Teknologi Kaca Nasional Masih Lemah

Produsen Takut "Serbuan" Kaca Murah

Rabu, 02 Juni 2010 – 18:23 WIB

JAKARTA - Dalam menanggapi kondisi industri kaca nasional pasca diberlakukannya ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA), Kepala Unit Kaca Pengaman Asosiasi Kaca Kembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus H Gunawan mengungkapkan, industri kaca di Indonesia masih bisa dikatakan cukup lemah, khususnya di bidang teknologi"Jika dilihat dari skala ekonominya, kami rasa Indonesia sudah cukup

BACA JUGA: Dari Pajak, Menkeu Hanya Targetkan 0,1 Persen

Namun lemah sekali di bidang teknologinya, apabila dibandingkan dengan negara-negara lain, khususnya negara-negara di wilayah Asia," ungkap Yustinus, ketika ditemui di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (2/6).

Yustinus mengatakan, teknologi industri kaca di Indonesia masih sangat terbatas
Masih banyak jenis-jenis kaca yang belum dapat diproduksi di Indonesia, sehingga penguasaan pasar produsen kaca Indonesia belum maksimal

BACA JUGA: Defisit 1,7 Persen Dinilai Ideal

Disebutkannya pula, saat ini hanya ada tiga eksportir besar yang menguasai pasar Indonesia
Antara lain yaitu Asahimas Flat Glass, Mulia Glass, serta Tossa Shakti

BACA JUGA: Pemerintah Tetap Waspadai Krisis Yunani

Sebagian besar jenis kaca yang diproduksi adalah kaca lembaran.

"Kapasitas produksi ketiga perusahaan ini rata-rata mencapai 1,4 juta ton per tahunDi mana mereka juga turut memenuhi permintaan pasar domestik sebesar 65 persen, dan sisanya 35 persen untuk ekspor," jelasnya.

Sementara itu, mengenai penggunaan atau tingkat konsumsi kaca di Indonesia, Yustinus mengatakan juga cukup rendahSebagian besar permintaan produk kaca katanya, adalah dari industri kosmetik"Rata-rata kaca yang digunakan untuk produk kosmetik adalah kaca yang bernilai tinggi, dan harganya juga lebih tinggi 30 persen apabila dibandingkan dengan kaca biasa," paparnya.

Lebih jauh, Yustinus menambahkan bahwa di dalam menghadapi ACFTA kali ini, pihaknya merasa sedikit pesimis"Ketakutan kami tentunya (terhadap) adanya serangan kaca murah dari ChinaMereka jauh lebih luas jaringannyaBahkan, untuk melakukan ekspor saja, mereka sudah memiliki kapal sendiri, sehingga biaya ekspor yang mereka keluarkan lebih murah," keluhnya.

Dengan demikian, untuk mengantisipasi serangan China itu, Yustinus mengatakan bahwa peningkatan ekspor adalah upaya yang paling efektif untuk mempertahankan industri kaca nasional"Sejak ACFTA, pasar kaca naik-turunMaka dari itu, sejak awal tahun kami harus meningkatkan ekspor hingga 30-40 persen, dengan pasar utama ke Jepang, Australia dan New Zealand," imbuhnya(cha/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 2011, RI Butuhkan Investasi Rp2.144 Triliun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler