Teroris Punya Belasan Rumah Transit

Terkait Bom Cirebon dan Solo, Densus 88 Tangkap Lima Orang

Minggu, 09 Oktober 2011 – 05:06 WIB
Heru Komarudin, DPO Teroris Cirebon. Foto: Ist/Dok.JPPhoto

JAKARTA - Perburuan terhadap jaringan pengebom Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS), Solo, membuahkan hasilTim penindak Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri sukses mencokok salah seorang buron lama kasus terorisme, Heru Komarudin

BACA JUGA: KPK Usut Peran Sindu Malik

Setelah Heru diringkus, empat temannya juga ditangkap.

"Heru ditangkap saat sedang berdagang di kawasan Pasar Senen pada Sabtu pukul satu dini hari," kata Kadivhumas Polri Irjen Anton Bachrul Alam di kantornya pukul 10.00 atau sembilan jam setelah operasi kemarin (8/10)
Heru dicokok tanpa perlawanan sama sekali

BACA JUGA: SBY Rampungkan Reshuffle Pekan Ini

"Dia memang punya rekan berdagang di sana," tambahnya.

Sebelum menjadi buron kasus bom di Mapolresta Cirebon pada April 2011, Heru berjualan casing plastik HP, gantungan, serta aneka aksesori telepon seluler di kereta jurusan Jakarta"Cirebon
Setelah namanya resmi menjadi buron polisi, dia menghilang

BACA JUGA: 17 KL Dianggap Tak Serius Jalankan Reformasi Birokrasi

Baru seminggu terakhir anggota Subden Investigasi Densus 88 mendapat informasi bahwa Heru kembali nongol di Pasar Senen

Segera setelah Heru ditangkap, tim lain yang memang sudah stand by on call masuk ke Perumahan Pondok Cipta Blok E No 167 Bintara, Bekasi Barat"Kami menangkap empat orang lagi, Yahya dan istrinya, lalu Bowo dan istrinya," jelas Anton.

Empat orang tersebut masih berstatus terperiksa dan belum ditetapkan sebagai tersangka"Untuk Heru, jelas tersangka karena DPOUntuk yang lain, tunggu 7 x 24 jam," ujarnya.

Namun, sumber Jawa Pos di lingkup antiteror kepolisian optimistis dua di antara empat orang itu akan menjadi tersangka"Yahya dan Bowo menyediakan safe house atau tempat perlindungan bagi DPO terorisItu sudah kena pasal UU Anti TerorismeKalau dua yang lain, yakni istrinya, mungkin hanya saksi," katanya

Berdasar hasil rapat dan pendataan Sub Detasemen Analisis (Subdenanlis) Densus 88, rumah di kawasan Bintara, Bekasi, itu menjadi semacam tempat transit bagi kelompok Heru"Mereka membangun kawasan basis di daerah-daerah pinggiranBiasanya, cirinya, dekat jalan besar dan warga relatif tidak terlalu mengenal satu sama lain," jelasnya

Rumah di Pondok Cipta yang kemarin digerebek itu juga tak jauh dari pintu tol Bintara yang menjadi jalur utama lintas Bekasi"JakartaWarga di sekitar rumah tersebut juga tidak curiga dan membiarkan aktivitas mereka yang berlangsung sejak sembilan bulan lalu

Lokasi-lokasi semacam itu digunakan sebagai transit buron dan anggota kelompok tersebut secara berpindah-pindah"Kadang hanya menginap semalam atau dua malam, lalu bergeser lagi," ungkap anggota Ikatan Keluarga Pratisara Wirya (alumnus Akpol 1992) itu.

Dia mencontohkan tersangka pengeboman JW Marriott Syaifudin Zuhri dan Dulmatin yang bersembunyi di kawasan padat Ciputat dan PamulangMereka bisa leluasa bergerak karena warga di sekitar rumah sangat permisif atau cuekJumlah rumah model transit seperti itu banyak, lebih dari sepuluh"BelasanAda yang kos-kosan, ada yang kontrakanAda yang dihuni sendiri, ada juga yang dipakai suami-istri seperti di rumah Yahya di Pondok Cipta ini," katanya.

Perwira itu menyebutkan, operasi Sabtu kemarin berlangsung mendadakSebab, kemunculan Heru yang sudah diintai di Pasar Senen baru terjejak sekitar pukul 23.00 (Jumat malam 7/10)"Dia mengaku sedang butuh uang dan hendak mencari pinjaman ke temannya di Pasar SenenIstrinya baru saja melahirkan," jelasnya

Tiga anggota Densus 88 lantas mengikuti aktivitasnya di sekitar Masjid Al Arif, Pasar Senen, yang memang lazim digunakan para pedagang untuk beristirahatKetika Heru beranjak pergi, sesaat sebelum menyeberang ke arah Stasiun Pasar Senen, petugas meringkusnya"Sudah Pak, tangkap saja, saya lelahCapek," ujar Heru sebagaimana ditirukan sumber Jawa Pos itu

Setelah ditangkap, Heru langsung dibawa dengan mobil Fortuner menuju Pondok CiptaPerwira itu lalu menelepon seorang kepala unit Densus 88 yang anak buahnya juga sudah siap di Pondok Cipta"Rumah itu sudah diintai sepuluh hari," tuturnya

Apa sebenarnya peran Heru" Diduga, dia ikut dalam rapat perencanaan bom masjid di Mapolresta Cirebon yang dilakukan MSyarifHeru juga mengetahui bahwa kelompok tersebut mempunyai amunisi bom siap pakai"Nah, untuk yang Solo, dia mengaku tak tahu apa-apaTapi, ini masih kami kembangkan," ujarnya.

Heru juga ditangkap berkat wawancara mendalam terhadap Beni Asri, salah seorang tersangka yang ditangkap di Solok, Sumatera Barat, akhir September lalu"Beni Asri sudah resmi kami tetapkan sebagai tersangka dalam kasus bom Cirebon," tegas Kadivhumas Polri Anton Bachrul Alam

Dari hasil interogasi terhadap Beni yang juga teman Hayat (pengebom Solo), diperoleh keterangan bahwa masih ada bom-bom yang dititipkanSekitar seminggu setelah peledakan bom bunuh diri yang dilakukan MSyarif, Musolah (sudah ditangkap) datang membawa ransel cokelat berisi bom milik Ishak (sudah tertangkap)Selanjutnya, oleh Musolah, tas tersebut dititipkan kepada Beni.

Tiga hari kemudian, Musolah datang lagi dengan membawa ransel biru tuaDari ransel itu, dia mengeluarkan barang yang dibungkus sajadah dan kemudian dimasukkan ke tas cokelat.

Sekitar seminggu kemudian, Musolah menghubungi Beni via SMS yang berbunyi, "Ben, yang di tas dibuang saja"Selanjutnya, Beni menjawab, "Yoi"Namun, Beni tidak membuang tas tersebut karena dia berpikir bahwa benda di dalam tas tersebut adalah bom.

Lima hari kemudian, Heru Komarudin datang ke rumah Beni dan bertanya, "Ben, titipan Musolah sudah dibuang belum?" Beni menjawab, "Belum." Selanjutnya, Heru mengatakan, "Ya sudah, besok aku ambilAku saja yang buang."

Sebelum dibuang, Beni dan Heru sempat membuka ransel tersebutTernyata, isinya adalah 10 buah rangkaian bom berbentuk pipa putih sepanjang 20 cmRangkaian itu disatukan dengan lem dan dikaitkan dengan lakban hitamJuga, rangkaian dengan kabel-kabel yang dibungkus sajadah biruAda pula bahan bom berupa satu pak korek api kayu jumbo, baut, serbuk hitam keabu-abuan, dan serbuk merahSetelah dirapikan, ransel itu dibawa pergi dari rumah Beni.

Menurut Anton, orang-orang tersebut pernah menjadi anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), namun kemudian keluar"Mereka lalu bergabung dengan kelompok yang dinamai Tauhid Wal Jihad," jelas mantan Kapolda Jatim tersebut

Saat ini, masih ada dua buron lagi yang dikejarYakni, Nanag Ndut dan Yadi Al Hasan"Kami yakin semua segera tertangkap," tegas jenderal berbintang dua itu
Di tempat terpisah, Juru Bicara JAT Sonhadi menegaskan bahwa Beni Asri dan Heru Komarudin bukan anggota JAT"Mereka sudah keluar, bahkan mengafirkan kelompok kami," ungkapnya.

Dengan begitu, lanjut dia, JAT tidak bisa dituntut atas aksi mereka"Kami berlepas tangan atas perbuatan pribadi merekaSebab, memang sudah tidak ada kaitan," ujarnya(rdl/c5/nw)


BACA ARTIKEL LAINNYA... Demonstrasi di Arab Saudi Tak Ganggu Ibadah Haji


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler