SMI Ungkap Alasannya Pergi

Rabu, 19 Mei 2010 – 15:44 WIB
JAKARTA- Sri Mulyani Indrawati (SMI) mempertegas pernyataan soal kepergiannya dari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II  karena menjadi korban situasi politik ahkir-akhir iniSaat menghadiri acara perpisahan dengan LPM Universitas Indonesia, Rabu, (19/5) , perempuan kelahiran Lampung itu mengakui tidak mudah menjadi seorang pejabat publik di Republik ini.

Sebagai orang yang dibekali ilmu pengetahuan dan karakteristik sikap sebagai pejabat publik, Sri Mulyani mengatakan bahwa dirinya haruslah mendahulukan kepentingan rakyat di atas kepentingan kelompok

BACA JUGA: Kain Ulap Doyo Segera Dipatenkan

Namun, imbuh dia, seringkali institusi yang dibangun dengan kejujuran justru terintimidasi oleh sistem kebijakan yang tak lepas dari intrik politik praktis.

"Kita diberikan ilmu pengetahuan dan teknis untuk bertanggungjawab secara sosial, etikanya melayani publik tapi tekhnisnya justru macam-macam
Pilihan kebijakan itu yang harus kita hadapi

BACA JUGA: Pemerintah Diminta Batasi Frekuensi Terbang Air Asia

Pilihan-pilihan itu meminta kita untuk memihak dan itu menuntut karakter," kata Sri Mulyani.

Seolah ingin menggambarkan tentang dirinya yang sering dihadapkan pada kebijakan-kebijakan sulit saat menjadi menteri, Sri Mulyani mengatakan bahwa saat mengambil berbagai keputusan, dirinya sering kali dituntut tetap tegar dan yakin untuk meletakkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi.

"Dampaknya tentu ada secara personal, paling jauh dipecat
Itu bisa kita rasakan di hati kita

BACA JUGA: Akhirnya BHD Meminta Maaf

Di masa reformasi seperti sekarang ini, harus membangun institusi yang baik dengan karakter yang kita percayaiKalau institusi sudah terlalu bergantung hanya pada satu orang, itu tidak baik, justru merusak," tegasnya.

Sri Mulyani juga mengatakan, di masa-masa awal menjadi Menteri Keuangan, banyak sistem yang harus diperbaikinya untuk membangun institusi yang baikHal tersebut mendapat tantangan yang tidak mudah"Namun saya terus optimis memberi support pada anak buahSaya terbuka pada media massa, para pakar, presiden, wapres dan publikSelagi masih di jalurnya, maka anak buah harus diberikan ketenangan bekerja," katanya.

Namun ternyata, kata Sri Mulyani, ada banyak kalangan juga yang merasa terusik dengan reformasi birokrasi dan institusi yang sedang dibangunnya"Misalnya ada yang ditangkap Bea Cukai, tiba-tiba Mr X telponIni bukan telpon sekedar ngajak minum kopiTapi bertanya tentang penangkapan, minta dibebaskanKita ikuti ketentuan dan saya jawab, kalau mau lepas ya bayar dendanya," kata Sri mencontohkan kasus yang dihadapinya.

Setelah sering kali tidak ada kompromi dengan sistem institusi yang selama ini dinilainya salah, Sri Mulyani mengaku kadang terkejut dengan temuan yang diketahuinya saat menjadi menteri"Ternyata awalnya ikan teri, jadi ikan mas, ikan paus lama-lama jadi hiuWah menteri-nya tentu jadi terkejut ternyata gede juga yaMereka-mereka juga melihat, ternyata Menterinya konsisten," kata Sri Mulyani.

Mantan Direktur IMF untuk kawasan Asia-Pasifik itu menambahkan, banyak tantangan yang akan dihadapi bila ingin menciptakan institusi yang bebas dari kepentingan"Ada yang mengatakan pada saya, menjadi kaya sendiri itu gampang, yang susah itu bagaimana membuat kaya bersama republik iniSaya memang bukan orang dengan ide brilian, tapi bagaimanapun institusi yang baik itu penting untuk Republik ini," katanya.

Sri Mulyani pun dengan lugas menyindir lawan-lawan politiknya, termasuk beberapa partai politik yang justru kini menyoroti kinerjanya yang tetap memilih tidak berpihak pada apa yang dianggapnya salah"Dulu di awal reformasi, saat parpol di KIB I masih tidak ada dendam dan masih baik pada saya, waktu itu kita semua yakin bisa membuat perubahan institusi yang baikKondisinya sekarang berubahSaat saya diberikan tugas, keinginan saya tentu ingin berikan yang terbaik, sehingga orang yang menugaskan saya dan masyarakat yang percaya merasa tidak kecewa," tegasnya.

Tak lama lagi dirinya memang tidak lagi menjadi Menteri KeuanganNamun, kata Sri Mulyani, selama lima tahun berada di jajaran Kemenkeu, masih banyak ditemuinya orang-orang dengan dedikasi yang luar biasa bagi negara.

"Tergantung sentuhan pemimpinnya sajaKalau tujuannya baik, mereka ini akan langsung maksimal bekerjaPaling mentok, kalau ada yang salah, mereka akan diam saja tak bisa berontakMereka ini saya sebut sebagai aset bangsaMereka ini jauh memikirkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadiIni saya anggap kekuatan kita untuk berikan yang terbaik bagi negara ini," tukas perempuan yang akan segera menduduki kursi Managing Director World Bank tersebut.(afz/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BHD Bantah ada Rekayasa Baca Opsi A


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler