SURABAYA - Supendi, bocah 12 tahun ditemukan telah tewas setelah tenggelam di Kolam 8 Kampus ITS Surabaya, kemarin.
Jasadnya ditemukan 4 meter di dasar kolam.
Sebelumnya, bocah yang tinggal di Kejawan Putih tersebut diketahui bermain bersama kelima temannya di kolam itu pukul 13.30.
BACA JUGA: Karantina Pekanbaru Musnahkan Lima Ton Bawang Merah Ilegal
Dengan bertelanjang dada, Supendi asyik berenang dan bermain air bersama teman-temannya.
Petaka terjadi setengah jam kemudian. Supendi yang awalnya bermain di pinggir kolam tiba-tiba menuju ke tengah kolam tersebut.
BACA JUGA: Longsor, Pasaman-Bukittinggi Lumpuh 5 Jam
Padahal, di bagian tengah, kedalaman kolam mencapai 4-5 meter.
"Korban tidak bisa berenang. Teman-temannya mengingatkan," ujar Kanitreskrim Polsek Sukolilo AKP Simun.
BACA JUGA: Wuih, Penghasilan Pengemis di Pontianak Menggiurkan
Teman-temannya di pinggir dikagetkan dengan teriakan Supendi. Mereka melihat Supendi berada di tengah kolam.
"Dia melambai-lambai seperti meminta tolong," lanjutnya.
Lantaran sama-sama takut tenggelam, kelima temannya meminta tolong dua petugas kebersihan ITS.
Mereka bernama David dan Deri. Saat keduanya datang, tubuh Supendi tidak lagi terlihat.
Keduanya menceburkan diri ke kolam untuk mencari Supendi.
David dan Deri berenang ke tengah dan menjajaki dasar kolam. Setelah beberapa saat mencari, Supendi ditemukan di dasar.
"Kondisinya sudah tidak bernyawa," terang perwira asal Bojonegoro itu.
Polisi dan tim Inafis Polrestabes Surabaya yang mendapat laporan datang pukul 15.30. Olah TKP langsung dilakukan.
Selain itu, jasad korban dibawa ke RSUD dr Soetomo untuk otopsi.
Simun menjelaskan, tewasnya Supendi diduga murni tenggelam.
Tidak ada indikasi luka kekerasan atau kesengajaan atas peristiwa tersebut.
"Dugaan sementara begitu," katanya.
Polisi menghubungi keluarga korban dan meminta keterangan beberapa saksi di lapangan.
Termasuk lima teman dan dua petugas kebersihan yang mengetahui kronologi awal peristiwa tersebut.
"Masih diselidiki. Kalau semua selesai, kami pasti jelaskan," tegasnya.
Insiden bocah tewas tenggelam itu bukan kali pertama terjadi. Sepanjang 2016, sedikitnya ada lima anak yang tewas tenggelam karena bermain di kolam.
Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Shinto Bina Gunawa Silitonga pun angkat bicara menanggapi peristiwa tersebut.
Shinto menyatakan, orang tua memang tidak bisa disalahkan atas tewasnya anak yang tenggelam di kolam.
Sebab, peristiwa itu biasanya dipicu kesalahan korban sendiri.
Walau begitu, Shinto berharap orang tua lebih peduli dan waspada terhadap lingkungan bermain anak.
Pengawasan harus diperketat. Terutama kepada anak-anak dengan kecenderungan bermain di lokasi-lokasi rawan seperti kolam dan jalan raya.
''Harus lebih preventif lagi. Bukannya mengekang, tapi demi kebaikan anak juga,'' tutur pria asal Medan tersebut.
Selain itu, pengelola atau pemilik lahan yang kerap dijadikan lokasi anak-anak bermain semestinya ikut peduli.
Jika memang ada unsur bahaya seperti kolam yang dalam ataupun banyak benda berbahaya di sekitarnya, pasanglah tanda yang menunjukkan hal tersebut.
''Paling aman buat pagar agar anak-anak tidak bisa bermain di sana,'' tegas Shinto. (rid/c16/c14/git/flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kunjungan Deddy Mizwar ke Karawang Diwarnai Demonstrasi
Redaktur : Tim Redaksi