jpnn.com, JAKARTA - Pendidikan vokasi menjadi target pemerintahan era Presiden Joko Widodo. Alasannya, program pendidikan harus berubah mengikuti tuntutan pasar.
"Memang SMK saat ini diprioritaskan karena presiden ingin lulusannya siap kerja. Makanya semuanya diubah, gurunya, kurikulumnya agar sesuai kebutuhan pasar. Namun, bukan berarti SMA dianaktirikan, tetap ada perhatian pemerintah," terang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat memberikan pembekalan dalam prarembuk nasional pendidikan dan kebudayaan di Depok, Senin (5/2).
BACA JUGA: Kemendikbud Bakal Kirimkan Lulusan SMK Magang di 10 Negara
Dia menjelaskan, dalam kebijakan revitalisasi pendidikan vokasi dan pembangunan ekonomi nasional, Kemendikbud menjalankan tugas sesuai dengan amanat Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016.
Dengan begitu diharapkan pada 2025, SMK bisa berperan sebagai rumah inovasi atau kewirausahaan.
BACA JUGA: Tuntut SMA-SMK Dikembalikan ke Kabupaten/Kota
"Untuk mewujudkan hal tersebut, Kemendikbud telah merevitalisasi dan memfasilitasi sebanyak 219 SMK bisa bekerja sama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), serta melakukan kerja sama dengan beberapa negara," tutur Menteri Muhadjir.
Kemendikbud juga terus berusaha melakukan percepatan penyediaan guru produktif.
BACA JUGA: Siswa di 3 SMK Ini Diincar Perusahaan Sejak Belum Lulus
Hingga 2017 telah menghasilkan 10.105 guru keahlian ganda, dan 10.304 guru telah memiliki sertifikat kompetensi keahlian.
Dia berharap, setiap provinsi bisa membuat peta jalan penataan dan pengembangan SMK agar selaras dengan kebutuhan DUDI serta pengembangan ekonomi di daerahnya.
Selain itu juga daerah berperan dalam pengembangan SMK dengan menggali dan mengoptimalkan kerja sama dengan DUDI.
"Pemetaan informasi lapangan kerja diperlukan untuk mengetahui setiap jenis industri yang mempunyai prospek masa depan menyangkut jumlah, kompetensi, lokasi, dan waktu," urainya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Insentif Pajak bagi Industri yang Bekerja Sama dengan SMK
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad