Tinggi Gelombang Capai 3 Meter, Nelayan Pantura tak Melaut

Kamis, 22 Januari 2015 – 06:08 WIB
Tinggi Gelombang Capai 3 Meter, Nelayan Pantura tak Melaut. Foto: Dokumen JPNN.com

jpnn.com - SLAWI – Ribuan nelayan di wilayah Pantura Kabupaten Tegal terpaksa menganggur. Hal itu dipicu dengan adanya cuaca buruk di laut Jawa. Akibatnya, nelayan tidak berani melaut sejak 10 hari terakhir.

Mereka memilih beraktivitas di darat, seperti memperbaiki kapal, jaring, dan sebagian ada yang mancing di sungai untuk menutup kebutuhan hidup sehari-hari.

BACA JUGA: Jaksa Tuntut Dua Terdakwa Pembunuhan Divonis Mati

”Kami dilanda paceklik sejak awal Januari 2015. Kami tidak berani melaut karena gelombangnya cukup tinggi,” tutur Khudori (56), nelayan asal Desa Munjungagung, Kecamatan Kramat, Rabu (21/1).

Gelombang di laut Jawa, lanjut Khudori, tingginya saat ini antara 1–3 meter. Kondisi demikian terjadi sejak 11 Januari 2015 lalu. Selain gelombang tinggi, laut Jawa juga kerap dilanda hujan lebat. Akibatnya, air laut menjadi keruh dan membuat nelayan tidak melaut.

BACA JUGA: Jual Kotak Suara, PNS KPU Jadi Tersangka

”Kalau airnya keruh, kami kesulitan mencari ikan,” kata Sekretaris Kelompok Usaha Bersama (KUB) Teri Nasi Munjungagung ini.

Kendati dirinya tidak melaut, tapi ada beberapa nelayan yang nekat melaut. Namun, hasil yang diperolehnya tidak sesuai dengan modal yang dikeluarkan.
”Mereka memang dapat ikan, tapi jumlahnya tidak banyak. Dan cenderung rugi,” ujarnya.

BACA JUGA: Dukung Wali Kota Bima Arya Berangus Mafia Perizinan

Tidak melautnya para nelayan juga berpengaruh terhadap para pengolah ikan di sekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Larangan, Desa Munjungagung.

Menurut Pengolah Ikan Mina Sejahtera Munjungagung Warim (32), usahanya tidak bisa berproduksi karena tidak ada pasokan ikan dari nelayan. Kondisi itu membuat 30 karyawannya terpaksa dirumahkan.

”Harapan kami, pemerintah ikut membantu nelayan dengan memberikan cadangan beras,” ucapnya.

Kepala Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Tegal Toto Subandrio, melalui Kepala TPI Larangan Koeswoyo menjelaskan, nelayan yang tidak melaut sekitar 95 persen dari jumlah nelayan di wilayahnya sebanyak 1.519 orang.

Kondisi tersebut juga berpengaruh terhadap hasil lelang di TPI Larangan. Pada 11 Januari 2015, hasil lelang di TPI itu mencapai Rp 21,5 juta per hari.
”Tapi, sejak gelombang tinggi lelang hanya mencapai Rp 2 juta per hari,” katanya.

Pihaknya mengimbau kepada nelayan selama gelombang tinggi untuk tidak melaut. Namun demikian, jika nelayan tetap nekat melaut diminta untuk tetap menjaga keselamatan dengan mempersiapkan kelayakan kapal, kelayakan alat tangkap, kelayakan tempat penyimpan ikan, dan keselamatan lainnya.

”Berdasar usul nelayan dan para pengolah ikan, kami akan mengusulkan kepada bupati untuk memberikan bantuan beras paceklik bagi nelayan,” tukasnya. (yer/fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemendagri Putuskan Nasib Terdakwa jadi Sekda Besok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler