Direktur Keuangan PT KAI Achmad Kuntjoro mengatakan, kerugian tersebut diakibatkan banyaknya proyek perbaikan yang harus dikerjakan oleh KAI
BACA JUGA: Pemerintah Bentuk Tim Pengawasan Barang Beredar
’’Karena itu, tahun ini kami minus,’’ ujarnya ketika ditemui di Gedung Kementerian BUMN, Jumat (7/11).Dalam beberapa tahun terakhir, PT KAI memang mencatat rugi usaha atau rugi operasional karena harus menanggung public service obligation (PSO) angkutan
BACA JUGA: Pajak Rokok Bisa Batal Berlaku
Menurut Kuntjoro, sepanjang tahun 2008, persereoan memang harus melakukan perbaikan besar yang membutuhkan banyak biayaDia mengatakan, proyek perbaikan tersebut antara lain meliputi unit kereta api beserta beberapa sarana pendukungnya
BACA JUGA: Bapepam Tak Beri Tenggat Qtel
Perbaikan kereta api kelas eksekutif, lanjut dia, menyerap dana hingga Rp 240 miliar atau sekitar 30 persen dari total biayaSedangkan biaya perbaikan kereta api kelas ekonomi mencapai Rp 320 miliar atau sekitar 40 persen dari total biaya’’Sisanya untuk perbaikan sarana stasiun, perlintasan kereta, serta meningkatkan penghasilan awak kereta api,’’ katanya.Kuntjoro mengataan, pendapatan perseroan hingga akhir Oktober lalu mencapai Rp 3,2 triliunKomposisinya, Rp 1,8 triliun dari kereta angkutan penumpang dan Rp 1,4 triliun dari kereta angkutan barangKhusus untuk angkutan batu bara, lanjut dia, bahkan berhasil melampaui target, yakni dari 8,7 juta ton menjadi 10,2 juta ton.
Menurut dia, kinerja angkutan batu bara itulah yang mampu menopang kinerja keuangan PT KAISehingga, angka kerugian yang sebelumnya diproyeksi Rp 55 miliar, bisa ditekan hingga Rp 22 miliar’’Angkutan batu bara ini memang prospektif,’’ terangnya.
Saat ini, PT KAI memang tengah fokus mengembangkan bisnis angkutan batu baraProyek besar yang kini tengah dikerjakan adalah pembangunan jalur angkutan batu bara di Sumatera Selatan dengan nilai investasi hingga USD 734 juta atau sekitar Rp 7,3 triliun.
Dalam proyek ini, PT KAI bekerjasama dengan perusahaan pelat merah lainnya, yakni PT Batu bara Bukit Asam (PTBA), membentuk perusahaan joint venture bernama PT Sriwijaya Kereta Api Trans (SKAT).
Dalam SKAT, PT KAI menjadi pemegang saham mayoritas dengan porsi kepemilikan 70 persenNantinya, SKAT akan membangun jalur kereta dari Tanjung Enim, Sumatera Selatan, hingga Pelabuhan Tarahan, Lampung, dan dari Tanjung Enim hingga KertapatiTotal panjang jalur kereta ini mencapai 410 kilometer.
Sebelumnya, Menneg BUMN Sofyan Djalil mengatakan, pemerintah serius untuk mengembangkan sektor perkeretapian nasionalUntuk itu, kata dia, pemerintah akan mengalokasikan dana dari APBN sebesar Rp 19 triliun’’Itu untuk pengembangan 3 tahun kedepan,’’ ujarnya(owi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Industri Baja Kurangi Produksi
Redaktur : Tim Redaksi