jpnn.com - ANGGOTA Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman mendukung pasangan calon presiden Joko Widodo dengan calon wakil presiden Jusuf Kalla (Jokowi-JK) meski partainya secara resmi mendukung pasangan Prabowo-Hatta. Hayono mengaku sebelum mengambil sikap itu, dirinya terlebih dahulu menyaksikan debat di antara kendidat. Nah, hasil dari mengamati debat kedua pasangan, Hayono pun menyatakan sikap untuk mendukung pasangan nomor 2.
Jadi, anggota Komisi I DPR itu mengaku tidak ada kaitannya dengan menunggu putusan DPP Partai Demokrat yang telah dahulu menyatakan mendukung Prabowo-Hatta. "Saya hanya ingin mendengar dan saksikan debatnya terlebih dahulu. Baru ambil keputusan mendukung Jokowi-JK," kata Hayono Isman.
BACA JUGA: Berseberangan dengan Amien Rais
Setelah menyaksikan debat, Hayono menegaskan bahwa figur Jokowi adalah figur yang santun, tidak emosional dan kasar. Bahkan, menurut Hayono, Jokowi sangat menghargai orang lain. Karenanya, sebagai sosok yang santun sebetulnya Jokowi lebih dekat kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Berikut, kutipan dari wawancara JPNN dengan Hayono Isman.
BACA JUGA: Jokowi Bukan Capres Boneka
Kenapa harus berseberangan dengan fraksi dan putusan DPP Demokrat?
Saya kira tidak ada yang berseberangan. Sikap ini justru menampakkan besarnya Partai Demokrat. Perbedaan pendapat seperti ini justru membuat citra positif partai dihadapan publik. Yang bahaya, adalah indikasi menggiring kader ke calon tertentu tanpa dasar yang kuat.
BACA JUGA: Jokowi Pendiri Jamuro
Namanya saja Partai Demokrat yang asal katanya diambil dari demokrasi, mengedepankan perbedaan pendapat untuk menuju sebuah kekuatan. Apalagi tidak satupun di antara capres ini dari demokrat. Lain halnya kalau ada salah satu kandidat dari internal Demokrat, pasti saya akan mendukung. Buat apa kita dukung salah satu calon apalagi yang menurut saya calon yang didukung jauh dari garis partai.
Lalu, kenapa pilih Jokowi-JK?
Saya pilih Jokowi, karena istilahnya sudah lolos dari 'seleksi' KPK. Saya pilih JK karena sudah lolos dari berbagai isu HAM. Jadi mereka berdua sudah bisa fokus menangani masalah-masalah rakyat dan bangsa. Tidak terganggu oleh HAM, oleh korupsi, oleh ketidakkompakan kabinet nantinya.
Bahkan, melalui debat itu juga terlihat mana yang tulus mana yang realistis, mana yang menunjukkan kedekatan dia yang murni kepada rakyat. Semua akan terlihat dari bahasa tubuhnya dan ucapannya. Mana yang mampu mengendalikan emosinya, mana yang tidak, terlihat jelas.
Untuk kepentingan politik bernegara, apa yang hebat dari Jokowi-JK?
Saya akan merasa nyaman terhadap pengembangan demokrasi kalau presidennya Jokowi dan wapresnya JK. Kenapa? karena demokrasi akan berkembang semakin kuat, demokrasi tidak dibawa mundur ke belakang. Sangat keliru kalau kita mengatakan ada kekurangan dalam demokrasi kita, lalu mundur. Tidak benar itu.
Kita boleh tidak suka dengan demokrasi, tapi faktanya demokrasi kita ini tidak hanya melahirkan keterbukaan, tidak hanya pers itu bangkit sebagai kontrol tapi juga kekuatan ekonomi. Secara ekonomi, pers juga bergairah di daerah-daerah di luar Pulau Jawa. Begitu juga perputaran uang, didorong terus ke daerah-daerah.
Ada kekurangan? iya. Kekurangan itulah yang kita perbaiki. Jadi menurut hemat saya, hal-hal yang prinsip menyangkut demokrasi, pelayanan publik, menyangkut TNI, itu saya merasa nyaman kalau dikelola oleh Jokowi-JK. Kesimpulan tersebut setelah saya mencermati debat capres-cawapres.
Dari sisi program sebagai penjarabaran visi misi, menurut saya tidak jauh dengan konsep SBY yang intinya bagaimana memperkuat ekonomi untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan rakyat.
Dari sisi TNI, seandainya Jokowi-JK memimpin bangsa ini, TNI pasti tidak akan dibawa ranah politik. Saya yakin. Jadi ini juga meneruskan programnya SBY di bidang demokrasi dimana TNI tidak masuk ranah politik tapi menjadi ranah pertahanan, menjaga wilayah NKRI dan juga menghadapi separatis. Jadi saya yakin betul dikonsep dan pemikiran Jokowi-JK sebetulnya lebih dekat dengan SBY.
Kemudian pelayanan publik. Pelayanan publik bisa terwujud secara baik karena pengalaman. Pak Jokowi punya pengalaman bagaimana memberikan pelayanan publik terbaik mulai di level kota dan provinsi. Dan hal-hal baik di kota dan provinsi tersebut akan diterapkan di tingkat nasional.
Itu bagi saya penting karena demokrasi salah satunya adalah pelayanan publik. Dan karena demokrasi pula, faktanya Indonesia masuk dalam 10 negara ekonomi besar karena demokrasi. Dan kita nanti mencapai APBN 2000 triliun rupiah di tahun 2015, itu karena demokrasi. Zaman orde baru, dengan tidak mengurangi segala hormat kepada Pak Harto, tidak ada volume ekonomi semassif sekarang ini. Sekarang banyak muncul usahawan baru, peranan daerah makin besar.
Setelah pilpres dan tidak lagi di DPR, apa yang akan dilakukan?
Saya akan tetap di Demokrat. Saya tidak akan ikut beberapa tokoh Demokrat keluar karena tidak dapat jabatan. Bagi saya berpartai itu adalah berideologi yang benar. Belum diberi amanat strategis di partai maupun di pemerintah, juga tidak penting.
Soal kapasitas Jokowi dalam menghadapi DPR nantinya?
Kecakapannya berkomunikasinya dengan bahasa rakyat adalah modal utama. Jokowi juga bakal lancar berkomunikasi dengan DPR, karena beliau orangnya rendah hati, mudah berkomunikasi dengan DPR. DPR itu kuncinya satu, jangan digurui, jangan dianggap sebagai bawahan. Dengan pendekatan rendah hati, pasti efektif. Apalagi nanti didukung oleh para menteri yang mampu berkomunikasi dengan DPR.
Siapa pun presidennya, harus berhadapan dengan DPR. Kita tahu bagaimana repotnya SBY sebagai presiden mesti membangun koalisi besar di DPR tapi sulit mengegolkan program-programnya di DPR. Jokowi orangnya rendah hati, pasti diterima DPR RI. Saya yakin beliau akan memilih menteri yang sejalan, sepemikiran dan yang juga tidak berbeda dengan kepribadian Jokowi-JK untuk membangun kekompakkan kabinet, itu penting.
Dibanding dengan kabinet sekarang?
Sekarang ini dengan segala hormat, kabinet kita tidak kompak karena kepentingan partai lebih besar dibanding kepentingan bangsa dan negara. Kalau kabinet kompak, menghadapi DPR RI akan efektif.
Ada gerbong yang dibawa untuk mendukung Jokowo-JK?
Tidak ada gerbong-gerbongan yang akan dibawa. Konstituen, saya beri kebebasan untuk memilih. Teman-teman kan bukan binatang yang mesti digiring. Yang saya bawa hanya istri dan anak-anak yang dari awal sudah mendukung Jokowi-JK. Saya malah belakangan karena menunggu debat dulu.
Tidak takut dipecat?
Pertama, saya takut sama Allah saja. Kalau khawatir, kenapa harus khawatir? Saya tidak melanggar anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai.
Kecuali ada di antara kandidat capres-cawapres yang berasal dari Partai Demokrat sebagai hasil kerja Majelis Tinggi yang dulunya ditugasi sesuai AD ART menentukan capres-cawapres dari Partai Demokrat melalui konvensi dilaksanakan partai. Itu tugas Majelis Tinggi. Capres-cawapres dari Demokrat kan tidak ada?
Mestinya, kalau sudah menyangkut capres-cawapres bukan dari Demokrat atau bukan melalui proses partai, ya bicara duluhlah minimal di Rapimnas atau forum lainnya yang disetujui untuk menentukan dukungan terhadap capres-cawapres di luar Demokrat.
Tapi itu semua sudah berlalu, saya hormati keputusan DPP Demokrat dukung Prabowo-Hatta dan kawan-kawan di DPP juga saya mohonkan menghormati keputusan individu kader yang berbeda.
Apakah sudah mengabari SBY?
Ini masalah pilihan pribadi. Saya juga tidak akan bertanya ke SBY saya mau memilih siapa? Ini masalah pribadi dan saya lebih suka bicara apa adanya, ini pilihan saya dan tentunya ada sisi idealisme partai, dengan garis perjuangan partai. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Takut Indonesia Dipimpin Orang Otoriter
Redaktur : Tim Redaksi