Syaratkan Proyek IPP Punya Pasokan Gas, PLN Bikin Bingung Pengembang

Kamis, 04 Agustus 2016 – 13:20 WIB
Syaratkan IPP Punya Pasokan Gas, PLN Bikin Bingung Pengembang. Foto JPNN.com

jpnn.com - JPNN.com - Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman  mengatakan sepinya peserta tender lelang proyek listrik memunculkan kesan tak mau repot membantu pengembang independent power producer (IPP). 

Alasannya, PLN mewajibkan pasokan gas untuk proyek PLTMG Scattered Riau 180 MW dan PLTMG Pontianak berkapasitas 100 MW. 

BACA JUGA: Semen Indonesia Perkuat Penetrasi di Tingkat Hilir

“Sementara di tender lain seperti Proyek IPP Jawa-1 PLN mengambil tanggung jawab pengadaan gas atau LNG-nya,” kata Yusri kepada wartawan di Jakarta, Rabu (3/8).

Pernyataan Yusri berkaitan dengan tidak adanya peserta tender yang berminat memasukkan dokumen lelang pada proyek PLTMG Scattered Riau dan PLTMG Pontianak. Hingga batas tender 26 Juli 2016, tak satu peserta yang mendaftar. 

BACA JUGA: Indonesia Siap Ekspor Kereta ke Sri Lanka

Menurut Yusri, kegagalan ini menambah daftar panjang kegagalan PLN dalam memenuhi target oleh Pemerintahan Joko Widodo. Sebelumnya kata dia, ada pembatalan tender PLTU Jawa 5 berkapasitas 2 x 1.000 MW karena tidak ada peserta lelang yang mendaftar. 

"Padahal sudah melalui proses panjang, tiga kali bolak-balik, tetap sepi peminat,” ujarnya.

BACA JUGA: Proyek British Petroleum Dibiayai BNI

Yusri menilai pilah-pilihnya PLN dalam hal penyediaan pasokan gas dalam tender IPP ini menunjukkan perusahaan setrum ini tidak mempunyai konsep yang jelas dan membingungkan para investor pengembang IPP. 

“Untuk PLTMG kecil, IPP diminta menyediakan sendiri gasnya. Sedangkan yang besar diambil alih PLN sendiri,” ujarnya.

Dengan syarat seperti itu banyak pengembang IPP bingung dan akhirnya tak berminat ikut serta. 

Harus diakui, PLN memang tidak mempunyai kapasitas dan kemampuan handal dalam penyediaan energi seperti batubara, bbm dan gas serta sumber energi alternatif lainnya secara berkelanjutan. Namun hal tersebut tidak boleh menjadi alasan bagi PLN untuk mengalihkan tanggung jawab penyediaan sumber energi ke para penembang IPP.

PLTMG Scattered menjadi bukti nyata. Meski kapasitasnya 180 MW, namun dengan PLTMG terpisah di 8 titik/lokasi, pasokan bahan bakar gas untuk pembangkit menjadi sangat rumit dan tidak ekonomis.

Yusri mengatakan,  pada umumnya kebijakan PLN dalam setiap pembangunan pembangkit dikenal dengan "komponen C", artinya bahan bakar sebagai energi pembangkit disuplai oleh PLN, akan tetapi kebijakan Direksi baru dalam proyek 35.000 MW ini diubah menjadi kewajiban IPP/Developer sebagai penyedianya. 

"Tentu kebijakan ini akan menyulitkan pihak swasta yang akan ikut partisipasi di wilayah yang sulit dapat sumber energi khususnya gas, seperti halnya di Kalimantan Barat," jelasnya.‎

Dikonfirmasi terkait sepinya peminat, Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basyir mengaku tidak tahu menahu. Namun ia mengklaim akan membangun sendiri pembangkit tersebut apabila memang tidak ada peminatnya. "Oh, tidak apa-apa. Nanti dibangun sendiri oleh PLN," ujar Sofyan di Jakarta, Selasa (2/8).

Lebih lanjut, ketika dikonfirmasi penyebab sepinya peminat, Sofyan mengaku belum tahu. Dirinya masih mempelajari lebih lanjut hal tersebut. "Saya baru dengar. Namun, untuk masalah teknis nanti saya tanyakan ke direktur teknis terkait," jelasnya.

Direktur Pengadaan PLN, Supangkat Iwan yang dikonfirmasi terkait ini pun tidak menjawab dan mengaku sedang melakukan umroh. Adapun Manager Senior Public Relation PLN, Agung Murdifi belum juga memberikan penjelasan. (jpg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menawan, Sido Muncul Bukukan Penjualan Rp 1,2 Triliun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler