jpnn.com - KUPANG – International Institute for Asian Studies (IIAS), Leiden University dan Textie Research Center (TRC), The Netherlands, bekerja sama dengan Dekranasda NTT mengadakan workshop selama dua hari yaitu 31 Mei hingga 1 Juni 2016 di TRC, Leiden, Belanda.
Berikut laporan Yetty Van Der Made - Haning selaku Former IIAS Fellow dan Jermy Balukh, mahasiswa S-3, Leiden University.
BACA JUGA: Terserah Anak, Mau Pilih Malaysia atau Indonesia
Workshop tenun ikat yang berlangsung di Leiden, Belanda, ini merupakan workshop berkelas internasional karena dihadiri delapan negara, termasuk Indonesia. Tujuan workshop ini adalah untuk melakukan studi akademis tentang menenun dan pewarnaan tenun ikat Nusa Tenggara Timur.
Workshop di Leiden kali ini merupakan tindak lanjut dari workshop internasional tentang Tenun Ikat yang pernah diselenggarakan di Pulau Ndao, Kabupaten Rote Ndao, pada Oktober 2012 lalu.
BACA JUGA: Beginilah Kondisi Warung Sate Klathak setelah Jadi Lokasi Shooting AADC2
Kala itu, kegiatan tersebut dilaksanakan atas kerja sama IIAS dan Dekranasda NTT. Kegiatan itu bertema Tenun Ikat sebagai warisan budaya dalam pembangunan yang berkesinambungan di NTT.
Tahun ini, tim Dekranasda NTT yang menghadiri undangan IIAS dan TRC dalam workshop ini dipimpin langsung Lusia Adinda Lebu Raya selaku Ketua Dekranasda NTT. Anggota timnya berjumlah lima orang, antara lain Bunga Anne Marlyn (Sekretaris Dekranasda NTT), Rosalin Chandra (staf Dekranasda) dan tiga pengrajin tenun ikat NTT yaitu Sariat Tole, Dortje Lusi, dan Wilhelmintje Ratu.
BACA JUGA: Mau Potong Rambut yang Mana Bang? Di Sini Bisa Apa Saja
Yetty Van Der Made-Haning, melalui surat elektronik kepada Timor Express (JPNN Group), Sabtu (4/6), mengatakan, workshop yang berlangsung dua hari tersebut, berjalan dengan baik. Peserta yang hadir berasal dari Amerika, Australia, Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Indonesia, Portugal dan juga Belanda.
Kegiatan workshop ditangani langsung oleh ketiga pengrajin. “Masing-masing memperagakan dan menjelaskan tentang teknik-teknik dasar yang penting dalam proses pembuatan tenun ikat NTT,” kata Yetty.
Disebutkan, Sariat Tole sebagai seorang ahli pewarna alam, menjelaskan soal pewarnaan. Sariat sendiri merupakan penemu 201 macam pewarna alam dari tumbuh-tumbuhan dan binatang laut. Pada kesempatan itu ia secara detail menjelaskan soal teknik meracik warna alam.
Sedangkan Wilhelmintje Ratu dari Tenun Ikat Jula Huba menjelaskan dan memeragakan cara mengikat benang mengikuti desain motif, cara menenun dan lain-lain. Selanjutnya, Dortje Lussi, yang lebih dikenal dengan Ina Ndao, menjelaskan dan mendemonstrasikan cara memasang benang pada alat tenun dan teknik menenun.
Menurut Yetty, seluruh proses menenun mulai dari membersihkan kapas, memintal benang, mengikat benang, pewarnaan, pengeringan hingga menenun dan menyelesaikan satu tenunan ditunjukkan dan diajarkan dalam dua hari workshop tersebut.
“Peserta yang hadir juga langsung mempraktikkan teknik-teknik yang dijelaskan dengan mengikuti petunjuk dari ketiga pengrajin,” kata Yetty.
Menurutnya, workshop berjalan secara praktis dan komunikatif. Para peserta antusias bertanya dan langsung mencoba teknik-teknik menenun.
Selain itu, diadakan juga pameran untuk mempromosikan dan menjual hasil-hasil tenunan, baik dari ketiga pengrajin maupun pengrajin lainnya yang dibawa oleh Dekranasda NTT. Pameran ini berlangsung di showroom TRC, Leiden selama tiga hari, sejak dimulainya kegiatan workshop pada 31 Mei hingga sehari setelah kegiatan yakni 2 Juni 2016.
Disebutkan, workshop ditutup dengan resepsi bersama pada 1 Juni petang waktu setempat. Hadir dalam resepsi ini para pejabat dari institusi terkait, seperti Direktur IIAS, Dr. Philippe Peycam bersama Pembantu Direktur IIAS, Willem Vogelsang dan Direktur TRC, Dr. Gillian Vogelsang-Eastwood. Hadir pula Duta Besar Indonesia untuk kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja.
Yetty mengatakan, pada resepsi ini, baik pihak IIAS maupun TRC memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada delegasi Dekranasda NTT, terutama kepada ketiga pengrajin dengan keahlian mereka telah mewakili NTT di Belanda. Undangan dari berbagai lembaga dan instansi terkait maupun pencinta tekstil terutama tekstil Indonesia juga hadir dalam resepsi ini.
Menurutny, seluruh rangkaian acara diakhiri dengan kunjungan delegasi Dekranasda NTT ke Museum Tekstil (Textile Museum) di Kota Tilburg, Belanda, pada 3 Juni 2016. Selain itu, dalam rangkaian kegiatan workshop di Leiden ini, Ketua Dekranasda NTT, Lusia Adinda Lebu Raya, bertemu dengan pihak IIAS dan TRC untuk membicarakan beberapa program penting terutama dalam rangka melanjutkan studi-studi akademik dan penelitian tentang tenun ikat NTT.
Program-program lanjutan dari berbagai aspek diharapkan dapat dilakukan pada waktu mendatang dan juga upaya peningkatan mutu, produksi, manajemen, hak paten, pasar, dan lain-lain.
Ia menjelaskan, program-program yang dibicarakan memiliki tujuan agar tenun ikat sebagai warisan budaya NTT terus dilestarikan ke generasi penerus, sebagai aset dalam perbaikan ekonomi pengrajin dan pembangunan daerah. Selain itu, tenun ikat NTT juga dapat bersaing di dunia internasional dan mengambil bagian dalam peta seni dan budaya dunia.(Timor express/fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bule Cantik Ternyata Lebih Suka Martabak Lho...
Redaktur : Tim Redaksi