Sosok Teknisi AirAsia QZ8501, Saiful Rakhmad di Mata Keluarga

Rabu, 31 Desember 2014 – 00:32 WIB
Sosok Teknisi AirAsia QZ8501, Saiful Rakhmad di Mata Keluarga. Foto Ryan Edi Saputra/Pekanbaru Pos/JPNN.com

jpnn.com - Laili Nurmala (50), hanya bisa terduduk lemas. Matanya terlihat sembab. Ia terkejut saat pertama kali mendapat kabar, Saiful Rakhmad, ada di pesawat naas AirAsia QZ8501. Seketika ia teringat tiga keponakannya yang masih kecil-kecil. Segera ia menelepon istri Saiful di Surabaya. Berharap kabar itu hanya tidak benar.

''Tapi terdengar suara tangis histeris,'' katanya dengan mata berkaca-kaca. Ternyata benar, adik bungsu kesayangannya ada di pesawat naas itu.

BACA JUGA: Perjuangan Sergey Litvinov, Pemain yang Masih Ditunggak Gaji PSLS Lhokseumawe

Saiful, merupakan satu-satunya teknisi yang bersama pesawat dengan tujuan Surabaya-Singapura, Minggu lalu. Meski tercatat sebagai warga Surabaya, ternyata Saiful berasal dari Pekanbaru. Ia merupakan anak seorang pensiunan Bintara TNI AU dan pernah tinggal di kompleks AURI Pekanbaru.
 
Menggunakan kerudung hitam, Laili menerima kedatangan Pekanbaru Pos, tadi malam, di rumah sederhananya, jalan Rambutan, Gang Suryo. Ia mengenang adiknya itu, sebagai sosok yang cerdas dan cinta keluarga.
 
Saiful satu-satunya putra lelaki di keluarga mereka. Laili merupakan kakak tertua. Saiful kelahiran Pekanbaru, 11 september 1976 dan menamatkan pendidikan di SD Angkasa, Komplek AURI di Kota Bertuah.
 
Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP 8 Pekanbaru dan SMU 8 Pekanbaru (yang dulunya SMU 6). Kecintaannya pada dunia penerbangan, membawanya ke Institut Sains dan Teknologi Nasional, Bandung, Jawa Barat.
 
''Dia paling dekat dengan sama saya. Manja. Terakhir ketemu, makan saja masih minta disuapin,'' kata Laili mengenang.
 
Saiful kata Laili, meninggalkan seorang istri bernama Yeni dan tiga anaknya yang masih kecil-kecil. Putri pertama Saiful bernama Najwa, masih duduk di bangku sekolah dasar (SD), sedangkan Jaumar dan Arkan belum bersekolah. Mereka menetap di Surabaya, mengikuti penempatan tugas Saiful di sana.
 
''Sebelumnya Saiful bekerja di Mandala. Baru dua tahun di AirAsia,'' kata Laili.''Saya sama sekali tak punya firasat buruk tentang kejadian ini,'' tambahnya.
 
Laili yang berusaha tegar, selalu menitikan air mata bila mengenang keluarga kecil adik bungsunya. Terlebih lagi saat ditelepon, adik iparnya Leni selalu menangis.
 
''Semoga ada mukjizat dari Allah SWT. Anaknya masih kecil-kecil,'' kata Laili berdoa.
 
Sosok Saiful bagi Laili tidak hanya sekedar adik. Tapi juga tulang punggung keluarganya. Sejak suaminya meninggal, Saiful-lah yang menghidupi mereka. Termasuk membiayai pendidikan dua anaknya.
 
''Tiap bulan Saiful ngirim uang untuk anak-anak saya ini,'' tuturnya.''Ia bahkan pernah pulang, hanya khusus mencarikan pesantren untuk anak saya,'' tambah Laili dengan raut duka.
 
Saiful terakhir pulang tahun 2012 lalu. Rencananya di awal tahun, ia ingin membawa serta istri dan tiga anaknya liburan ke Pekanbaru. Apa daya, semua mimpi itu hilang seiring masih belum ditemukannya pesawat AirAsia QZ8501. (Ryan Edi Saputra)

 

BACA JUGA: Muhammad Fachrudin, Pesepakbola Nyambi Jual Kepiting

BACA JUGA: Wahyu Hansudi, Perantau Asal Blitar Pemandu Wisata di Inggris Raya

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Keluarga yang Batal Naik AirAsia QZ8501 di Detik Terakhir (2-Habis)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler