realestat Indonesia (REI) Jawa Timur Danny Wahid mengatakan, perizinan yang diperlukan untuk membangun properti cenderung lama.

Penerapan sistem online single submission (OSS) dianggap belum sepenuhnya memudahkan sektor properti.

BACA JUGA: Pengembang Properti Masih Dipayungi Kegalauan

Tahun depan pihaknya berharap perizinan dapat dipercepat. Dengan begitu, pengusaha dapat segera mengembangkan usahanya.

Pertumbuhan yang ditargetkan pun tidak mandek dan dialihkan ke tahun berikutnya.

BACA JUGA: Pelonggaran LTV Sudah Bagus, Cicilan Tetap Memberatkan

”Kalau tidak ada perubahan, target 2019 akan pindah ke 2020. Makanya, saya bilang kalau perizinan cepat, bisa cepat realisasi,” kata Danny, Senin (31/12).

Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk perizinan tersebut mempersulit pengembang untuk membangun rumah.

BACA JUGA: Mengintip Potensi Pasar Properti Tahun Depan

Mengacu data Bank Indonesia (BI), penjualan rumah di kuartal ketiga 2018 mengalami penurunan.

Salah satu alasannya, penawaran perumahan dari pengembang terbatas.

Jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, penjualan rumah turun 14,47 persen (QtQ). Penurunan penjualan terjadi pada semua tipe rumah.

Danny menuturkan, perumahan semestinya mempunyai potensi besar untuk selalu tumbuh.

”Pertumbuhan penduduk ada, orang dewasa butuh rumah. Tidak ada namanya perumahan tidak laku. Tinggal bagaimana mekanisme dan aturannya berjalan,” kata Danny.

Sementara itu, rumah landed house masih menjadi incaran pembeli. Permintaan, baik rumah primer maupun sekunder, masih tinggi.

Meski demikian, apartemen juga tetap diminati, terutama yang memiliki konsep superblok.

Chief of Corporate Relation Brighton Indonesia Widjaja Santoso mengatakan, suplai rumah primer terutama datang dari luar Surabaya.

Suplai yang tinggi tersebut didukung keberadaan infrastruktur. Respons pasar terhadap rumah primer juga positif.

Bahkan, untuk segmen tertentu, permintaannya tinggi, terutama dengan harga di bawah Rp 1 miliar.

”Saat ini, pembeli, baik dari investor maupun end user, memiliki kecenderungan sama, fifty-fifty,” ucap Widjaja. (ell/res/c20/fal)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ekonomi Batam Lesu, Penjualan Properti Tetap Tumbuh


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler