Stafsus Jokowi Kunjungi Sekolah Indonesia di Sabah

Selasa, 17 Januari 2017 – 18:23 WIB
Diaz Hendropriyono (tengah) saat mengunjungi Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK)?. Foto: Ist

jpnn.com - jpnn.com - Staf khusus Presiden Diaz Hendropriyono bicara tentang pentingnya fungsi pendidikan bagi bangsa Indonesia.

Dari zaman sebelum kemerdekaan, pahlawan-pahlawan Indonesia sudah menekankan pentingnya pendidikan. Sa‎lah satu alasan Pangeran Pattimura mengeluarkan Proklamasi Haria dan melakukan perjuangan melawan Belanda adalah karena pihak Belanda memutuskan untuk menghilangkan komponen pendidikan kala itu.‎

BACA JUGA: Kece Badai! Pak Bupati Ngajar Geografi di SMP Terpencil

Akan tetapi, saat ini, Indonesia belum bisa secara penuh mengimplementasikan cita-cita para pendahulu bangsa kita. 

"Sebagai contoh, jumlah insinyur kita dibandingkan jumlah populasi masih lebih rendah dibandingkan negara tetangga, seperti Malaysia atau Singapura," kata  D‎iaz Hendropriyono  saat diundang ke‎ Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK)‎ oleh Konsulat Jendral Republik Indonesia mendatangi Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.‎

BACA JUGA: Ingat, Siswa Miskin tak Boleh Ditarik Pungutan

Diaz menyampaikannya di depan sekitar 130 guru Sekolah Indonesia Kota Kinabalu dalam rangka melihat secara langsung sertifikasi ulang guru Indonesia yang ada di Sabah.

Acara ini dibuka secara langsung oleh Konsul Jenderal Republik Indonesia di Kota Kinabalu, Akhmad Irfan, dan dihadiri oleh Kepala Sekolah Istiqlal Makrip serta para staf Konsulat Indonesia untuk Tawau.‎

BACA JUGA: Kader PKPI Siap Jadi Penjaga NKRI dan Pancasila

Diaz melanjutkan, sistem pendidikan di Indonesia harus terus malakukan peningkatan kualitas guru. Sebab, guru memiliki peran dan kontribusi yang besar terhadap masa depan generasi penerus. Bahkan saat Cut Nyak Dien dibuang ke Sumedang oleh Belanda, beliau tetap menjadi guru mengaji karena pentingnya pendidikan di masryarakat.‎

Apalagi, dikatakannya, pendidikan bisa berpengaruh terhadap perubahan yang terjadi dalam suatu bangsa. Karenanya, perubahan yang akan terjadi di Indonesia, harus dimotori oleh anak-anak muda yang terdidik. 

"Kita tidak tahu akan menjadi apa anak-anak didik kita ini 5 sampai 10 tahun ke depan. Kita harus ingat bahwa ketika Christina Martha Tiahahu memimpin perjuangan di Maluku, ia baru berusia 17 tahun. Sumpah Pemuda 1928 juga dipimpin oleh orang-orang muda, seperti Sugondho, Leimena, ataupun Mohammad Yamin," kata Diaz. ‎

Diaz berharap, Sekolah Indonesia Kota Kinabalu ini bisa mewujudkan keinginan para pendahulu bangsa kita. ‎

Untuk diketahui, sekolah Indonesia yang ada di Sabah merupakan bagian dari sekolah kebangsaan dan CLC (community learning center) yang tersebar di berbagai tempat (perkebunan, pabrik) di Sabah, Malaysia. Sistem ini merupakan sistem sekolah kebangsaan terbesar di dunia, dengan sekitar 24 ribu siswa.‎ (dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mahasiswa Tak Mampu Jangan Dikenakan Biaya Tinggi


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler