Ibu mana yang tak terpukul ketika mendapati bayinya yang berumur lima bulan tewas secara mengenaskanLebih terpukul lagi, bayi itu meninggal karena dibunuh ayah kandungnya.
Laporan CHAIRUL AMRI, Denpasar
Ni Wayan Sari mungkin tak akan pernah bisa memaafkan suaminya, I Komang Jati, yang usianya jauh lebih muda, 23
BACA JUGA: Bisa Dihargai Rp 500 Juta Per Ons
Bagaimana tidak, orang yang seharusnya menjadi pelindung keluarga malah bertindak brutal sampai membunuh darah daging sendiri"Kalau tahu, (bayi itu) tidak akan saya serahkan kepada dia (Jati)
BACA JUGA: Disel Dapat Kasur Empuk dan Jatah Makan Nasi Kebuli
Saya akan ambil anak saya agar tidak dibanting," ujar Sari penuh penyesalan saat ditemui Radar Bali (Jawa Pos Group) di tempat tinggalnya di Dusun Tengading, Desa Antiga, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karang Asem, BaliKini sehari-hari perempuan 40 tahun itu hanya bisa meratapi kematian Ni Luh Sriani, bayi yang dia lahirkan pada 31 Juli lalu
BACA JUGA: Perjuangkan HAM di Perbatasan, Diteror Akan Dikubur 7 Meter
Menurut beberapa orang kerabatnya, sering Sari terlihat linglungTapi, ketika didatangi Radar Bali kemarin siang di rumahnya, dia bisa lancar menceritakan kronologi memilukan yang terjadi Selasa pagi lalu (8/12).Menurut Sari, pagi itu bayi Sriani tiba-tiba menangisPada saat bersamaan, Jati tidur pulas karena malamnya dia bekerja hingga larut, ngojek di Pelabuhan PadangbaiSari lantas berusaha menenangkan bayinyaSetelah tertidur, Sari memindahkan Ni Luh ke kamar sebelah agar tak mengganggu tidur suaminya
Setelah bayinya tertidur, Sari keluar rumah menyabit rumput untuk makanan sapi milik orang lain yang pemeliharaannya dipercayakan kepada diaSekitar pukul 07.30, tiba-tiba dia disusul ibu mertuanya yang juga ibu kandung Jati, Ni Ketut Laba, 45Laba kepada Sari meminta agar segera pulang
Laba menceritakan, dirinya menyusul Sari karena melihat Jati sedang berbuat kasar kepada SrianiDiceritakan, beberapa saat setelah ditinggal Sari, Sriani kembali menangisTangisan bayi yang berumur lima bulan itu membangunkan JatiSaat bangun, Jati bukannya berusaha menenangkan Sriani, tapi malah marah-marah sambil mengumpat"Saya dengar, dia mengancam akan membanting Sriani kalau tak juga diam dari menangisnya," cerita LabaSaat itu sebenarnya Laba sudah mengingatkan Jati untuk tidak berkata kasar"Saat itu saya juga sudah minta berulang-ulang, biar saya yang menidurkan SrianiTapi, dia (Jati) tetap tidak mauSaya langsung panik waktu ituSaya susul Sari yang lagi menyabit rumput," ceritanya
Begitu disusul ibu mertuanya, Sari langsung pulang"Saya saat itu tak punya firasat apa-apa," tutur SariKetiba tiba di pekarangan rumah, Laba dan Sari sudah tak mendengar tangisan SrianiKeadaan rumah sepiKeduanya semakin tegangMereka menuju ke kamar Sriani ditidurkan
Sekilas Sriani tampak sedang tertidurTapi, alangkah terkejutnya Sari dan Laba setelah melihat dari dekat kondisi bayi itu cukup mengenaskanKedua matanya lebam-lebamSaat itu Jati tidak ada di rumah sehingga tak bisa ditanyai apa yang terjadi pada bayi tak berdosa itu
Tanpa ba bi bu, Sriani langsung dibawa ke Puskesmas Manggis karena yakin masih bisa diselamatkanSetelah tiba puskesmas, perawat yang memeriksa Sriani menyatakan bahwa bayi itu sudah tak bernyawa lagiTernyata Sriani tewas sejak di rumahDiduga, bayi malang tersebut disiksa Jati dengan cara dibanting seperti ancamannya yang didengar Laba
Kematian Sriani membuat Sari menjerit histeris sambil memanggil-manggil nama anaknyaTak berselang lama, dia pun pingsan"Saya sungguh tidak menyangka akan seperti iniSebab, tadinya biasa-biasa saja," sesal Sari.
Laba tak habis pikir dengan tindakan putra ketiganya ituSebab, lanjut dia, selama ini Jati pendiamMeski demikian, Laba mengakui bahwa Jati punya sifat temperamentalSering, sebelum Sriani lahir, Jati dan Sari terlibat pertengkaranDan, pertengkaran itu sering dipicu masalah sepele"Kalau sudah bertengkar, Sari lebih sering mengalah," cerita Laba
Itu dibenarkan SariDia menambahkan, sifat suaminya yang temperamental membuat dirinya takutDia mengaku tak pernah meminta uang hasil ngojek suaminya"Saya takut minta uang kepada diaMakanya, saya tidak tahu berapa penghasilan dia mengojekKalau dikasih, saya terimaItu pun cuma cukup buat beli beras," imbuh Sari.
Selama diwawancarai, Sari memang cukup runtut menceritakan tragedi yang menimpa bayinyaTapi, perempuan 40 tahun yang harus bekerja serabutan demi menyambung hidup itu sebenarnya kini dalam pengawasanPerkembangan jiwanya sedang dipantau.
Menurut Konselor Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Karangasem Ni Nyoman Suparni yang mendampingi Sari, kliennya itu memang punya masalah kejiwaan"Kadang-kadang dia ngomong, tapi dijawab sendiri," tutur SuparniItu, lanjut dia, bisa jadi akibat akumulasi kepedihan yang dialami secara beruntun"Dia hidup sangat miskinKemudian, bayinya dibunuh suaminyaDan, ini ditambah dengan musibah gubuknya ambruk diterpa angin kencang sehingga dia tak punya lagi tempat berteduh," tuturnya
Kamis lalu gubuk yang ditinggali Sari yang hanya berukuran sekitar 2 meter x 1,5 meter itu ambruk setelah diterpa angin kencangMusibah itu terjadi saat Sari diperiksa Polda Bali sebagai saksiKini dia bukan hanya kehilangan bayi, melainkan juga kehilangan rumah(jpnn/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Serahkan Celengan, Bocah 6 Tahun Itu Rela Tak Beli Kucing
Redaktur : Soetomo