Sri Mulyani: Tak Bisa Buat Pegawai Sekaya Gayus

Rabu, 05 Mei 2010 – 16:30 WIB
JAKARTA - Menjelang izin pengunduran dirinya turun dari Presiden SBY, setelah ditunjuk menjadi Managing Director World Bank yang berpusat di Washington DC, per tanggal 1 Juni mendatang, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati seolah ingin menunjukkan kepada publik dalam negeri, bahwa dirinya selama ini telah berusaha memberikan kerja terbaik.

Saat menjadi keynote speaker dalam Internasional Financial Reporting Standart (IFRS) di Ritz-Carlton, Jakarta, Rabu (5/5), Sri mengatakan bahwa selama ini dirinya telah berusaha menunjukkan kinerja dalam melakukan reformasi di Kementerian Keuangan (Kemkeu)Namun nyatanya, tidak semua kerjanya dianggap baik oleh publik.

Bukan hanya menyinggung soal kasus bailout Bank Century yang disebut-sebut telah dipolitisir, Sri Mulyani pun mengakui bahwa sejak terungkapnya kasus penggelapan pajak dengan tersangka Gayus Tambunan, sorotan tajam publik semakin menghakimi Kemkeu yang tengah dinakhodainya

BACA JUGA: Prestasi yang Belum Pernah Terjadi

"Saya klarifikasi, hal tersebut memang membuat beban psikologis yang cukup panjang
Tadi sebelum saya datang (di acara ini), saya tanya dulu siapa organizer-nya dan tujuannya apa? Katanya, agar kami tidak dinilai negatif

BACA JUGA: KPK Belum Terima Dokumen Pansus Century

Saya balik tanya, 'Apakah selama ini kita berbuat salah?' Rupanya lagi-lagi (ini) penilaian setelah (kasus) Gayus," ungkapnya.

Sri pun mengatakan, saat ditunjuk menjadi Menkeu, yang menjadi tujuannya hanyalah membawa perubahan ke arah yang lebih baik, serta menambah kebanggaan pada internal institusi Kemkeu dalam bekerja menjalankan tugas bernegara
"Kita harus memiliki karakter kebanggaan, meskipun prestasi yang dilakukan kalah dengan berbagai berita yang buruk

BACA JUGA: Kepergian Sri Mulyani Mengejutkan Pasar

Tapi bukan berarti kita lelah untuk meletakkan fundamental berbangsa dan bernegara yang baikKarena menurut saya, kita tidak hanya sekadar hidup dan eksis, tapi harus membangun prinsip-prinsip," paparnya.

Diakui Sri Mulyani bahwa sebagai pemimpin di kementerian yang mengurus uang negara, tidak mudah baginya untuk menyamakan visi antara tujuannya membuat perubahan, dengan tujuan dari masing-masing pegawainyaSri pun seolah menyindir berbagai bentuk sikap yang dinilainya tidak sejalan dengan tujuan reformasi itu sendiri.

"Ada orang-orang yang sekadar hidup, asal kaya, asal terkenalTidak peka, tidak melihat reputasiTidak menjaga kedisiplinan untuk diri sendiri, dan memalukanYang penting populerItu ada yang seperti itu, dan itu yang terjadiPadahal kita harus hidup dengan nilai baik yang di-share, dan tidak memikirkan berkuasa sendiriHarus hidup pada landasan kesamaan prinsip yang baik, bertanggungjawab, tenggang rasa dan berlandaskan hukum," bebernya lagi.

Secara tegas, Sri pun menyatakan bahwa dirinya bekerja bukan dengan tujuan untuk memperkaya diri maupun memperkaya karyawannya"Karena rasa bangga pada diri sendiri tidak bisa dibeli, meski sekaya GayusDan saya tidak bisa membuat karyawan bekerja untuk sekaya Gayus," tegasnya.

Setelah reformasi birokrasi, Sri mengatakan bahwa dirinya hanya ingin agar kementerian yang dipimpinnya saat ini dihormati secara sosial"Jadi secara strata tidaklah terlalu miskin, namun juga tidak terlalu kayaKelas menengah, yang dilihat (oleh) masyarakat bisa menghidupi dirinya dan keluargaKita ingin dihormati karena tugas dan melaksanakan tanggungjawab dengan baik," katanya lagi(afz/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Desmond: Jika Berkantor di Amerika, Sri Mulyani Diselamatkan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler