jpnn.com - JAKARTA - Tiga nama berasal dari profesional disebut-sebut berpeluang besar menempati kursi Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM). Masing-masing mantan Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan, Komite Tetap Energi dan Pertambangan Mineral Kadin Indonesia, Poltak Sitanggang dan Presiden Direktur Shell Indonesia, Darwin Silalahi.
Menurut Pemerhati Energi dan Pertambangan, Juan Forty Silalahi, ketiganya berpeluang karena memiliki kemampuan yang mumpuni. Misalnya Poltak, Ahoknya orang batak bahkan secara nekat mengambil alih 44.000 lahan Kontrak Karya Rio Tinto dan memenangkannya di Pengadilan.
BACA JUGA: Akademisi Ini Dinilai Tepat jabat Kementerian Kependudukan
"Dari berbagai sumber bisa dipetakan dukungan terhadap Poltak juga mengalir dari hampir seluruh Alumni UGM (Universitas Gadjah Mada)," katanya di Jakarta, Sabtu (20/9).
Selain itu Poltak kata Ketua Solidaritas Para Pekerja Tambang Nasional ini, juga mendapat dukungan dari organisasi pekerja pertambangan. Dukungan diyakini hadiir buah dari penolakan Poltak pada PHK besar-besaran yang terjadi hampir di semua usaha pertambangan. Karena keluarnya peraturan baru yang secara teknis sulit dilaksanakan akibat minimnya infra struktur.
BACA JUGA: Puan Tegaskan PDIP Masih Butuh Megawati untuk Pemersatu
Sementara itu terhadap Darwin, Forty menilai berpeluang bukan hanya karena lulusan Harvard. Namun juga cukup berhasil meniti karir pada perusahaan minyak USA. Bahkan mampu menjadi Presdir Shell pertama dari Indonesia.
Sejauh ini Darwin dinilai mendapat dukungan dari kalangan koorporasi dan kartel minyak internasional. Seperti British Petroleum, SHELL, Husky, Conoco Philips, ExxonMobil, maupun China National Offshore Oil Corporation (CNOOC).
BACA JUGA: Soal Janji Gantung di Monas, Ini Komentar Loyalis Anas
"Hanya saja ada kelemahan untuk Darwin. Kerap dipersoalkan pandangannya yang dianggap lebih condong mewakili perusahaan asing dibandingkan kepentingan nasional," ujarnya.
Untuk Karen, Forty menilai cukup berhasil selama menjabat Dirut Pertamina. Selain itu Karen juga berpengalaman di MobilOil USA.
"Beliau juga mendapatkan galangan dukungan lewat polling yang digelar koorporasi TransCorp. Sayangnya kebijakan kenaikan gas elpiji dan pengurangan subsidi BBM yang sistematis semasa menjadi Dirut Pertamina membuat Karen tidak populer di masyarakat," katanya.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tuding Anas Lakukan Obstruction of Justice, KPK Dinilai Kurang Etis
Redaktur : Tim Redaksi