Saat menjadi keynote speaker dalam Internasional Financial Reporting Standart (IFRS) di Ritz-Carlton, Jakarta, Rabu (5/5), Sri mengatakan bahwa selama ini dirinya telah berusaha menunjukkan kinerja dalam melakukan reformasi di Kementerian Keuangan (Kemkeu)Namun nyatanya, tidak semua kerjanya dianggap baik oleh publik.
Bukan hanya menyinggung soal kasus bailout Bank Century yang disebut-sebut telah dipolitisir, Sri Mulyani pun mengakui bahwa sejak terungkapnya kasus penggelapan pajak dengan tersangka Gayus Tambunan, sorotan tajam publik semakin menghakimi Kemkeu yang tengah dinakhodainya
BACA JUGA: Prestasi yang Belum Pernah Terjadi
"Saya klarifikasi, hal tersebut memang membuat beban psikologis yang cukup panjangBACA JUGA: KPK Belum Terima Dokumen Pansus Century
Saya balik tanya, 'Apakah selama ini kita berbuat salah?' Rupanya lagi-lagi (ini) penilaian setelah (kasus) Gayus," ungkapnya.Sri pun mengatakan, saat ditunjuk menjadi Menkeu, yang menjadi tujuannya hanyalah membawa perubahan ke arah yang lebih baik, serta menambah kebanggaan pada internal institusi Kemkeu dalam bekerja menjalankan tugas bernegara
BACA JUGA: Kepergian Sri Mulyani Mengejutkan Pasar
Tapi bukan berarti kita lelah untuk meletakkan fundamental berbangsa dan bernegara yang baikKarena menurut saya, kita tidak hanya sekadar hidup dan eksis, tapi harus membangun prinsip-prinsip," paparnya.Diakui Sri Mulyani bahwa sebagai pemimpin di kementerian yang mengurus uang negara, tidak mudah baginya untuk menyamakan visi antara tujuannya membuat perubahan, dengan tujuan dari masing-masing pegawainyaSri pun seolah menyindir berbagai bentuk sikap yang dinilainya tidak sejalan dengan tujuan reformasi itu sendiri.
"Ada orang-orang yang sekadar hidup, asal kaya, asal terkenalTidak peka, tidak melihat reputasiTidak menjaga kedisiplinan untuk diri sendiri, dan memalukanYang penting populerItu ada yang seperti itu, dan itu yang terjadiPadahal kita harus hidup dengan nilai baik yang di-share, dan tidak memikirkan berkuasa sendiriHarus hidup pada landasan kesamaan prinsip yang baik, bertanggungjawab, tenggang rasa dan berlandaskan hukum," bebernya lagi.
Secara tegas, Sri pun menyatakan bahwa dirinya bekerja bukan dengan tujuan untuk memperkaya diri maupun memperkaya karyawannya"Karena rasa bangga pada diri sendiri tidak bisa dibeli, meski sekaya GayusDan saya tidak bisa membuat karyawan bekerja untuk sekaya Gayus," tegasnya.
Setelah reformasi birokrasi, Sri mengatakan bahwa dirinya hanya ingin agar kementerian yang dipimpinnya saat ini dihormati secara sosial"Jadi secara strata tidaklah terlalu miskin, namun juga tidak terlalu kayaKelas menengah, yang dilihat (oleh) masyarakat bisa menghidupi dirinya dan keluargaKita ingin dihormati karena tugas dan melaksanakan tanggungjawab dengan baik," katanya lagi(afz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Desmond: Jika Berkantor di Amerika, Sri Mulyani Diselamatkan
Redaktur : Tim Redaksi