jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Djayadi Hanan mengimbau mahasiswa dan pemuda untuk mendalami metodologi-metodologi penelitian yang sifatnya kuantitatif seperti quick count, survei, exit poll atau jajak pendapat. Sebab, penguasaan metodologi penelitian tidak hanya berguna bagi negara demokrasi tetapi juga diperlukan di dunia profesional dan itu sangat menunjang untuk memiliki profesi yang menjanjikan di masa depan.
“Jadi, mahasiswa dan pemuda jangan ragu-ragu mendalami metodologi penelitian yang bersifat kuantitatif seperti survei atau exit poll karena diperlukan dan bisa menjadi profesi yang baik di masa depan,” ujar Djayadi Hanan kepada JPNN usai menjadi pembicara di hadapan Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana (UMB), Kampus Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (6/7).
BACA JUGA: Setelah Berakreditasi A, Prodi Magister Ilmu Komunikasi UMB Targetkan Berstandar Internasional
Dalam kesempatan itu, Djayadi Hanan membawakan materi tentang “Kredibilitas Quick Count pada Pilpres 2019”. Kuliah tamu tersebut terselenggara atas dukungan dan difasilitasi oleh Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UMB, Dr. Ahmad Mulyana dan Pengajar Magister Ilmu Komunikasi UMB, Dr. Suraya.
BACA JUGA: Setelah Berakreditasi A, Prodi Magister Ilmu Komunikasi UMB Targetkan Berstandar Internasional
BACA JUGA: Program Magister Ilmu Komunikasi UMB Resmi Berakreditasi A
Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UMB, Dr. Ahmad Mulyana didampingi Dr. Suraya menyerahkan piagam penghargaan kepada Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan usai menjadi menjadi pembicara di hadapan mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi UMB di Kampus Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (6/7). Foto: Friederich Batari/JPNN.com
BACA JUGA: Mengapa Wanita Hidup Lebih Lama Daripada Pria?
Lebih lanjut, Djayadi menjelaskan quick count secara umum menjadi sebuah fenomena ilmu pengetahuan yang sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1999. Oleh karena itu, quick count memang sebuah alat ilmu pengetahun yang sangat berguna di negara-negara demokrasi.
Melalui metodologi seperti quick count, survei, exit poll itu, menurut Djayadi, peneliti Indonesia bisa mengetahui apa yang berkembang di masyarakat secara terus-menerus dan itu memang diperlukan oleh sebuah negara demokrasi agar negara itu bisa terus-menerus merespons kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
Untuk diketahui, Program Magister Ilmu Komunikasi UMB secara rutin mengundang dosen, peneliti atau pakar dan praktisi Komunikasi untuk menjadi menjadi pembicara atau menjadi dosen tamu.
Sebelumnya, Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UMB Dr. Ahmad Mulyana juga mengundang Managing Director Nexus Risk Mitigation and Strategic Communication, Firsan Nova dan Pengajar Ilmu Komunikasi Dr. Hifni Alfahmi untuk memberikan kuliah umum kepada Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi UMB di Kampus Menteng, Jakarta Pusat.(fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Empat Kriteria untuk Mengukur Kredibilitas Lembaga Survei
Redaktur & Reporter : Friederich