Sosok Frantinus Nirigi yang Diduga Bercanda Bawa Bom

Rabu, 30 Mei 2018 – 05:47 WIB
Frantinus Nirigi. Foto: Polisi for Rakyat Kalbar/JPNN.com

jpnn.com, PONTIANAK - Frantinus Nirigi batal pulang kampung gara-gara diduga bercanda membawa bom hingga para penumpang Lion Air nomor penerbangan JT 687 dari Bandara Supadio Pontianak, Kalbar, tujuan Jakarta, Senin (28/5), berhamburan keluar dari pesawat.

Setidaknya sebelas penumpang yang menjadi korban setelah melompat ke apron dari pintu darurat, akibat ulah pria lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak tersebut.

BACA JUGA: Kasus Bercanda Bawa Bom: Siapa Buka Pintu Darurat Lion Air?

Frantinus Nirigi, yang mulai kuliah di Untan pada tahun ajaran 2009/2010, hingga saat ini berurusan dengan penyidik Kanit Resum, Sat Reskrim Polresta Pontianak. Dari balik jendela kaca, ia terlihat tengah menjelaskan kejadian sebenarnya.

"Yang bersangkutan sudah diamankan dan masih diperiksa. Dia bisa dikenakan sanksi delapan tahun (penjara). Itu maksimal ya," tegas Kapolresta Pontianak, AKBP Wawan Kristyanto usai melihat pemeriksaan terhadap Nigiri, Senin (28/5) sekira pukul 22.50 Wib.

BACA JUGA: Kemenhub Kerahkan Penyelidik Usut Kasus Bercanda Bawa Bom

Sanksi tersebut sesuai Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Pasal 437 ayat 1 dan 2. "Saat ini kita masih proses lanjut. Untuk motif masih kita kembangkan," ujarnya.

Hasil pemeriksaan sementara, kata Wawan, tujuan Nirigi akan pulang kampung ke Jayapura transit di Jakarta.

BACA JUGA: Iseng Sebut Bom di Pesawat, Frantinus Resmi Jadi Tersangka

"Yang bersangkutan adalah salah satu mahasiswa perguruan tinggi yang ada di Pontianak. Sudah wisuda. Dia mau kembali ke kampung halamannya dengan barang yang banyak," jelas Wawan.

Lebih jauh dia menjelaskan, dalam perjalanan pulang ke kampung halamannya, Nirigi menumpang pesawat Lion Air, Boeing 737-800NG (B378) registrasi PK-LOJ yang dijadwalkan lepas landas pukul 18.40 Wib.

"Dia ini ditanya pramugari, tasnya berisi barang apa. Dia bilang tasnya berisi bom. Dia ini istilahnya joke bom," terang Wawan.

Lajunya pemberitaan dan media sosial terkait kegaduhan di bandara, membuat sosok Frantinus Nirigi menjadi sorotan. “Masih kita dalami,” ungkap Wawan ketika ditanya terkait motif Nigiri.

Pemeriksaan terhadap yang bersangkutan, kata Wawan, masih terus dilakukan. Termasuk mendalami motif Nigiri menyebutkan adanya bom di dalam tasnya. Wawan juga memastikan pihaknya tetap proposional dan menyelidiki semua kemungkinan dalam kasus ini.

Kejadian ini, diharapkan Wawan merupakan terakhir kalinya. Maka ia mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam berucap. "Jadi, dalam lingkungan bandara, pesawat apalagi, itu tidak boleh bercanda tentang bom," imbaunya.

Dekan Fisip Untan, Drs. Sukamto, M. Si menuturkan, selama menjadi mahasiswa Nirigi selalu bersikap baik. Tidak pernah bertingkah aneh. Walau dari sisi akademi dia tidak menonjol. “Itu yang saya tahu. Ini bukan membela dia, tapi memang itu kenyataannya selama ia jadi mahasiswa,” katanya kepada Rakyat Kalbar, Selasa (29/5).

Maka dari itu, Sukamto meminta kepolisian harus bijak menangani kasus ini. Harus menyimpulkan dari dua sisi. Baik dari pramugari dan Nirigi.

“Jangan hanya melihat dari satu sisi saja. Ini lebih kepada masalah miskomunikasi, bila saya melihat berita yang beredar,” kata dia. “Dialek orang Timur memang berbeda dengan dialek kita jadi terasa asing. Terutama karena kita ini juga lagi dirundung kekhawatiran akibat bom beberapa waktu lalu,” ujarnya.

BACA JUGA: Kasus Bercanda Bawa Bom: Siapa Buka Pintu Darurat Lion Air?

Lalu karena Nirigi sudah berstatus alumni, maka pihak Fisip tidak mempunyai tanggung jawab apa-apa terhadapnya. “Kecuali bila dia masih mahasiswa. Jadi jangan jadikan kasus ini diarahkan pada lembaga. Jadi, lebih bijaksana lah dalam melihat kasus ini,” pintanya.

Kalau memang Nirigi salah, tetapkan salah. Bila ia benar, tetapkan akan menjadi benar. “Berimbanglah dalam melihat kasus,” ucapnya.

Terlepas benar dan tidaknya Nirigi menyebut bawa bom, Sukamto tetap mengimbau masyarakat untuk tidak sembarangan bercanda. Harus lihat situasi dan kondisi. “Apalagi belum lama ini kita diteror bom, sehingga ngucap bom dikit aja udah bikin khawatir sekali," terangnya.

Terpisah, Pardi, seorang doktor di Fisip Untan menyebutkan, bahwa Nirigi memang logat bicaranya cepat. “Saya saja selalu minta dia mengulang kalimat jika ada yang tidak jelas. Jadi mungkin saja salah dengar,” ujarnya.

Nirigi adalah mahasiswa penerima beasiswa dari Pemerintah Provinsi Papua. Dia asal Wamena. Selama menempuh kuliah di Kalbar, belum pernah dia pulang ke kampungnya. “Biayanya mahal. Dia cerita bisa sampai Rp10 juta kalau mau pulang,” ungkap Pardi yang juga dosen pembimbing Nirigi.

Bahkan dikabarkan dia pernah menjadi kuli bangunan untuk menambah biaya hidup dan kuliah di Bumi Khatulistiwa ini. “Makanya dia bertahan. Dari Jayapura ke tempat asalnya harus menempuh waktu empat jam perjalanan lagi,” sambung Pardi. (ocs/ban/riz/arm)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemenhub Dorong Polri Pidanakan Penebar Teror di Penerbangan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler