BACA JUGA: World Bank Bantu Danai Infrastuktur Daerah
Dengan dipengaruhi beberapa faktor seperti menguatnya rupiah dari 10.000 ke 9.500 di APBN-P 2010"Inflasi kita masih terkendali
BACA JUGA: Juli, Likuidatas Kemenpera Direalisasikan
Untuk revisi nilai tukar rupiah yang menguat, ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti neraca pembayaran,rating ekonomi kita membaik,prospek ekonomi domestik membaik,sosial politik ekonomi stabil dan ekspor kita meningkat," jelas Sri Mulyani di kantor kementrian keuangan, Jakarta, Jumat (9/4).Di sisi lainnya, pada APBN-P 2010 pemerintah terpaksa menaikkan subsidi listrik hingga Rp16,7 triliun
BACA JUGA: Uang Muka KPR Minimal 10 Persen Harga
Namun konsekuensinya pemerintah harus menambah subsidi dari asumsi semula di APBN."Beberapa perkiraan memang mengalami pergeseranYang terbesar seperti untuk subsidi,listrik,gas dan air subsidi dari Rp 10,4 triliun menjadi Rp 14 triliunUntuk pertanian,peternakan,kehutanan dan perikanan Rp 3,5 triliun menjadi Rp 4,2 triliun," kata Sri Mulyani.
Selain itu beberapa perubahan asumsi juga terjadi dari penambahan belanja beberapa Kementrian dan Kelembagaan, yang menambah beberapa program tambahan hasil pertemuan di Cipanas beberapa waktu laluPerubahan juga terjadi pada penerimaan perpajakan yang diperkirakan Rp 733,2 triliun, lebih rendah Rp9,5 triliun atau 1,3 persen dari APBN 2010 didasarkan pada realisasi 2009.
"Jadi kalau ada pergeseran memang masih sangat mungkinIni yang akan kita bicarakan dengan kalangan dewan dengan mempertimbangkan asumsi makro yang terus bergerak,ada perubahan kebijakan fiskal dan usulan untuk penggunaan sisa anggaran tahun yang laluYang paling kita perhatikan adalah harga minyak naik,inflasi meningkat, nilai tukar menguat dan akan berpengaruh pada suku bunga," jelasnya.
Sri Mulyani pun mengatakan bahwa perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal tahun 2010 banyak dipengaruhi karena peningkatan subsidi dan tambahan belanja tidak terduga.
"Di APBN-P menampung beberapa program tambahan belanja, seperti untuk bencana alam Padang dan Jawa Barat, itu sangat besar membutuhkan biaya recoverySementara pelebaran defisit APBN 1,6 persen dari product domestic bruto (PDB) menjadi 2,1 persen di APBN-P," jelas Sri Mulyani.
Defisit 2,1 persen di APBN-P 2010 kata Sri, nantinya untuk mengantisipasi perubahan indikator makro,mempercepat pelaksanaan program-program prioritas pembangunan nasional dalam tahun 2010 dan jangka menengah serta menjaga stabilitas hargaSelain itu juga menjaga agar rasio utang terhadap PDB tetap konsisten bahkan diupayakan terus menurun.
"Melihat kondisi ini, dari inflasi dan deflasi saya optimisi ekonomi kita masih cukup sehatSemua masih terkendali dan masih sangat mungkin untuk kesejahteraan rakyatKonsumsi masyarakat juga masih stabil," kata Sri Mulyani.(afz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... ASEAN Bahas Solusi Tantangan AEC Blueprint
Redaktur : Tim Redaksi