Suhadi, si Gila Basket Pemilik Hi-Test Arena Batam

Bangun Tidur Bisa Langsung Nonton Pemain Berlatih

Minggu, 08 Februari 2015 – 17:21 WIB
WUJUDKAN MIMPI: Suhadi berpose di dalam gedung basket miliknya, Hi-Test Arena Batam.(Hendra Eka/Jawa Pos)

jpnn.com - Luas Batam hanya 715 km2. Namun, mereka punya lapangan basket standar FIBA level 1 untuk flooring-nya, yakni Hi-Test Arena. Pemiliknya seorang ’’gila’’ basket bernama Suhadi.

Laporan Arif R. Hakim-I’ied Rifadin, Batam

BACA JUGA: Ketua Investigasi Kecelakaan AirAsia Itu Teriak: Tidak Boleh Dibuka!

KAPASITAS gedung basket Hi-Test Arena yang terletak di Perumahan Eden Park, Batam Center, itu memang hanya 1.200 penonton. Namun, bicara fasilitas, gedung itu sulit ditandingi. Lapangan basketnya mendapat sertifikat standar FIBA level 1.

’’Itu artinya, lapangan ini dapat digunakan untuk pertandingan berskala internasional,’’ kata Suhadi, pemilik Hi-Test Arena.

BACA JUGA: Enaknya Jadi Warga di Daerah Ini, Terapkan Hidup Sehat Dapat Umrah Gratis

Pembangunan gedung tersebut sudah melalui riset yang dilakukan Suhadi berbekal pengalamannya berkeliling dunia menonton basket. Karena itu, isi dari Hi-Test Arena adalah pilihan terbaik.

’’Karena ukurannya kecil, saya ingin menguatkan pada hal yang lain, yakni stylish dan elegan. Untuk itu, saya rancang sendiri isi di dalam gedung. Untuk pembangunan gedung, baru saya berdiskusi dengan kontraktor,’’ terang alumnus Teknik Sipil Universitas Merdeka Malang tersebut ketika Jawa Pos berkunjung ke ruang kerjanya.

BACA JUGA: Kisah Sukses Hugua Mempromosikan Eksotisme Wakatobi ke Dunia

Sebelum menggelar Seri V IndiHome National Basketball League (NBL) Indonesia 2014–2015 pada 4–8 Februari, gedung basket itu menggelar Kejurnas KU-18 2013 dan ajang SEABA 2014. Selain itu, juga game antara M88 Aspac Jakarta melawan tim asal Singapura. ’’Itu sepertinya game yang paling gereget yang saya tonton di sini,’’ kata Suhadi.

Pembangunan Hi-Test Arena menghabiskan dana Rp 14 miliar. Sebanyak Rp 11 miliar dihabiskan untuk membeli tanah dan membangun gedung. Kemudian, sisanya, Rp 3 miliar, dihabiskan untuk mengisi fasilitas di gedung itu.

’’Kalau terlambat setahun saja, dengan harga dolar (USD) yang semakin membubung, tentu saya tidak akan mampu membangunnya,’’ jelas suami Seri Hartini tersebut.

Pembangunan Hi-Test Arena pun terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama, Suhadi membangun lapangan basket outdoor yang kini terletak di samping Hi-Test Arena pada 2009. Tahap kedua, pembangunan gedung dimulai pada November 2012 hingga November 2013. ’’Saat itu banyak pihak yang meremehkan saya. Katanya, kalau hanya buat lapangan outdoor seperti itu, banyak yang bisa. Mereka nggak tahu bahwa tepat di sampingnya saya akan membangun ini,’’ ujarnya.

Kini, setelah Hi-Test Arena berdiri, Suhadi tidak perlu jauh-jauh menyaksikan dan memainkan olahraga favoritnya. ’’Di ruang kerja saya ini terdapat kamar tidur. Sangat menyenangkan. Saat bangun tidur, saya bisa langsung melihat pemain basket profesional latihan. Padahal, dulu saya perlu keliling untuk menonton basket, mulai Piala Dunia FIBA di Turki hingga terakhir Piala Dunia FIBA di Spanyol lalu,’’ ujar ayah tiga anak itu.

Ruang kerjanya juga basket banget. Di dinding kerjanya, tergantung bermacam-macam jersey, mulai tim NBA hingga tim basket Eropa. Golden State Warriors, Los Angeles Lakers, Los Angeles Clippers, tim basket Barcelona, Madrid, jersey timnas Turki, Yunani, Lithuania, dan masih banyak lagi. Ada pula foto-foto Suhadi ketika menonton pertandingan basket. Salah satunya, saat dia dan Wahyu Widayat Jati, kini menjadi asisten pelatih CLS Knights Surabaya, berada di Stapples Center, Los Angeles.

’’Saya waktu itu takut berangkat sendiri. Beruntung, ada Cacing (sapaan akrab Wahyu Widayat Jati). Akhirnya, saya bisa menonton di sana,’’ ujarnya.

Biar begitu, mimpi pengusaha laboratorium pengujian material bangunan dan infrastruktur minyak/gas itu belum selesai. ’’Saya ingin meningkatkan fasilitasnya agar lebih canggih. Lapangan outdoor di samping akan saya buat semi tertutup,’’ terang pimpinan PT Hi-Test itu.

Dari mana kegilaan terhadap basket dan inspirasinya memiliki gedung basket sendiri dimulai? Dia mulai mengenal basket saat kuliah di Unmer Malang pada awal 1990-an. Dia memang tidak pernah main basket profesional, tetapi sangat gila akan basket.

Kalau inspirasi memiliki gedung basket, selain karena sulit mencari venue untuk pertandingan basket yang memadai di Batam, dia pernah menonton basket di DBL Arena Surabaya. ’’Saya jadi gila basket seperti ini gara-gara Mas Azrul (Azrul Ananda, commissioner NBL Indonesia, Red). Beberapa tahun lalu, ketika menonton basket di DBL Arena, saya benar-benar kagum,’’ katanya.

’’Ternyata hal seperti ini (membangun gedung basket sendiri) bisa dilakukan di Indonesia. Dari situlah, saya pikir bahwa Batam juga dapat melakukannya. Namun, saya juga memperhitungkan jumlah warga Batam yang ada. Karenanya, kapasitas gedung terbilang kecil,’’ lanjutnya.

Azrul sendiri mengakui kegilaan Suhadi akan basket. Salah satu alasan Batam dipilih sebagai venue seri V NBL adalah ada orang yang gila basket seperti Suhadi. ’’Banyak pertimbangan, selain pesatnya minat masyarakat Batam pada basket. Namun, yang lebih utama karena di Batam ada orang yang benar-benar gila basket,’’ ujar Azrul. (*/c17/ham)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Traveling and Teaching: Lebih Mudah Persentasi di Depan Klien


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler