Di tengah pertempuran telur ayam yang biakkan secara bebas (free-range) melawan telur ayam yang dibiakkan di gudang (barn-laid) melawan telur ayam yang dikandangkan (caged), kategori baru dari telur telah muncul –yakni telur ayam yang dibiakkan di padang rumput (pastured).

Para produsen di seluruh Australia telah mendapat celah pasar untuk telur ‘pastured’, yang berasal dari ayam yang menghabiskan waktu mereka di padang rumput dan bertengger di mobil van, dengan dengan kepadatan ternak yang lebih rendah dari persyaratan telur ‘free-range’.

BACA JUGA: Esha Jabbal Menangi Lomba Puisi Se-Australia di Usia 5 Tahun

Para peternak mengatakan, kebingungan atas apa yang disebut telur ‘free-range’ memungkinkan telur ‘pastured’ untuk berkembang. Charlie beternak ayam dengan kepadatan rendah di propertinya yang terletak di Manjimup.

ABC Rural; Anthony Pancia

BACA JUGA: PNG Beri 80 Persen Kuota Impor Beras Kepada Indonesia

Peternak telur ‘pastured’ di Australia Barat, Colleen dan Charlie Roberts, memasuki pasar telur ‘pastured’ tiga tahun lalu dengan hanya 125 ekor ayam.

Bibit itu telah berkembang menjadi 2.500 ekor ayam, merumput di atas lahan 70 hektar di barat daya negara negara bagian ini.

BACA JUGA: Rp 2 Miliar Dihabiskan untuk Jamuan Makan PM Australia

Ayam-ayam itu memproduksi 2.000 telur sehari, yang menurut Charlie masih belum cukup untuk bersaing dengan permintaan, meskipun telur ini menarik harga premium.

"Butuh sedikit waktu untuk pasar agar merespon, tapi sekarang kami tak bisa memproduksi dengan cukup," kata Charlie Roberts.

"Pasar telah mengakui kualitas dan integritas dari telur ‘pastured’, yang sesuai dengan peningkatan permintaan akan transparansi dari konsumen," jelasnya.

Ayam mengonsumsi pakan tradisional yang bernutrisi

Produsen telur ‘pastured’ asal negara bagian Victoria, Kate Rothacker, berternak 800 ayam di sebuah lahan 80 hektar di Lembah Plenty.

Ia mengatakan, keberhasilan yang stabil dari telur ‘pastured’ sesuai dengan pertumbuhan pasar peternak lokal.

"Masyarakat hanya ingin tahu dan sangat tertarik tentang dari mana makanan mereka berasal, dan dengan peternakan telur ‘pastured’, mereka bisa melihat ayam itu merumput, mengonsumsi makanan tradisional yang sangat bergizi," jelas Kate Rothacker.

"Begitu mereka memiliki pemahaman tentang hal itu, membayar premi kecil untuk produk peternakan yang ramah lingkungan tak terlalu menjadi masalah." imbuhnya.

Kepadatan ternak lebih rendah dari telur ‘free-range'

Standar baru yang diperkenalkan pada bulan Maret memungkinkan telur berlabel ‘free-range’ hanya ketika kepadatan ayam kurang dari 10.000 ekor per hektar, dengan beberapa bukti bahwa ternak ayam memiliki "akses yang cukup dan teratur ke luar ruangan".

Putusan itu ditolak dengan cepat oleh kelompok advokasi dan konsumen, yang mengatakan bahwa mereka sedang ditipu untuk membeli telur senilai 43 juta dolar (atau setara Rp 430 miliar) yang mereka percayai berjenis ‘free-range’. Ternak ayam berbaring di kandang bergerak mereka yang dipindahkan tiap dua hari.

ABC Rural; Anthony Pancia

Namun, Charlie, yang beternak dengan kepadatan 33 ekor per hektar, mengatakan, berlanjutnya ketidakpastian seputar definisi ‘free-range’ menguntungkan produsen telur ‘pastured’.

"Sedikit publikasi negatif [mengenai telur ‘free-range’] menolong para peternak telur ‘pastured’. Tapi secara keseluruhan, kami tak benar-benar mencoba untuk bersaing. Untuk melakukan hal itu, dibutuhkan upaya lintas batas yang tak diinginkan banyak dari kami," terangnya.

Colleen-pun menyetujui hal itu.

"Secara potensi, ini bisa bersaing, tetapi semakin besar yang Anda dapatkan, semakin terindustrialisasi prosesnya. Kami hanya tak ingin memproduksi lebih besar karena itu bukanlah apa yang kami ingin lakukan," tuturnya. Charlie Roberts memeriksa retakan telur.

ABC Rural; Anthony Pancia

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Diterjemahkan dan diedit: 18:45 WIB 02/09/2016 oleh Nurina Savitri.

Lihat Artikelnya di Australia Plus

BACA ARTIKEL LAINNYA... Beralih Dari Mobil ke Sepeda Listrik

Berita Terkait