Sistem Penilaian Unas Masih Menyisakan Celah

Senin, 24 Januari 2011 – 07:07 WIB

JAKARTA - Tanggal pelaksanaan Ujian Nasional (Unas) 2011 semakin mendekatUnas bakal digeber April mendatang

BACA JUGA: Minat Mahasiswa Berwirausaha Masih Rendah

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Badan Standarisasi Pendidikan Nasional (BNSP) terus berbenah menyiapkan unas


Penerapan sistem ketentuan kelulusan baru ditengarai menambah daftar panjang kecurangan dalam unas

BACA JUGA: Baru Rampung di Lima PTN

Kecurangan juga disinyalir terjadi di percetakan
BNSP selaku koordinator pelaksanaan unas memetakan, ada beberapa pos dan modus kecurangan dalam Unas 2010 silam

BACA JUGA: Puluhan PTN Sudah Lapor



Di antaranya adalah, kebocoran naskah soal yang diawali dari lemahnya sistem pengawasan di lingkungan percetakanTahun lalu, pengawasan di percetakan didominasi oleh Dinas Pendidikan (Dispendik)  provinsi, kota atau kebupaten.
  
Pengawasan yang terlalu dominan dari dispendik di proses pencetakan, berpotensi terjadi kebocoranSebab, dispendik memiliki kepentingan dengan naskah soal tersebutSudah jamak diketahui, masing-masing dispendik berlomba menekan tingkat ketidaklulusan siswaSebab, semakin banyak siswa yang tidak lulus, pertanda penyelenggaraan pendidikan perlu dibenahiUjung-ujungnya, dispendik setempat mendapat rapor merah.

Kecurangan selanjutnya muncul dari beberapa oknum guru yang menyalin jawaban siswa yang dinilai salahKoordinator Unas 2011 Djemari Mardapi menjelaskan modus seperti ini terjadi kerap terjadi di sekolahan-sekolahan pinggiran, yang jauh dari pengawasan tingkat kota atau kabupaten"Ada juga guru yang membantu total mengerjakan, selanjutnya disebar ke siswa," kata dia.
  
Djemari melanjutkan, kecurangan lainnya adalah munculnya kunci jawaban yang berseliwerang melalui short massage service (SMS)Dia mengatakan, munculnya kunci jawaban melalui SMS ini sering muncul di sekolah-sekolah kelas menengah keatasBaik tingkat SMP maupun SMASebab, sudah banyak siswa yang membawa handphone ke sekolah.
  
Menurut pria yang sekaligus menjadi kepala BNSP itu, munculnya SMS yang berisi kunci jawaban itu membuat siswa bimbangDengan berseliwerannya kunci jawaban via SMS tersebut, membuat siswa bimbang menerima atau menolak kunci jawaban itu"Jika diambil takut salah semua dan tidak lulus," tutur DjemariSebaliknya, jika tidak diambil dan ternyatan kunci jawaban itu benar, dia merasa rugi.
  
BNSP pernah menyurvei di sebuah sekolah SMP di Jawa TengahDi sekolah tersebut ada satu siswa yang tidak lulusSetelah diselidiki, ternyata siswa tersebut tidak mengambil kunci jawaban yang masuk ke HP-nyaSiswa itu, tentu ragu ketika menerima SMS tersebut"Apakah diambil atau tidakTernyata tidak," tegas Djemari.
  
Celah terakhir yang memunculkan kerawanan pelanggaran dalan penerapan unas adalah, sistem pembagian nilaiSeperti diketahui, siswa dikatakan lulus tidak hanya dari nilai yang didapat dalam unasTetapi, juga dari nilai rapornya selama tiga tahunKomposisinya, 40 persen dari nilai rapor atau nilai ujian sekolah dan 60 persen dari nilai unas

"Pembagian nilai ini rawan ada manipulasi nilai rapor," terang DjemariBisa jadi, mulai saat ini para guru sudah mulai merubah atau memperbaiki nilai rapor siswanya.
  
Dari sekian kelemahan unas yang berpotensi memunculkan kecurangan tersebut, BNSP sudah mulai mengantisipasiUntuk kelemahan pengawasan saat proses percetakan, BNSP menepatkan akan melibatkan total peran perguruan tinggi negeri (PTN) yang terdiri dari para dosenPengawasan PTN akan lebih dominan dari pada dispendik"PTN tidak memiliki kepentinganBeda dengan dispendik," terang Djemari.
  
Kerawanan kebocoran naskah soal di tingkat percetakan ini juga diamini oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendiknas Mansyur RamliDia menyatakan, kebocoran juga berpotensi ketika naskah sudah dicetak dan distribusikan
"Panjangnya jarak percetakan dengan sekolah harus diantisipasi," kata diaMansyur mencontohkan, naskah yang dicetak di Jawa Timur lalu didistribusikan Nusa Tenggara Barat (NTB)Dalam perjalanan naskah tersebut, rawan terjadi kebocoran naskah soal.
  
BNSP sendiri sudah menyelesaikan proses pembuatan naskah unasJumlah soal tidak ada perbedaan dari unas tahun laluPerbedaannya terletak pada variasi soal dalam satu kelasJika dulu dalam satu kelas ada dua variasi soal, unas tahun ini akan ada lima variasiSehingga, potensi contek menyontek antarsiswa bisa ditekan
  
Dengan banyaknya variasi soal ini, Djemari mengatakan pengawas di dalam kelas harus ekstra teliti"Mereka harus menyesuaikan kode soal," papar diaKode soal antara yang ada di naskah dengan dengan di nomor peserta ujian yang dipegang siswa harus cocok.
  
Sementara itu, antisipasi munculnya kunci jawaban yang muncul lewat SMS, pihak sekolah diminta untuk mengumpulkan wali murid untuk sosialisasiPihak sekolah diminta supaya para orang tua berpesan kepada anaknya tidak terpengaruh dengan kunci jawaban yang beredar lewat HPSelain itu, cara lainnya adalah menyeterilkan siswa yang membawa HP
  
Sedangkan untuk ulah guru yang nakal, dengan membetulkan jawaban siswa, akan diberikan sanksi yang tegasSelain itu, pengawas ujian yang melibatkan total peran PTN juga diharapkan tidak membawa naskah soal ujian yang tersisa keluar kelasSelain itu, pengawas juga diharapkan tetap berada di sekolah sampai naskah lembar jawaban siswa dikirim ke rayon atau dispendik setempat
  
Dengan sekian perbaikan tersebut, Djemari berharap kelemahan atau kecurangan dalam pelaksanaan unas bisa ditekan"Pesan pak menteri (MNuh, red) Unas 2011 harus lebih baik," tutur dia.
  
Di bagian lain, Mendiknas MNuh tetap berpendapat Unas menjadi bahan evaluasi proses belajar mengajarDia menegaskan, Unas bukan menjadi alat untuk memperbaiki kualitas pendididikan tanah air

Sebaliknya, dengan adanya unas bisa diambil langkah intervensi dari kemendiknas untuk sekolah yang banyak angka siswa tidak lulusMantan rektor ITS itu tetap berat jika unas dihapus, karena dinilai melanggar hak asasiTahun ini kemendiknas mengalokasikan anggaran unas Rp 572 miliar(wan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... ITB Gantikan Jalur Mandiri dengan Undangan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler