Somalia Siap Suplai Data Intelijen

Untuk pembebasan MV Sinar Kudus

Kamis, 14 April 2011 – 07:07 WIB

JAKARTA- Dukungan agar ada aksi militer tegas terhadap pelaku penyanderaan kapal berbendera Indonesia MV Sinar Kudus oleh Bajak Laut Somalia terus mengalirDuta Besar Somalia untuk RI, Mohamud Olow Barow mengaku tidak keberatan jika pasukan khusus militer Indonesia melakukan operasi pembebasan sandera di negaranya

BACA JUGA: Pemerintah Masih Kedepankan Opsi Negosiasi

Hal itu adalah kebijakan resmi pemerinah Somalia yang mendukung negara lain memerangi bajak laut yang berasal dari negaranya


"Pemerintah Somalia siap memberikan bantuan informasi, konsultasi militer, dan data intelijen yang dibutuhkan pemerintah Indonesia agar para sandera bisa segera dibebaskan," kata Mohamud dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (13/4) kemarin.

Menurut Mohamud, kapal MV Sinar Kudus ditangkap bajak laut di Laut Arab 350 mil dari Pulau Socotra yang ada di wilayah Yaman

BACA JUGA: Jepang Stop Pembangkit Nuklir Baru

Dalam menjalankan aksinya Perompak menggunakan kapal kargo dan kemudian menyerang masuk ke MV Sinar Kudus
Presiden Somalia Abdullahi Yusuf Ahmed, kata dia, telah mengirim surat kepada Dewan Keamanan PBB meminta agar negara yang kuat dalam memerangi bajak laut segera bertindak menyikapi maraknya kasus ini

BACA JUGA: Perompak Takluk Dalam 10 Menit

"Kami dengan tegas mendukung aksi militer dalam memerangi bajak laut di wilayah kami," kata dia.

Mohamud menyatakan bahwa Somalia membuka pintu bagi aksi militer berdasarkan pada Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 1846Didalamnya, berisi izin bagi negara dan organisasi regional untuk menggunakan semua tindakan yang diperlukan untuk mengatasi perompak Somalia yang ditetapkan 2 Desember 2008

Saat ini ada sembilan negara utama yang terlibat dalam pengamanan laut di wilayah SomaliaAntara lain, Kanada, Denmark, Amerika Serikat, India, Prancis, Rusia, Spanyol, Belanda, Inggris"Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) juga telah mengirimkan kapal dan pesawat perang ke perairan Somalia dan mengamankan jalur transportas," kata dia.

Dubes Somalia mengatakan, sehari setelah kapal disandera pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RISejak 17 Maret koordinasi telah dilakukan antara Kedubes Somalia di Kenya dan KBRI Kenya untuk bicara dengan perwakilan di NairobiDalam proses negosiasi, Mohamud menyarankan pemilik kapal tidak melibatkan mediasi pihak ketiga

Dia menyontohan pemilik kapal asal Denmark yang memaksakan menebus kapalnya hanya dengan USD 1 JutaPadahal pembajak meminta tebusan tiga sampai empat kali lipat dari jumlah ituNamun, setelah sebulan akhirnya kapal dibebaskanTapi, kata dia, ada juga negara yang menolak negosiasi dan memilih operasi militer, seperti Prancis, India, dan Korea Selatan"Saya memiliki keyakinan bahwa 99 persen perompak tidak membunuh sandera karena mereka didukung mafia yang tidak ingin bisnisnya hancur," kata dia.

Para perompak, menurut Mohamud adalah mafia internasional dengan hasil tebusan yang dibagi dengan kelompok lain yang berada di luar wilayah SomaliaMereka yang ada di luar wilayah Somalia bertindak sebagai pemasok peralatan navigasi pelacak kapalKawanan perompak itu hanya sebatas meminta uang dan tidak memiliki kaitan dengan jaringan pemberontak Al-Shabaab Somalia"Salah satu daerah yang menjadi basis perompak adalah PuntlandItu terjadi setelah kami tak lagi memiliki Angkatan Laut karena perang saudara 1991," kata Mohamud.

Perompakan di Somalia marak terjadi sejak 1993Mereka beroperasi di sepanjang pantai sejauh 3.330 kilometerSejak perang saudara Laut Somalia dipenuhi kapal penangkap ikan dari negara lainLaut mereka juga menjadi tempat pembuangan sampah nuklir"Karena itu pembajakan ini diawali aksi pemuda Somalia yang marah, menangkap kapal-kapal ilegal, dan meminta ganti rugi dalam bentuk dolar AS," ujarnya menjelaskan(zul)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mahfud: Negara Harus Segera Bertindak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler