Tabrakan Kereta Lagi, Tiongkok Tuai Kritik

Insiden KA Bawah Tanah, 260 Penumpang Terluka

Rabu, 28 September 2011 – 05:05 WIB

SHANGHAI - Kecelakaan kereta api (KA) kembali mengguncang TiongkokKemarin (27/9), dua kereta bawah tanah (subway atau metro) bertabrakan di sebuah stasiun dekat Taman Yu Yuan, pusat Kota Shanghai

BACA JUGA: Indonesia Dorong Kemajuan Demokrasi di Myanmar

Bagian depan salah satu KA menghantam bagian belakang KA lainnya
Meski tak ada korban jiwa dalam insiden itu, sekitar 260 penumpang luka

BACA JUGA: Dilarang Nyetir, Perempuan Saudi Kini Boleh Berpolitik

Shanghai Metro Company menyalahkan kekacauan sinyal sebagai penyebab kecelakaan


Kecelakaan yang hanya berselang sekitar dua bulan dari insiden serupa pada Juli lalu itu membuat warga Tiongkok khawatir

BACA JUGA: Baku Tembak di Markas CIA, Warga AS Tewas

Di tengah upaya gencar pemerintah Tiongkok untuk memopulerkan KA sebagai sarana transportasi publik yang aman, serangkaian kecelakaan kereta justru terjadiPada Juli lalu, kecelakaan kereta cepat merenggut nyawa 40 orang.

"Kecelakaan seperti itu seharusnya tak perlu terjadi," komentar Wen Pei, salah seorang penumpang yang terluka di bagian bahu dalam musibah kemarinBersama sekitar 50 penumpang lain, dia kini menjalani perawatan di Rumah Sakit Rujin

Beruntung, para penumpang hanya mengalami luka ringanJubir rumah sakit melaporkan bahwa tak ada korban yang menderita luka serius

Shanghai Metro Company menyatakan bahwa dua kereta yang bertabrakan itu mengangkut sekitar 500 penumpangSeluruh penumpang dinyatakan sudah berhasil dievakuasiSaat kecelakaan terjadi, stasiun televisi pemerintah sempat menayangkan gambar para penumpang yang tergencet kursi dan gerbongBeberapa penumpang terlihat bersimbah darah dan tersungkur di lantai

Menurut Wen, sebelum terjadi kecelakaan, kereta yang dia tumpangi berjalan dengan kecepatan penuh"Kereta melaju kencang ketika tiba-tiba masinis menarik remSaya pun kehilangan keseimbangan dan langsung terlempar dari kursiKepala saya membentur tiang di dalam gerbong sampai berdarah," ungkap penumpang lain yang dirawat di samping Wen

Kepada media, Shanghai Metro Company mengklaim kekacauan sinyal sebagai pemicu kecelakaan ituMenurut jubir perusahaan tersebut, pusat kendali bahkan sempat memandu masinis dua KA bawah tanah itu melalui telepon

"Sampai saat ini, kami terus melakukan penyelidikanKuat dugaan bahwa kecelakaan terjadi akibat kerusakan peranti pendukung sistem kereta api," ujarnya"Sebanyak 260 korban luka telah dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan," lanjut jubir yang tak disebutkan namanya itu.

Kemarin, puluhan mobil polisi dan ambulans memadati jalanan di sekitar Stasiun Old West Gate atau LaoximenKarena itu, pemerintah setempat terpaksa menutup akses jalan di sekitar persimpangan jalan paling ramai di kota terbesar Tiongkok tersebutEvakuasi penumpang yang duduk di gerbong paling belakang kereta pertama sempat terhambatSebab, bagian tersebut lah yang ditabrak kepala kereta kedua

Pemerintah langsung membentuk tim investigasi khususSelain beranggotakan penyidik dari kepolisian, tim tersebut juga terdiri atas beberapa ahli perkeretaapianMeski sudah berusaha merespons kecelakaan tersebut dengan cepat, pemerintah Tiongkok tetap menuai kritik dari masyarakat.

Rakyat menilai pemerintah tidak becus dalam menjaga keselamatan pengguna jasa transportasi umumKecelakaan itu pun menjadi topik terpopuler dan terbanyak dibicarakan lewat Sina Weibo, situs jejaring sosial lokal mirip Twitter.

"Kecelakaan lagi, kecelakaan lagiGuyonan tidak lucuBegitu banyak uang yang dibelanjakan, hasilnya ternyata sampah atau omong kosong," tulis seorang warga yang menggunakan identitas "ggirl"

"Sepertinya, kita harus kembali ke masa kuno lagi saat kita harus berjalan kaki dan berkomunikasi lewat teriakanTetapi, setidaknya saat ini kita memiliki Weibo (untuk mengeluarkan unek-unek terhadap pemerintah)," sindir warga bernama Zhao Yingying

Beberapa blogger lain malah mengaku tidak akan lagi menggunakan KA bawah tanah lagi pasca kecelakaan itu"Beginilah dampak dari perkembangan yang terlalu pesatPada akhirnya harus dipertimbangkan serius apakah GDP (produk domestik bruto) atau keselamatan yang menjadi prioritas?" kritik seorang blogger yang menamakan dirinya Shaolei123.

Kekhawatiran warga terhadap keselamatan penumpang KA cukup beralasanJuli lalu, kereta supercepat celaka di Kota Wenzhou, selatan ShanghaiKecelakaan yang konon disebabkan oleh kesalahan teknis dan kekacauan sinyal itu merenggut nyawa 40 orangBeijing pun terpaksa meredam ambisinya untuk memadati Negeri Panda itu dengan jalur KA supercepat

Sejak mendapat lampu hijau dari sekitar 20 pemerintah kota soal pembangunan jalur KA bawah tanah, Beijing menggelontorkan banyak dana untuk merealisasikan ambisi dan impiannya soal transportasi darat nan cepatPada akhir 2009, pemerintahan Presiden Hu Jintao membangun 89 jalur KA bawah tanahRencananya, proyek senilai 880 miliar yuan (sekitar Rp 1.224 triliun) itu akan rampung pada 2016

Shanghai meresmikan jalur kereta api metro pertamanya pada 1995Saat ini, kota bisnis di Tiongkok itu sudah memiliki 11 jalur kereta bawah tanahSetiap hari, sekitar 5 juta penumpang melintasi jalur ituTetapi, dua kecelakaan hebat yang terjadi dalam waktu tidak terlalu lama itu pun membuat warga Shanghai yang sudah lama akrab dengan KA ikut khawatir

Sementara itu, kasus lain yang terkait dengan KA juga terjadi di sebuah stasiun di Provinsi Jianxi, timur Tiongkok, Senin lalu (26/9)Seorang penumpang dilaporkan tewas akibat dianiaya petugas KASeorang dokter telah dipanggil untuk menyelamatkan penumpang pria berusia paro baya itu, tetapi nyawanya tidak tertolong.

Insiden tersebut menambah daftar skandal dan kasus yang terjadi di sector perkeretaapian di TiongkokMenurut kesaksian sekitar 20 penumpang yang melihat kejadian itu, pria paro baya tersebut diseret tiga petugas KA sebelum akhirnya dipukuli dan dicekik sampai tewasKemarin tiga staf KA yang diduga melakukan penganiayaan tersebut menjalani interogasi(AFP/AP/RTR/hep/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Akhirnya, Boeing Kirim Dreamliner ke Jepang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler